Cari dengan kata kunci

mumi_kepala_suku_1290.jpg

Tubuh Kering di Lembah Baliem

Tradisi memumikan jasad manusia yang telah meninggal tak hanya terjadi di Mesir saja. Indonesia pun memiliki tradisi ini.

Tradisi
Tagar:

Sesosok tubuh kering duduk dengan kaki terlipat. Wajah berupa tengkorak menganga dan tengadah menatap langit. Pakaian lengkap khas pria Papua berupa koteka dan beberapa aksesoris pun masih melekat di tubuhnya. Suasana mencekam sesaat terasa melingkupinya. Sosok itu adalah seorang panglima perang Suku Dani yang sudah menjadi mumi berusia 370 tahun lebih.

Suku Dani, sang penguasa Lembah Baliem adalah pelaku tradisi ini.

Tradisi memumikan jasad manusia yang telah meninggal tidak hanya terjadi di Mesir saja. Indonesia pun memiliki tradisi ini. Suku Dani, sang penguasa Lembah Baliem adalah pelaku tradisi ini. Hal ini terbukti dari adanya peninggalan berupa mumi berusia 370 tahun lebih yang masih disimpan dan terawat di desa Jiwika, distrik Kurulu, Wamena, Papua.

Seperti penjelasan sebelumnya, mumi ini adalah seorang panglima perang suku Dani yang bernama Wimotok Mabel. Sesuai dengan namanya yang berarti ‘perang terus’, pria ini memang gemar berperang selama hidupnya. Hingga akhirnya Wimotok berangsur tua dan sakit, namun sebelum ajal menjemput, ia berpesan agar setelah meninggal ia tidak dibakar seperti tradisi Dani pada umumnya. Wimotok minta untuk dimumikan. Menurut warga kampung itu, hal ini dilakukan agar jasad sang panglima menjadi sebuah peringatan yang mensejahterakan seluruh keturunannya di masa mendatang.

Proses ini akan memakan waktu sekitar 5 tahun.

Proses memumikan jasad orang meninggal tidaklah sederhana. Caranya tergolong unik, jasad diposisikan dalam keadaan duduk, lengkap dengan pakaian kebesarannya. Kemudian jasad diasapi di depan api unggun selama satu bulan di dalam Honai Pilamo, rumah khusus kaum pria. Setelah itu, jasad akan dibungkus daun pisang hingga mengeras menjadi mumi. Proses ini akan memakan waktu sekitar 5 tahun. Untuk perawatan mumi, kaum pria akan melumurinya dengan minyak babi dan menyimpannya setiap malam di depan api unggun dalam Pilamo. Hal ini akan membuat mumi semakin awet tanpa harus khawatir rusak karena rayap.

Wisatawan yang ingin melihat mumi ini dapat datang ke Desa Jiwika, Distrik Kurulu yang ditempuh sekitar 30 menit dengan mobil dari kota Wamena. Jalan menuju desa ini relatif sudah baik dan aman. Hanya, yang perlu diingat adalah untuk mengeluarkan mumi ini biasanya warga desa akan mengenakan biaya sebesar Rp300.000. Memang cukup besar, namun menjadi layak mengingat begitu langkanya pengalaman yang didapat.

Keberadaan mumi pada suku Dani patut diakui sebagai tradisi yang memperkaya khazanah budaya bangsa Indonesia.

Di Lembah Baliem, sebenarnya terdapat lebih dari satu mumi. Tiga mumi terdapat di Kurulu, tiga lainnya di distrik Assologima, dan satu mumi perempuan di Kurima. Memang mumi sudah menjadi salah satu tradisi masyarakat Dani, namun keberadaannya kini semakin terkikis zaman dan hanya menjadi sebatas obyek wisata saja. Walaupun demikian, keberadaan mumi di suku Dani harus diacungi jempol dan diakui sebagai tradisi yang memperkaya khazanah budaya bangsa Indonesia.

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds