Hari raya pehcun merupakan perayaan yang selalu diselenggarakan oleh etnis Tionghoa di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Perayaan yang identik dengan kebudayaan sungai pada Zaman Dinasti Ciu ini dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Khongcu Lek. Awalnya, perayaan pehcun digelar untuk menghormati seorang bangsawan besar dari Tiongkok yang bernama Qu Yuan.
Menurut Cin Eng, salah seorang dari perkumpulan Boen Tek Bio, Qu Yuan menceburkan diri ke Sungai Bek Lo lantaran bersedih mendengar berita hancurnya Negeri Cho oleh serangan orang-orang Negeri Chien. Yang membuatnya bersedih adalah orang-orang Negeri Chien menfitnah Qu Yuan sehingga dirinya harus terusir dari negeri leluhurnya sendiri.
Puncak perayaan pehcun ditandai dengan ritual memandikan perahu. Hal ini merupakan representasi dari rasa penghormatan yang tinggi kepada Qu Yuan. Prosesi memandikan perahu dilakukan tepat pukul 12 malam di tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Khongcu Lek. Perahu yang dimandikan adalah perahu papak merah peninggalan Kapitan Oey Giok Koen dari tahun 1900.
Dahulu, perayaan pehcun digelar di kawasan Kota, Jakarta. Tetapi karena sungai di Jakarta mengalami pendangkalan, perayaan pehcun dipindahkan ke Sungai Cisadane. Begitu pun dengan prosesi memandikan perahu. Perahu papak merah peninggalan tahun 1900 kini tersimpan dan dimandikan di Vihara Kong Cho, yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Karawaci, Tangerang.
Selain perahu papak merah, di vihara tersebut juga tersimpan perahu papak hijau peninggalan dari tahun 1911. Menurut riwayatnya, perahu papak hijau pernah patah di bagian tengah ketika digunakan dalam perayaan pehcun di tahun tersebut.
Para prosesi ini, perahu papak merah dan hijau dimandikan menggunakan air kembang. Setiap orang yang datang dipersilakan untuk memandikan perahu dengan cara mengusapnya menggunakan kain merah yang sudah disediakan.
Prosesi memandikan perahu ini mendapat perhatian dari masyarakat sekitar. Mereka datang memadati vihara tempat dilangsungkannya prosesi. Mereka yang datang mengharapkan berkah. Menurut keyakinan, air bekas memandikan perahu akan membawa berkah, seperti rezeki yang terus mengalir bagaikan perahu di tengah arus air.
Setelah prosesi memandikan perahu, pada malam hari itu juga diadakan berbagai hiburan berupa seni tradisi Betawi seperti ngibing dan gambang keromong. Selain itu, perayaan juga diramaikan oleh berbagai kuliner khas Pecinan, mulai dari bakcang hingga panggangan daging babi.