“Jangan tanya kerjaku, tapi lihat karyaku,” merupakan sepotong kalimat mutiara yang dibuat oleh seorang mantan Bupati Merauke, yang tidak ingin disebut namanya. Kalimat tersebut ditujukan bagi masyarakat Merauke dan diharapkan menjadi slogan umum dalam pekerjaan mereka. Mantan bupati ini berharap agar masyarakat Merauke tidak perlu banyak bicara dalam bekerja, tidak perlu menunjukkan apa yang mereka kerjakan, namun orang lain dapat melihat hasil karyanya secara nyata. Ada filosofi etos kerja yang sangat positif dalam kalimat ini, dan kalimat ini terinspirasi dari sebuah karya alam yang bernama musamus atau rumah semut khas Kota Merauke, Papua.
Musamus adalah sarang dari hewan sejenis rayap Macrotermes sp.
Musamus atau rumah semut sebenarnya bukanlah sarang yang dibuat oleh semut. Lebih tepatnya, mahakarya alam Merauke ini adalah sarang dari hewan sejenis rayap Macrotermes sp. Bicara tentang sarang serangga, tentu di pikiran kita akan terbayang sarang yang berukuran kecil. Namun, musamus berukuran sangat besar, bahkan ratusan kali lipat serangga pembuatnya. Tingginya bisa mencapai 5 meter dengan diameter lebih dari 2 meter, dan ukurannya bervariasi di atas permukaan tanah.
Rayap yang tinggal di dalam musamus bukanlah rayap yang kita kenal sehari-hari sebagai rayap perusak. Mereka bukanlah serangga pengganggu dan umumnya mereka hidup jauh dari pemukiman manusia. Rayap jenis ini terkenal mandiri dan mereka membangun rumah mereka sendiri tanpa bermaksud merusak pemukiman manusia.
Musamus terbentuk dari bahan dasar rumput kering, tanah, dan air liur rayap pembuatnya.
Musamus terbentuk dari bahan dasar rumput kering, tanah, dan air liur rayap pembuatnya. Rayap-rayap tersebut membangun istana mereka dengan sangat kokoh dan kuat, bahkan mampu menahan berat manusia dewasa saat memanjatnya. Jutaan rayap membangun musamus dan menjadikannya sebagai tempat tinggal bagi koloni mereka.
Bentuk musamus seperti kerucut dan menjulang tinggi ke atas permukaan tanah menyerupai stalagmit di gua-gua. Tekstur permukaan musamus berlekuk-lekuk dan berwarna coklat kemerahan seperti warna tanah tempatnya berada. Bila kita telaah hingga ke dalamnya, maka kita akan menemukan ruangan yang berlorong-lorong yang sangat rumit. Lorong ini berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus rongga ventilasi yang menjaga kestabilan suhu di dalam musamus agar tetap hangat. Keberadaan lorong-lorong inilah yang menjadikan sarang aman untuk ditinggali koloni rayap karena mereka akan terlindung dari perubahan suhu yang ekstrim, bahkan kebakaran hutan sekali pun.
Di wilayah Indonesia, musamus hanya ada di wilayah Merauke.
Musamus juga terdapat di beberapa wilayah dunia lainnya, seperti Australia. Namun, di wilayah Indonesia, musamus hanya ada di wilayah Merauke. Kita akan menemukan banyak sekali musamus di Merauke, bahkan terdapat sebuah padang sabana yang berisi ratusan musamus di atasnya. Karena kepopuleran musamus inilah, maka produk alam ini menjadi salah satu gambar di dalam lambang kota kabupaten Merauke.
Tidak hanya itu, musamus juga telah memberikan filosofi bermakna bagi masyarakat Merauke. Seperti halnya rayap-rayap musamus, mereka bekerja dengan giat tanpa banyak bicara dan tiba-tiba hasilnya pun terlihat dari sebuah istana musamus yang menjulang tinggi ke langit dengan begitu megahnya. Demikian pula yang diharapkan dari warga Merauke, untuk terus bekerja tanpa banyak mengeluh dan tanpa merusak alam, hingga terlihat kemegahan hasilnya.