Cari dengan kata kunci

Cerita rakyat legenda sangkuriang dan gunung tangkuban perahu

Cerita Rakyat Jawa Barat: Legenda Sangkuriang dan Tangkuban Perahu

Kisah di balik nama Sangkuriang dan Dayang Sumbi melekat dengan Gunung Tangkuban Perahu.

Kesenian

Provinsi Jawa Barat dikenal akan sejumlah destinasi wisatanya yang beragam. Mulai dari Ujung Genteng di pesisir pantai selatan, Candi Cangkuang yang historis, hingga Gunung Tangkuban Perahu. Selain menjadi salah satu objek wisata favorit, Gunung Tangkuban Perahu yang memiliki rupa stratovolcano ini juga memiliki fakta-fakta lainnya. Gunung ini adalah habitat bagi ragam flora dan fauna langka seperti 12 macam tanaman pakis, puspa, lemo, elang jawa, macan tutul, dan macan kumbang. Gunung ini juga memiliki sembilan kawah, tiga di antaranya menjadi favorit wisatawan untuk berendam air hangat. Legenda di balik terciptanya gunung ini pun menjadi salah satu kisah populer. Anda tentunya pernah mendengar tentang Sangkuriang.

Sangkuriang merupakan salah satu legenda populer Indonesia sehingga diadaptasi dalam beberapa bentuk. Selain diceritakan kembali di dalam sejumlah buku, kisah Sangkuriang juga pernah diadaptasi menjadi film layar lebar dengan judul yang sama pada tahun 1982, yang diperankan oleh Suzanna dan Clift Sangra. Sangkuriang juga pernah menjadi subjek tugas mahasiswa Universitas Komputer Indonesia, Telkom University, dan STT Garut yang diwujudkan dalam bentuk game. Salah satu adaptasi di tahun 2020, Indonesia Kaya bersama ArtSwara Production mengisahkan kembali Sangkuriang dalam bentuk musikal yang dinarasikan oleh Chandra Satria dan turut diperankan Kikan Namara.

Kisah Sangkuriang terdiri dari sejumlah tokoh yang berandil besar dalam alur cerita. Pertama, tentu saja adalah Dayang Sumbi yang terlahir dari Wayung Hyang dan Raja Sungging Perbangkara. Wayung Hyang adalah dewi yang dikutuk menjadi seekor babi hutan bersama dengan Tumang, dewa yang dikutuk menjadi – seekor anjing. Terlepas dari menjelmanya mereka menjadi hewan yang mengindikasikan sifat tercela di Khayangan, keduanya menjadi sosok yang lebih baik dan bijaksana ketika berdiam di bumi. 

Dayang Sumbi yang terlahir dari Wayung Hyang dan Raja Sungging Perbangkara

Dayang Sumbi sendiri digambarkan sebagai seorang gadis yang berparas rupawan dan berakal sehat sehingga bisa menolak pinangan anaknya sendiri. Raja Sungging Perbangkara diketahui sebagai sosok yang murah hati, sebab ia mengangkat Dayang Sumbi sebagai anaknya sendiri dan memelihara Tumang sebagai penjaga istana. Sangkuriang adalah karakter yang memiliki sifat penuh amarah dan gegabah sehingga kerap melakukan perbuatan tercela, bahkan menimbulkan malapetaka.

Seperti apa kisah legendaris tentang Sangkuriang dan terbentuknya Tangkuban Perahu? Simak cerita lengkapnya berikut.

Dayang Sumbi dan Kecantikannya

Dahulu kala, ada sepasang dewa dan dewi khayangan yang dihukum menjadi hewan dan menjalani masa hukumannya di bumi. Sang dewa menjelma menjadi anjing yang bernama Tumang, dan sang dewi menjadi babi hutan bernama Wayung Hyang. Keduanya tinggal di dalam hutan.

Sang dewa menjelma menjadi anjing yang bernama Tumang, dan sang dewi menjadi babi hutan bernama Wayung Hyang.

Suatu ketika, Wayung Hyang yang merasa kepanasan melihat ada air yang tertampung di pohon keladi dan langsung meminumnya. Ternyata, air tersebut adalah air seni Raja Sungging Perbangkara yang sakti. Setelah meminum air tersebut, babi hutan Wayung Hyang pun mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan. Raja Sungging Perbangkara yang mengetahui hal ini membawa bayi tersebut dan membesarkannya di istana. Ia menamainya Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Para raja, pangeran, dan bangsawan semuanya saling berperang memperebutkan Dayang Sumbi. Melihat kejadian tersebut, Dayang Sumbi meminta izin ayahnya untuk mengasingkan diri. Demi kedamaian, Raja Sungging Perbangkara mengizinkan putrinya tinggal seorang diri di hutan, ditemani anjing bernama Tumang.

Kelahiran Sangkuriang  

Selama di pengasingan, Dayang Sumbi mengisi hari-harinya dengan menenun. Suatu hari saat sedang asyik menenun, peralatannya ada yang terjatuh. Karena malas mengambil, ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa siapapun yang mengambilkan peralatan itu akan ia nikahi jika seorang pria, dan akan dijadikan saudara jika seorang wanita.

Tidak lama kemudian, Tumang menghampirinya membawakan peralatan tersebut. Karena harus menepati janji, Dayang Sumbi pun menikahi Tumang. Dari pernikahannya, ia melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamai Sangkuriang. 

