Cari dengan kata kunci

Cerita rakyat Roro Jonggrang

Cerita Rakyat Jawa Tengah: Roro Jonggrang dan Candi Prambanan

Kisah dendam putri raja terhadap pangeran perkasa dari kerajaan lain yang menghasilkan sebuah monumen lintas generasi.

Kesenian

Candi Prambanan merupakan fondasi dari cerita Roro Jonggrang. Berasal dari Jawa Tengah, Hingga hari ini, “Roro Jonggrang” masih sering disebut-sebut. Biasanya dalam konteks dari pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat atau sendirian. 

Popularitas cerita ini turut tercermin lewat adaptasinya ke dalam bentuk film, sinetron, dan film pendek. Salah satu yang cukup ternama adalah film Lara Jonggrang (Candi Prambanan) yang rilis pada tahun 1983 dan diperankan oleh Minati Atmanagara. 

Hari ini, selain Candi Roro Jonggrang yang berada di sisi utara, juga ada sembilan candi lain di Kompleks Candi Prambanan. Kesembilan candi itu adalah Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Garuda, Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Apit, Candi Patok, dan Candi Perwara. 

Ada beberapa peran dalam kisah Roro Jonggrang yang memiliki andil besar. Pertama, Roro Jonggrang yang merupakan putri kesayangan dari seorang pemimpin raksasa yang arogan dan serakah, Prabu Boko. Meski sopan, dan berwajah cantik seperti bidadari, Roro Jonggrang mengingkari janjinya dengan cara yang licik. .

Roro Jonggrang yang merupakan putri kesayangan dari seorang pemimpin raksasa yang arogan dan serakah, Prabu Boko.

Kemudian ada Bandung Bondowoso, putra dari Raja Prabu Damar Moyo. Meski sakti dan gagah, penerus Kerajaan Pengging ini memiliki sifat yang sombong, suka memaksakan kehendak, mudah terpancing emosi, dan tidak bisa menerima kekalahan. 

Apa saja yang terjadi dalam satu malam di balik cerita rakyat Roro Jonggrang? Simak cerita lengkapnya di sini.

Perang Antara Kerajaan Pengging dan Keraton Prambanan

Di Jawa Tengah, terdapat dua Kerajaan yang keadaannya bertolak belakang bernama Kerajaan Pengging dan Keraton Prambanan.

Prabu Damar Moyo adalah pemimpin Kerajaan Pengging. Daerah kekuasaannya begitu subur dan makmur, rakyatnya pun memiliki kehidupan yang makmur. Raja Prabu Damar Moyo memiliki seorang penerus yang sakti dan gagah bernama Bandung Bondowoso.

Raja Prabu Damar Moyo memiliki seorang penerus yang sakti dan gagah bernama Bandung Bondowoso.

Sedangkan Keraton Prambanan yang kering dan tandus dipimpin oleh seorang raksasa bernama Prabu Boko. Pemimpin yang satu ini terkenal arogan dan serakah. Meski begitu, Prabu Boko dikaruniai seorang putri cantik seperti bidadari bernama Roro Jonggrang.

Karena sifatnya yang serakah, Prabu Boko mempunyai keinginan untuk memperluas daerah kekuasaannya. Ia pun memutuskan untuk berperang dengan Kerajaan Pengging. Prabu Boko mempersiapkan para pemuda di kerajaannya untuk menjadi prajurit. Pemerasan terhadap rakyatnya sendiri pun dilakukan.

Dengan persiapan yang matang, akhirnya tiba hari di mana Prabu Boko menyerang Kerajaan Pengging dan mengusik ketentraman rakyatnya. Perang lalu terjadi, menjatuhkan banyak korban, dan membuat rakyat dari kedua kerajaan menderita dan kelaparan. 

Kecantikan Roro Jonggrang

Melihat keadaan begitu memprihatinkan, Prabu Damar Moyo mengutus anaknya sendiri untuk maju ke medan perang dan melawan Prabu Boko.

Pertempuran sengit terjadi di antara Prabu Boko dan Bandung Bondowoso, yang sama-sama sakti. Peperangan itu berujung dengan kematian Prabu Boko. Tidak butuh waktu lama untuk pasukan Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso mengepung Keraton Prambanan. Di waktu yang bersamaan, kabar duka kematian ayahnya pun sampai di telinga Roro Jonggrang. Setibanya di Keraton Prambanan, Bandung Bondowoso melihat Roro Jonggrang. Dengan cepat, Bandung Bondowoso terpesona pada kecantikannya.

Dengan cepat, Bandung Bondowoso terpesona pada kecantikannya.

