Aku gak perlu uang ribuan
Yang aku mau uang merah cepe’an
Aku gak butuh kedudukan
Yang penting masih ada lahan ‘tuk makan
Lirik lagu di atas sangat cocok untuk menggambarkan kondisi masyarakat Wamena, sebuah kota kecil menarik yang terdapat di lembah Baliem, Papua. Kondisi masyarakat yang sebenarnya sangat berbeda dengan masyarakat perkotaan pada umumnya membuat mereka menjadi terkesan “mata duitan”, padahal sebenarnya tidak. Sektor pertanian dan pariwisata sebenarnya sudah menjadi pemasukan utama mereka, hanya saja belum terlalu bersinergi dengan program yang dibuat pemerintah. Mereka hanya membutuhkan perhatian lebih, mengingat kondisi alam yang cukup membuat mereka harus bertahan hidup cukup keras.
Kota Wamena terlatak di wilayah pegunungan tengah, Papua. Kota kecil ini berada di tengah sebuah lembah yang sangat subur dan cukup terkenal di Papua, yaitu Lembah Baliem. Wamena sebenarnya adalah kota distrik, bagian dari Kabupaten Jayawijaya. Namun, beberapa tahun belakangan, kota ini menjadi Kabupaten dan membawahi sekitar 7 distrik yang tersebar di seluruh wilayah Lembah Baliem dan kabarnya masih akan diperbanyak lagi. Kondisi geografis Wamena sebenarnya cukup menantang karena berada di sebuah lembah besar yang dikelilingi perbukitan dan berada 1600 meter di atas permukaan laut. Udara disini cukup sejuk, namun bila siang hari panas terik pun tetap tidak dapat dihindari.
Kondisi alam seperti inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi warga Wamena dan sekitarnya. Hal ini dirasakan terutama dalam hal barang-barang kebutuhan sehari-hari yang cukup langka dan sulit ditemui. Bila ada pun, pasti harganya sangat mahal. Kondisi alam Wamena membuat distribusi barang-barang ini harus menggunakan jalur transportasi udara. Tidak heran bila harga-harga di Wamena pun terkenal mahal bila dibandingkan dengan kota lain di Papua.
Namun, kemahalan Wamena bukanlah penghalang bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan Lembah Baliem. Wamena yang berarti Babi Jinak dalam bahasa lokal ini pun memiliki pesona yang luar biasa bagi para wisatawan dalam maupun luar Indonesia. Wamena dikenal unggul baik dalam kategori obyek wisata, tradisi, kesenian, maupun kuliner. Keunggulan ini sangatlah berbeda dan berharga, terutama bila dibandingkan wilayah Papua lainnya.
Hal utama yang tidak boleh terlewatkan saat berkunjung ke Wamena adalah menjadi saksi sebuah suku besar yang ada di Papua. Kehidupan suku Dani adalah sesuatu yang menarik untuk dipelajari dan disaksikan saat berkunjung ke Wamena. Melihat tarian suku Dani dan tradisi perang yang sangat unik, tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup. Selain itu, Mumi Kepala Suku pun dapat menjadi pilihan menarik untuk disaksikan.
Tidak hanya kehidupan suku-suku dan tradisi yang unik, alam di sekitar Wamena pun memiliki keindahan tersendiri yang patut diacungi jempol. Indahnya sungai Baliem, bukit-bukit di sekitar lembah, keanehan pasir putih dan sumber air garam, goa terpanjang di dunia, bahkan berbagai flora-fauna yang tidak ada di tempat lain akan menjadi beberapa menu khusus saat kita menikmati alam Lembah Baliem.
Kemudian, bila kita bicara mengenai kuliner, Wamena memiliki sebuah menu khas yang hanya dimiliki tempat ini. Udang Selingkuh yang begitu terkenal di kalangan para pelancong harus menjadi target untuk dicicipi bila kita berkunjung ke Wamena. Sejenis udang air tawar raksasa dengan capit sebesar kepiting mungkin hanya dapat kita nikmati di Wamena. Akan terasa lebih unik bila kita juga menelusuri perburuannya bersama penduduk lokal di sungai Baliem.
Wamena masih menyimpan banyak lagi pesonanya. Kondisi harga-harga yang begitu mahal sebenarnya tidak akan sebanding bila kita ingat berbagai keunggulan alam dan tradisi yang dimiliki Wamena. Permasalahannya sebenarnya bukan di mahalnya harga, namun bagaimana kita membuat perubahan cara berpikir pada masyarakat lokal agar tidak lagi berorientasi pada uang, namun kualitas hidup sumber daya manusianya. Semuanya demi menjaga Wamena agar tetap menjadi primadona di bumi Mutiara Hitam Papua. [@phosphone/IndonesiaKaya]