Selain Malin Kundang dari Sumatra Barat, ada beberapa cerita rakyat Indonesia lainnya yang juga mengisahkan tentang anak durhaka. Salah satunya adalah cerita rakyat legenda Batu Bagga dari Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Tolitoli adalah nama salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang ibu kota kabupatennya terletak di Baolan. Nama Tolitoli berasal dari kata totolu yang berarti tiga. Masyarakat setempat percaya, suku bangsa Tolitoli berasal dari tiga manusia kayangan yang menjelma ke bumi. Selain terkenal akan keindahan alamnya, Tolitoli juga dikenal sebagai penghasil cengkih. Bahkan, kita dapat menemukan sebuah tugu berbentuk cengkih yang dibangun di tengah jantung kota Tolitoli sebagai landmark kebanggaan masyarakat Tolitoli.
Tolitoli juga memiliki legenda terkenal tentang sebuah batu. Konon, batu tersebut merupakan jelmaan dari sebuah perahu bagga yang dalam bahasa setempat berarti perahu layar, sehingga kerap disebut batu bagga.
Konon, batu tersebut merupakan jelmaan dari sebuah perahu bagga yang dalam bahasa setempat berarti perahu layar, sehingga kerap disebut batu bagga.
Dalam legenda Batu Bagga, terdapat dua karakter utama, yaitu seorang pria yang bernama Intobu dan putranya yang bernama Impalak. Intobu dikisahkan sebagai seorang duda yang membesarkan Impalak seorang diri di tengah kesulitan ekonomi. Impalak adalah sosok anak yang kerap membantu ayahnya, namun berubah menjadi sombong setelah sukses merantau.
Hidup di Tengah Kemiskinan
Dahulu kala di Tolitoli, Sulawesi Tengah, hidup seorang pria bersama anaknya di sebuah gubuk. Pria itu bernama Intobu dan anaknya bernama Impalak. Istri Intobu meninggal dunia ketika Impalak masih bayi.
Impalak adalah anak yang patuh dan rajin membantu ayahnya. Mereka adalah nelayan miskin yang hanya menggunakan sampan kecil untuk pergi memancing. Namun, mereka bercita-cita untuk memiliki kapal besar agar bisa mendapatkan lebih banyak ikan.
Mereka pergi ke laut untuk menangkap ikan setiap malam, bahkan saat cuaca buruk. Saking bergantung pada hasil laut, Intobu selalu menasehati anaknya agar tidak menjadikan cuaca buruk sebagai musuhnya.
Saking bergantung pada hasil laut, Intobu selalu menasehati anaknya agar tidak menjadikan cuaca buruk sebagai musuhnya.
Impalak Pergi Merantau
Intobu dan Impalak bekerja sebagai nelayan selama bertahun-tahun. Tapi, seiring berjalannya waktu, Impalak mulai bosan dengan pekerjaan itu. Dia ingin mencoba sesuatu yang baru, agar bisa hidup lebih baik bersama ayahnya.
Suatu hari, Impalak mencoba berbicara dengan ayahnya tentang keinginannya untuk merantau. Meski sedih mendengar keputusan putranya, Intobu tetap merelakan Impalak untuk pergi merantau untuk mengejar kehidupan yang lebih baik. Intobu hanya bisa mendoakan anaknya agar selalu selamat dan menjadi orang yang sukses.
Sebelum Impalak pergi, Intobu berpesan agar Impalak tidak menjadi sombong dan lupa diri. Impalak pun berjanji untuk tidak melupakan ayah dan kampung halamannya.
Sebelum Impalak pergi, Intobu berpesan agar Impalak tidak menjadi sombong dan lupa diri.
Impalak Bekerja di Perahu Bagga
Ketika berada di pelabuhan, Impalak melihat sebuah bagga (perahu layar) dan pergi menemui pemiliknya. Impalak bertanya, apakah dirinya boleh ikut berlayar bersama pemilik dan perahu tersebut. Pemilik bagga terdiam sesaat.
