Sebagai bangsa agraris, kegiatan berladang memiliki arti penting bagi masyarakat Nusantara. Selain menjadi sumber utama pangan, aktivitas ini juga memberi pengaruh besar terhadap lahirnya berbagai kesenian. Salah satu wujudnya dapat dilihat pada tari kancet, tarian tradisional yang tumbuh dari tradisi berladang masyarakat Dayak.
Suku Dayak, yang mendiami Pulau Kalimantan, memang dikenal memiliki seni dan budaya yang kaya serta eksotis. Walau tidak semua musik dan tari yang berkembang di sana berkaitan langsung dengan berladang, sebagian darinya erat menyatu dengan kehidupan agraris.
Dari tradisi itulah lahir tari kancet, yang biasanya dibawakan oleh perempuan Dayak Kenyah dalam upacara menjelang panen raya. Tarian ini bukan hanya hiburan, tetapi juga bagian dari ekspresi budaya yang sarat makna.
Tarian tradisional yang tumbuh dari tradisi berladang masyarakat Dayak.
Penari kancet terdiri dari dua sampai enam orang. Para penari tersebut mengenakan sapek sapay (pakaian adat suku Dayak Kenyah). Sapek sapay untuk perempuan dinamakan dengan ta a. Pakaian ini terdiri dari penutup kepala dan pakaian.
Penutup kepala berbentuk mahkota terbuat dari daun pandan yang dihiasi bulu burung tingang. Pengaruh budaya agraris juga terlihat dari dipakainya caping sebagai bagian dari penutup kepala para penari kancet.
Sementara, bagian pakaian disebut sapeq inoq. Sama halnya dengan pakaian kaum pria, sapeq inoq juga berwarna dasar hitam yang dipenuhi dengan hiasan manik-manik yang berwarna kontras.
Tari kancet juga sering disebut dengan nama tari gong.
Gerakan-gerakan dalam tari kancet melambai seirama dengan hentakan gendang dan alunan bunyi dari sape. Saat membawakan gerakan-gerakan tersebut, di jemari para penari disisipkan bulu burung tingang. Lambaian para penari pun terlihat begitu anggun dan eksotis.
Sambil terus membawakan gerak yang melambai, para penari kemudian menaiki sebuah gong berukuran besar. Karenanya, tari kancet juga sering disebut dengan nama tari gong.
Saat ini, tari kancet tidak lagi hanya dipentaskan pada upacara menjelang panen raya. Tari ini juga dipentaskan dalam berbagai festival budaya atau ketika masyarakat adat sedang menyambut tamu kehormatan yang datang ke desa mereka.