Syarat Menikahi Roro Jonggrang

Sudah jatuh hati, muncul keinginan Bandung Bondowoso untuk memperistri Roro Jonggrang. Meski terkejut mendengar keinginan sang panglima perang, Roro Jonggrang takut untuk berkata tidak kepada pemuda yang telah membunuh ayahnya. Pasalnya, Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan seluruh rakyat Keraton Prambanan jika permintaannya ditolak. 

Ide cemerlang pun muncul, Roro Jonggrang akan menyetujui keinginan tersebut jika Bandung Bondowoso mampu memenuhi dua syarat darinya dalam satu malam saja.

Syarat pertama yaitu Bandung Bondowoso harus membuat sumur yang dalam bernama Jalatunda. Kedua, ia harus membangun seribu candi hanya dalam waktu satu malam. 

Syarat pertama yaitu Bandung Bondowoso harus membuat sumur yang dalam bernama Jalatunda.

Keberhasilan Bandung Bondowoso

Bandung Bondowoso berusaha menyanggupi syarat Roro Jonggrang. Ia menggali tanah yang dalam untuk membangun sumur dan berhasil menyelesaikan dengan cepat.

Melihat hal ini, Roro Jonggrang menjadi gelisah karena syarat pertamanya sudah terpenuhi dengan mudah. Semakin gelisah, Roro Jonggrang mendorong Bandung Bondowoso ke dalam sumur lalu melempari bebatuan dan tanah dengan bantuan patih sakti.

Tidak sebanding dengan kekuatannya, Bandung Bondowoso berhasil keluar dari dalam sumur dengan rasa geram. Tetapi amarah itu tidak jadi meledak karena rasa cintanya pada Roro Jonggrang.

Tetapi amarah itu tidak jadi meledak karena rasa cintanya pada Roro Jonggrang.

Dalam upaya memenuhi syarat kedua, Bandung Bondowoso kemudian meminta bantuan bala tentara makhluk halus untuk membangun seribu candi sebelum pagi tiba.

Semua berjalan lancar karena balatentara ini berhasil membangun seribu candi dengan cepat. Sebelum pagi tiba, 998 candi sudah terbangun, dan menyisakan dua candi yang belum selesai.

Kegelisahan Roro Jonggrang semakin menjadi, dengan cepat ia pun mencari jalan keluar yang lain.

Kelicikan Roro Jonggrang

Ide licik untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso terbesit dalam pikirannya. Sontak, ia memerintahkan para dayangnya untuk menyalakan api obor dan membakar jerami sehingga mengubah warna langit menjadi merah dan membuat ayam jantan berkokok bersahutan menyangka hari sudah pagi.

Semua dilakukan demi mengelabui para bala tentara Bandung Bondowoso. Tumbukan padi di lesung pun perlahan terdengar. Para makhluk halus berbondong-bondong pergi meninggalkan pekerjaannya, menyisakan satu candi yang belum selesai dibangun.

Menyadari perbuatan Roro Jonggrang yang curang demi menggagalkan usahanya untuk kedua kalinya, Bandung Bondowoso pun tak tinggal diam. Kecantikan Roro Jonggrang tidak lagi mengelabuinya, Bandung Bondowoso kini dipenuhi oleh amarah.

Roro Jonggrang Menjadi Arca Batu

Sakit hati, Bandung Bondowoso memperlihatkan kesaktiannya, ia menunjuk sekaligus mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah patung yang begitu besar. Dalam sekejap Roro Jonggrang yang cantik seperti bidadari pun berubah menjadi arca batu yang melengkapi candi terakhir.

Sakit hati, Bandung Bondowoso memperlihatkan kesaktiannya, ia menunjuk sekaligus mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah patung yang begitu besar.

Sejak itu, batu raksasa tersebut dikenal sebagai arca Durga yang terletak di dalam ruang candi yang besar. Hingga hari ini, candi tersebut dikenal dengan nama Candi Roro Jonggrang. Sedangkan, candi-candi di sekitar Candi Prambanan dinamakan Candi Sewu, meski jumlahnya tidak mencapai seribu. Dalam bahasa Jawa, kata “sewu” berarti seribu.

Pesan Moral Cerita Roro Jonggrang

Terdapat beberapa pesan moral cerita yang dapat dipetik dari kisah Roro Jonggrang dan Candi Prambanan. Pertama, untuk belajar agar tidak menjadi orang serakah yang dapat merugikan orang banyak dan diri sendiri. Seperti yang dilakukan Roro Jonggrang kepada Bandung Bondowoso sebelum menikahinya.

Lalu, sebagai manusia, sebaiknya hindari memaksakan kehendak kepada orang lain. Seperti yang dilakukan Bandung Bondowoso terhadap Roro Jonggrang.

Dan yang terakhir, belajarlah untuk selalu menepati janji dan tidak berbuat curang kepada orang lain.

This will close in 10 seconds