Salah satu pengalaman menarik yang bisa didapatkan saat mengunjungi Kota Ternate adalah melihat penampilan orkestra tradisional. Pertunjukan musik ini melantunkan irama-irama indah dari alat musik konvensional yang terlihat antik. Apalagi jika permainan ini digelar di tepi pantai, sambil duduk santai di atas batu karang, atau bersila di pasir menjelang matahari terbenam, rasanya pasti akan semakin berkesan.
Di antara alat musik yang dimainkan itu, ada satu yang pasti menarik perhatian penonton karena mengeluarkan suara unik, melengking lirih namun merdu. Bentuknya mirip dengan rebab yang berasal dari Jawa. Tapi jika diperhatikan, ada perbedaan yang membuatnya cukup distingtif. Orang Ternate menyebut alat musik ini dengan sebutan arababu atau rababu.
Asal-Usul Arababu
Arababu adalah alat musik asli Maluku yang bentuknya identik dengan rebab. Instrumen ini masuk dalam golongan alat musik chordophone, di mana sumber bunyinya berasal dari dawai atau senar. Senarnya menghasilkan bunyi melodis yang terdengar melengking saat bergesekan dengan busur.
Arababu adalah alat musik asli Maluku yang bentuknya identik dengan rebab.
Dilansir dari Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, alat musik rebab sampai di Maluku pertama kali karena dibawa oleh pedagang Arab sebelum abad ke-16. Meski sebenarnya rebab mulai dikenal di Timur Tengah paling lambat sejak abad ke-8 dan menyebar ke kawasan Afrika, Eropa, serta bagian timur lainnya lewat jalur-jalur perdagangan Islam.
Beberapa jenis rebab berukuran besar dan memiliki tangkai di bagian bawah agar bisa berdiri, sebagian lainnya berukuran seperti rebab yang sekarang ada di Jawa, ada juga yang dimainkan dengan cara dipetik. Bentuk ini juga menjadi cikal-bakal biola, viola, dan selo yang mulai berkembang sekitar abad ke-16 sampai 18.
Awalnya, bentuk rebab yang sampai di Maluku sama dengan rebab yang sekarang dikenal dalam paduan instrumen gamelan Jawa. Tetapi rebab mula-mula ini kemudian mengalami modifikasi di kalangan penduduk lokal karena popularitasnya kian meningkat. Bentuknya lantas sedikit berubah dan sebutannya menjadi arababu. Nama arababu juga berasal dari kata rebab.
Bentuk Arababu
Arababu adalah alat musik melodis yang dimainkan dengan cara digesek. Maka, selain memiliki bagian badan, arababu juga dilengkapi busur. Alat musik ini hanya memiliki satu senar, tidak seperti rebab yang umumnya memiliki 2 atau 3 senar. Arababu umumnya memiliki ukuran kecil dengan tubuh bulat. Tapi, karena dibuat dari tempurung kelapa, bentuknya mengikuti tempurung yang kadang bulat sempurna tapi bisa juga sedikit lonjong.
Alat musik ini hanya memiliki satu senar, tidak seperti rebab yang umumnya memiliki 2 atau 3 senar.
Pegangan di badannya berukuran panjang dan terbuat dari bambu. Sedangkan badannya, yang merupakan tabung resonansi, terbuat dari setengah bagian tempurung kelapa. Bagian depan tempurung dilapisi dengan membran seperti perkamen atau kulit domba. Dilengkapi dengan dawai pada badan dan busurnya yang terbuat dari serat pohon pisang hote.
Teknik Bermain Arababu
Teknik menggesek arababu pada dasarnya sama dengan rebab. Dawai yang menempel pada busur digesek pada dawai di badan arababu hingga terdengar sebuah nada. Alat musik unik ini sering dimainkan bersama dalam sebuah orkestra tradisional dengan alat musik khas Maluku Utara lainnya, seperti tifa, gong, dan fuk-fuk.
Melodi yang dihasilkan arababu memberi nuansa Melayu-Arab dalam musik Maluku Utara. Seorang pemain arababu berpengalaman bisa membangkitkan berbagai perasaan mulai dari takut, sedih, gembira, hingga marah saat menggeseknya. Biasanya, pemain arababu juga melantunkan nyanyian untuk menghidupkan melodi yang dimainkan. Kadang, penampilan orkestra bahkan diiringi dengan tarian bertema perang yang diperagakan dua orang penari pria atau lebih.
Melodi yang dihasilkan arababu memberi nuansa Melayu-Arab dalam musik Maluku Utara.
Lagu-lagu yang dimainkan dalam orkestra tradisional ini umumnya menceritakan tentang kehidupan sehari-hari, doa, dan berbagai mantra untuk menjauhkan diri dari penyakit. Seiring berjalannya waktu, Arababu mulai jarang terlihat. Seperti rebab, nadanya yang terbatas membuat peran arababu bisa digantikan dengan alat musik lain seperti biola.
Namun, para musisi arababu di Ternate masih banyak yang mencintai dan mempertahankan alat musik eksotis ini. Suara dan aura yang terpancar dari lantunan arababu memiliki ciri khas yang tak bisa disamakan dengan alat musik lainnya. Saat ini, arababu masih sering dimainkan dalam acara-acara adat, meski sebenarnya alat musik ini terus berjuang untuk bertahan di tengah modernisasi alat musik lainnya dan perkembangan zaman.