Sang pemilik bagga tak keberatan jika Impalak ikut bersamanya, tapi ia ingin memastikan bahwa Impalak sudah mendapatkan izin dan restu dari orang tuanya. Dengan yakin, Impalak berkata kepada sang pemilik bagga bahwa ia sudah mendapatkan izin dari ayahnya. Akhirnya, ia diperbolehkan ikut berlayar pada keesokan harinya.
Hari keberangkatan tiba, Impalak pun pergi ke pelabuhan bersama ayahnya pada pagi hari. Impalak lalu berpamitan dan mencium tangan ayahnya ketika bagga sedang bersiap untuk berlayar. Air mata pun segera berlinang dari mata Intobu saat bagga yang ditumpangi Impalak meninggalkan pelabuhan.
Beberapa tahun berlalu. Setiap melihat bagga, Intobu selalu berharap anaknya akan kembali. Tetapi, tidak ada kabar sama sekali dari Impalak.
Impalak Pulang ke Kampung Halaman
Suatu hari, Intobu pergi memancing ke perairan terbuka dekat pelabuhan menggunakan perahu kecil. Saat itulah, dia melihat sebuah bagga sedang berjalan menuju pelabuhan.
Ketika perahu tersebut mendekati sampan Intobu, dia melihat seorang pemuda tampan sedang berdiri di dek perahu. Pemuda itu ditemani istrinya yang cantik, dan Intobu mengenali pemuda itu. Dia adalah Impalak putra kesayangannya.
Perilaku Durhaka Impalak pada Ayahnya
Saat melihat sosok anaknya, Intobu spontan berteriak untuk memanggil Impalak. Namun, Impalak justru mengabaikan teriakan ayahnya. Istri Impalak bahkan sempat bertanya kepadanya, apakah pria di perahu kecil itu adalah ayahnya. Dengan arogan, Impalak tidak mengakui bahwa Intobu adalah ayahnya dan meminta istrinya untuk mengabaikan pria tua tersebut.
Saat melihat sosok anaknya, Intobu spontan berteriak untuk memanggil Impalak. Namun, Impalak justru mengabaikan teriakan ayahnya.
Intobu yang pantang menyerah terus mencoba mendayung perahunya agar lebih dekat ke bagga yang ditumpangi Impalak. Tetapi, tiba-tiba ada ombak besar di lautan. Perahu Intobu dihantam ombak dan hampir tenggelam.
Intobu lantas meminta pertolongan kepada Impalak yang melihatnya hampir tenggelam. Lagi-lagi, Impalak mengabaikan ayahnya. Dia bahkan mengubah haluan bagga agar berlawanan arah dengan perahu sampan Intobu.
Bagga Impalak Dikutuk menjadi Batu
Intobu sangat sedih melihat anak yang ia sayangi malah mengabaikannya seperti itu. Dalam keadaan kecewa, sedih, dan marah, ia melihat ke arah langit dan mengutuk bagga milik Impalak itu menjadi batu.
Dalam keadaan kecewa, sedih, dan marah, ia melihat ke arah langit dan mengutuk bagga milik Impalak itu menjadi batu.
Tak lama setelah Intobu memanjatkan doa, badai pun datang dan menerjang bagga milik Impalak hingga ke pinggir pantai. Tiba-tiba, Impalak dan perahunya berubah menjadi batu. Hingga kini, batu tersebut masih ada dan masyarakat setempat menyebutnya sebagai batu bagga.
Pesan Moral dari Legenda Batu Bagga
Cerita rakyat legenda Batu Bagga ini mengajarkan kita untuk menjadi anak yang berbakti dan menghormati orang tua. Karena sejatinya, kesuksesan yang kita raih bisa terjadi karena adanya izin dan doa dari orang tua kita.
Cerita rakyat legenda Batu Bagga ini mengajarkan kita untuk menjadi anak yang berbakti dan menghormati orang tua.
Selain itu, meski sudah sukses, kita juga harus tetap rendah diri. Karena, keserakahan dan kesombongan dapat membawa seseorang pada kehancuran.