Masyarakat Kutai masih kuat memelihara kelestarian permainan tradisional mereka. Di tengah kepungan berbagai permainan modern, kompetisi permainan tradisional tetap menjadi ajang bergengsi bagi warga Kutai. Hal ini dapat terlihat dalam setiap pelaksanaan Festival Erau. Dalam perhelatan tahunan tersebut, permainan-permainan tradisional menjadi ajang perebutan prestise dan prestasi kontingen-kontingen dari setiap kecamatan di Kutai Kartanegara.
Salah satu jenis permainan unik dari Kutai adalah belogo. Perangkat utama dari permainan ini adalah kepingan berbentuk segi lima yang disebut logo. Kepingan logo terbuat dari batok kelapa yang diamplas di kedua sisinya. Logo ini dimainkan dengan cara dicungkil menggunakan sebuah tongkat yang disebut campak.
Belogo dimainkan secara beregu, dengan setiap regu terdiri dari tiga orang. Setiap regu harus menjatuhkan tiga buah target, yaitu kepingan logo yang diletakkan secara vertikal di tiga titik berderetan dari titik awal. Jarak antar target adalah 8 meter dengan lebar lintasan kurang lebih 3 meter. Karenanya, arena permainan belogo minimal membutuhkan ruang seluas 30 x 3 meter.
Setiap orang dalam regu bertugas menjatuhkan sebuah target yang berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki dua kali kesempatan untuk mencungkil logo yang digunakannya, sehingga setiap tim hanya memiliki enam kali kesempatan untuk menjatuhkan seluruh sasaran. Jika target yang menjadi tugasnya telah berhasil dijatuhkan pada pukulan pertama, seorang pemain dapat menggunakan pukulan keduanya untuk menjatuhkan sasaran yang menjadi tugas dari rekan satu tim.
Dalam kompetisi antar regu, masing-masing tim bermain secara bergantian dengan sistem akumulasi skor. Tiga target, yaitu depan, tengah, dan belakang, memiliki skor yang berbeda. Sasaran dengan posisi terjauh memiliki skor paling besar. Jika target bisa dijatuhkan pada cungkilan pertama maka disebut “agung” dan mendapatkan bonus skor tambahan.
Baca juga: Hadang, Permainan Tradisional yang Tetap Bertahan