Cari dengan kata kunci

jipeng_1200.jpg

Jipeng: Kombinasi Unik Tanji dan Topeng dalam Orkes Betawi

Sebuah seni teater khas Betawi yang muncul dari kolaborasi antara Tanji dan Topeng.

Kesenian

Sejak awal abad ke-19, kesenian orkes asli Betawi, Tanjidor, telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Kesenian Tanjidor sendiri awalnya dikenal dengan nama Tangsi atau Tanji. Namun karena ada penambahan beberapa alat musik lain seperti gendang, gong, dan alat musik gesek membuat nama Tanji berubah menjadi Tanjidor.

Kesenian Tanjidor sendiri awalnya dikenal dengan nama Tangsi atau Tanji.

Tanjidor terkenal karena keindahan musiknya yang menghibur. Banyak warga yang menyukai musik Tanjidor, sehingga kesenian ini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Tanjidor sering dimainkan dalam berbagai acara tradisional, seperti pernikahan, khitanan, dan acara keagamaan. Seiring dengan popularitasnya, kelompok-kelompok tanjidor pun mulai menjamur di masyarakat.

Sayangnya, masyarakat mulai merasa bosan dengan pertunjukan Tanjidor yang hanya memainkan instrumen musik saja. Masa sulit ini memicu kebutuhan akan inovasi dalam kesenian tersebut. Untuk mengatasi kejenuhan, masyarakat Betawi mencoba menggabungkan kesenian Tanjidor dengan Topeng, yang menghasilkan kesenian baru bernama Jipeng.

Pimpinan grup Jipeng Al Jabar dari generasi ketiga, Bang Jaip, mengungkapkan, “dari tanjidor orang kan lama-lama jadi jenuh karena lagu aja, orang dulu kan kalau lagu aja suka bosen. Makanya kemudian dikolaborasikan dengan topeng, jadilah tanji dan topeng, disingkat jadi Jipeng.”

Jipeng tidak hanya mempertunjukkan permainan musik, tetapi juga tarian, nyanyian, serta perpaduan gerak dan teater yang kadang mengundang lawakan. Sebagai kesenian perpaduan, tata cara pergelaran Jipeng tidak berbeda dengan pergelaran Topeng. Bedanya pada awal pertunjukan dan kostum. Kostum yang digunakan pemain Jipeng lebih sederhana. Untuk penarinya, Jipeng cukup memakai kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang. Topeng diawali dengan lagu arang-arangan atau enjot-enjotan, Jipeng diawali dengan lagu-lagu mars dan was (wals) khas Tanjidor.

Jipeng tidak hanya mempertunjukkan permainan musik, tetapi juga tarian, nyanyian, serta perpaduan gerak dan teater yang kadang mengundang lawakan.

Tema dan cerita yang dibawakan Jipeng tidak banyak berbeda dengan Topeng. Pada umumnya kesenian Jipeng ini mengambil tema cerita tentang keagamaan atau petuah. Selain itu, waktu pementasan Jipeng umumnya dilakukan pada pada malam hari. Sedangkan pada siang hari, Tanjidor biasanya terlebih dahulu diarak keliling kampung. Bang Jaip juga menambahkan, “jika pada siang harinya tanjidor diarak keliling kampung, maka malam harinya tanji digabungin sama topeng.”

Pada puncak popularitasnya sekitar tahun 1970-an dan 1980-an, Jipeng sering ditampilkan dalam berbagai acara dan perayaan tradisional masyarakat Betawi. Namun, saat ini kesenian Jipeng lebih terbatas hanya di pinggiran Jakarta, dengan sedikit grup yang masih mempertontonkannya.

Meskipun mengalami penurunan popularitas dalam beberapa dekade terakhir, Jipeng tetap dijaga dan dilestarikan oleh kelompok-kelompok seperti Jipeng Al Jabar yang saat ini sudah memasuki generasi ketiga. Dengan demikian, Jipeng bukan hanya merupakan bentuk hiburan, tetapi juga bagian penting dari warisan budaya Betawi yang perlu dilestarikan dan diapresiasi.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Muasal Jipeng, Perpaduan Tanji dan Topeng Betawi Jipeng dan Jinong 5 Jenis Kesenian Betawi yang Terpendam

This will close in 10 seconds