Sama seperti kakeknya, sang raja, Sangkuriang juga gemar berburu di hutan. Setiap kali berburu, ia selalu ditemani oleh Tumang. Sangkuriang tidak pernah tahu bahwa Tumang adalah jelmaan dewa sekaligus ayahnya. Sangkuriang hanya menganggap bahwa Tumang adalah anjing peliharaan biasa.

Kemarahan Dayang Sumbi dan Kaburnya Sangkuriang

Pada suatu hari, Sangkuriang diminta ibunya untuk berburu kijang karena Dayang Sumbi ingin memakan hati kijang. Sangkuriang pun pergi berburu bersama Tumang. Setelah lama menunggu dan tidak melihat satu ekor kijang pun, Sangkuriang mulai patah semangat. Tidak lama kemudian, Sangkuriang melihat seekor babi hutan dan segera meminta Tumang untuk mengejarnya. 

Tumang yang biasanya semangat, saat itu tidak mau menuruti perkataan Sangkuriang. Tumang mengenali babi hutan itu, Wayung Hyang. Sangkuriang pun menjadi marah kepada Tumang karena tidak mendengarkannya. Sangkuriang lalu membunuh Tumang, mengambil hatinya, dan membawanya kepada Dayang Sumbi untuk dimasak dan dimakan. 

Sangkuriang lalu membunuh Tumang, mengambil hatinya, dan membawanya kepada Dayang Sumbi untuk dimasak dan dimakan. 

Setelah ibunya mencari-cari Tumang, Sangkuriang akhirnya mengakui perbuatannya. Dayang Sumbi yang sangat marah memukul kepala Sangkuriang hingga berdarah. Sangkuriang pun menjadi marah dan sakit hati karena ibunya lebih menyayangi Tumang dari dirinya. Ia lalu kabur dan mengembara sendiri. 

Setelah ditinggal Sangkuriang, Dayang Sumbi pergi bertapa untuk memohon ampun kepada dewa atas kesalahannya. Para dewa memaafkan dan memberinya kecantikan yang abadi, sehingga wajah Dayang Sumbi tidak terlihat menua.

Sangkuriang Jatuh Cinta

Bertahun-tahun terlewati, Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan sakti karena terus berguru kepada orang-orang sakti yang ia temui selama mengembara. Dalam perjalanannya, tanpa sadar ia kembali ke tempat kelahirannya. Di hutan ia terpesona pada kecantikan seorang gadis tanpa menyadari bahwa itu adalah ibunya.

Dayang Sumbi yang juga tidak menyadari bahwa pemuda gagah itu adalah anaknya, membalas cinta Sangkuriang. Keduanya jatuh cinta dan berencana untuk menikah. Sebelum menikah, Sangkuriang berniat untuk pergi berburu. Dayang Sumbi pun membantunya mengenakan ikat kepala. Saat itu, Dayang Sumbi lalu melihat bekas luka pukulannya dulu dan langsung mengenali Sangkuriang. 

Dayang Sumbi lalu melihat bekas luka pukulannya dulu dan langsung mengenali Sangkuriang. 

Dayang Sumbi menceritakan siapa dirinya kepada Sangkuriang dan menolak untuk diperistri anaknya sendiri. Sangkuriang yang dibutakan oleh hawa nafsu tidak percaya pada cerita itu dan tetap berniat meminang Dayang Sumbi.

Permintaan Mustahil Dayang Sumbi

Melihat kegigihan Sangkuriang, Dayang Sumbi akhirnya memberikan syarat pernikahan yang dianggap mustahil. Ia meminta Sangkuriang membendung Sungai Citarum dan membangun sebuah kapal yang besar hanya dalam waktu satu malam. Jika berhasil, barulah ia akan menikahi Sangkuriang. 

Sangkuriang menyanggupi permintaan Dayang Sumbi. Dengan kesaktiannya, ia memanggil makhluk halus untuk membantunya bekerja. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir berhasil, ia kembali berdoa kepada dewa meminta pertolongan. Dayang Sumbi lalu menebarkan kain putih dan memaksa ayam jantan berkokok. Makhluk halus yang mengira hari sudah pagi meninggalkan pekerjaan mereka.

Merasa sudah dicurangi membuat Sangkuriang marah besar. Sangkuriang menendang kapal besar yang sudah dibuatnya sehingga jatuh tertelungkup. Kapal besar ini kemudian menjelma menjadi sebuah gunung, Gunung Tangkuban Perahu yang berarti perahu yang tertelungkup. Karena takut akan kemarahan Sangkuriang, Dayang Sumbi terus berlari dan akhirnya menghilang di Gunung Putri. Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi akhirnya menghilang ke alam gaib.

Kapal besar ini kemudian menjelma menjadi sebuah gunung, Gunung Tangkuban Perahu yang berarti perahu yang tertelungkup.

Moral Cerita Sangkuriang

Ada beberapa moral cerita yang bisa didapatkan dari cerita Sangkuriang. Yang pertama adalah kejujuran. Kejujuran akan membawa kebaikan di kemudian hari, sementara perbuatan curang akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kita juga dapat belajar untuk selalu berpikir jernih sebelum bertindak. Jangan gegabah dan buru-buru dalam memutuskan sesuatu, apalagi kalau kita sedang marah. Sama seperti Sangkuriang yang sering kali bertindak dikuasai oleh amarahnya, dan pada akhirnya perbuatannya itu tidak mendatangkan kebaikan. 

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • PPID Bandung, Kompas, Kumparan

This will close in 10 seconds