Cari dengan kata kunci

Ruwatan_anak_gimbal_1200.jpg

Makna Mendalam dari Tradisi Ruwatan Anak Gimbal di Dieng

Selain memotong rambut gimbal, masyarakat Dieng juga memanjatkan doa dan harapan kesejahteraan dalam acara ini.

Tradisi

Acara ini merupakan salah satu tradisi budaya terpenting bagi masyarakat Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Anak-anak berambut gimbal yang telah menyatakan keinginan mereka untuk memotong rambut gimbalnya akan dikumpulkan. Mereka akan mengikuti ritual ruwatan untuk memotong rambut gimbal yang selama ini melekat di kepala mereka.

Ruwatan rambut gimbal merupakan acara yang sangat penting bagi masyarakat Dieng. Dalam acara ini, tidak hanya rambut gimbal yang dipotong, tetapi bersamaan dengan pemotongan rambut gimbal tersebut, masyarakat Dieng juga memanjatkan doa dan mengharap kesejahteraan bagi mereka.

Ruwatan rambut gimbal merupakan acara yang sangat penting bagi masyarakat Dieng.

Pada masa lalu, tradisi ruwatan rambut gimbal dilakukan secara individu oleh setiap keluarga yang memiliki anak berambut gimbal. Namun, sejak tahun 2002, tradisi ini telah diubah menjadi ruwatan massal.

Pemotongan rambut gimbal dapat dilakukan kapan saja, tidak terikat pada perhitungan atau penanggalan tertentu. Biasanya, rambut gimbal dipotong setelah anak yang memilikinya menginginkannya. Acara pemotongan rambut gimbal umumnya dilakukan pada bulan Juni, Juli, atau Agustus, bertepatan dengan masa libur sekolah.

Ruwatan pemotongan rambut gimbal yang dilakukan mandiri tidak terlalu rumit. Orang tua hanya perlu mengadakan pengajian, memenuhi permintaan anak, dan menyediakan beberapa sesaji, terutama tumpeng. Di sisi lain, ruwatan massal akan melalui prosesi yang lebih panjang.

Rangkaian ritual ini dimulai beberapa hari sebelum pelaksanaan ruwatan.

Rangkaian ritual ini dimulai beberapa hari sebelum pelaksanaan ruwatan. Para tetua adat akan melakukan ziarah ke 21 tempat yang dianggap suci, termasuk tujuh sumber mata air di Dataran Tinggi Dieng. Mereka akan mengambil air dari ketujuh sumber mata air tersebut. Prosesi ini dapat dilakukan dalam satu hari atau beberapa hari, tergantung pada kesepakatan adat dan kondisi yang ada.

Ziarah ini bertujuan untuk meminta izin agar acara yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, berdoa agar acara ruwatan dapat membawa keberkahan bagi si anak, keluarga, dan seluruh masyarakat Dataran Tinggi Dieng.

Sesepuh adat yang memimpin acara ruwatan massal bergantung pada lokasi pelaksanaan ruwatan massal tersebut.

Pada hari pelaksanaan, rangkaian acara dimulai di pagi hari. Anak-anak berambut gimbal yang akan diruwat berkumpul di rumah sesepuh adat. Di setiap desa di Dataran Tinggi Dieng, terdapat seorang sesepuh adat. Sesepuh adat yang memimpin acara ruwatan massal bergantung pada lokasi pelaksanaan ruwatan massal tersebut.

Selain anak-anak rambut gimbal, di sini juga berkumpul para wanita pengiring yang membawa berbagai makanan persembahan, yang biasa disebut domas. Kelompok-kelompok kesenian, serta para tetua adat, turut bergabung dalam rombongan ini. Mereka kemudian akan berkeliling kampung.

Setelah berkeliling kampung, arak-arakan akan menuju Kompleks Candi Arjuna. Tempat pertama yang didatangi adalah Sendang Sedayu. Di sumber mata air ini, anak-anak berambut gimbal akan menjalani ritual penyucian yang dikenal dengan nama penjamasan. Kemudian, mereka menuju Dharmasala untuk merapikan pakaian mereka. Acara selanjutnya adalah menuju salah satu candi di Kompleks Candi Arjuna untuk melakukan pemotongan rambut gimbal.

Ruwatan massal memudahkan orang tua anak-anak berambut gimbal dan menjadi tujuan wisata.

Selain menjadi tujuan wisata, penyelenggaraan ruwatan massal juga bertujuan untuk memudahkan orang tua dari anak-anak berambut gimbal. Sebelum rambutnya dipotong, anak-anak berambut gimbal biasanya akan meminta sesuatu yang harus dipenuhi. Permintaan ini dapat berupa benda atau hal lain. Pernah ada seorang anak berambut gimbal yang ingin rambutnya dipotong oleh seorang pejabat. Penyelenggaraan ruwatan massal oleh pemerintah daerah dapat meringankan beban orang tua dari permintaan semacam ini.

Selain itu, permintaan yang sering diajukan pun terdengar ‘aneh’. Contohnya, ada seorang anak berambut gimbal yang meminta dua ekor ikan asin. Masyarakat Dieng meyakini bahwa permintaan tersebut bukan permintaan si anak, melainkan permintaan makhluk lain yang menjaga anak berambut gimbal tersebut.

Rambut gimbal yang telah dipotong kemudian akan dilarung di sumber air yang ada di Dieng. Tempat yang biasa dijadikan tempat pelarungan adalah Telaga Warna, Telaga Balaikambang, atau Sungai Serayu. Konon, setelah melalui prosesi ini, rambut gimbal pada anak tersebut tidak akan tumbuh kembali.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya