Pengaruh kebudayaan Tionghoa terhadap masyarakat Tangerang tidak hanya terlihat dari kepercayaan, budaya, atau bangunan. Makanan masyarakat setempat pun mendapat pengaruh dari kebudayaan Tionghoa. Laksa contohnya.
Sekilas, bentuk mie yang terdapat dalam laksa terlihat seperti spaghetti–makanan khas Italia. Bentuknya lebih besar dan bulat dibanding mie pada umumnya. Hanya saja, mie yang disajikan dalam laksa berwarna putih. Mie putih tersebut kemudian disiram dengan kuah yang terbuat dari ramuan berbagai rempah seperti kunyit, salam, serai, jahe, cabai, bawang, serta santan. Hasilnya, sebuah makanan yang kaya akan rasa dan dengan tekstur yang kenyal.
Sekilas, bentuk mie yang terdapat dalam laksa terlihat seperti spaghetti.
Jika berkunjung ke Tangerang, laksa bisa dengan mudah ditemukan di ujung Jalan TMP Taruna. Di sini, terdapat Kawasan Kuliner Laksa Tangerang.
Ada delapan penjual laksa yang berdagang di pusat kuliner ini. Sebelumnya, para pedagang ini berjualan di dekat penjara yang juga terletak di Jalan TMP Taruna. Pada tahun 2010, Pemerintah Kota Tangerang membangun pusat kuliner ini agar para pedagang laksa mendapat tempat yang layak dan lebih tertata. Para pedagang di sini mulai berdagang dari jam 10.00 hingga 22.00 WIB.
Selain siraman kuah bersantan, laksa juga biasa dinikmati bersama daging atau telur ayam.
Para pedagang laksa di sini membuat sendiri mie untuk laksa. Mie tersebut dibuat dari tepung beras yang juga mereka olah sendiri.
Sebagai pilihan menu pendamping menikmati laksa, para pedagang akan menawarkan daging atau telur ayam. Laksa dengan daging ayam dijual Rp15.000 per porsi sementara laksa dengan telur ayam dijual Rp8.000 per porsi. Selain itu, pengunjung juga bisa menambahkan lontong (Rp500 per potong) atau otak-otak (Rp20.000 per porsi) sebagai menu pendamping menikmati laksa.