Pagi itu, sebuah Silimo di lembah Baliem sedang ramai. Masyarakat Suku Dani yang tinggal di Silimo itu sedang berkumpul dan menikmati indahnya matahari pagi. Kaum wanita yang cukup banyak, berkerumun di halaman Silimo mengelilingi Bapak Yali, sang Kepala Suku. Sedangkan, kaum prianya berada agak jauh dari kerumunan itu namun tetap memperhatikan apa yang akan dilakukan Bapak Yali.
Tiba-tiba Bapak Yali mengeluarkan kata-kata sejenis mantra yang bermakna ajakan pada warga Silimo tersebut untuk bersama-sama menaikkan pujian pada Sang Kuasa atas anugerah yang selama ini sudah mereka terima. Mantra yang diucapkan Bapak Yali begitu syahdu terdengar dan atmosfer magis pun terasa di seluruh Silimo. Semua mata dan telinga tertuju pada sang Kepala Suku, menunggu instruksi dan mantra apa yang selanjutnya diucapkan.
Suara yang dihasilkan oleh pikon sebenarnya tidaklah merdu, malahan cenderung sumbang.
Sesaat terdiam, Bapak Yali mengeluarkan sesuatu dari noken (tas khas Papua) salah seorang warganya. Benda itu berukuran kecil, kurang lebih hanya sebesar genggaman sang Kepala Suku. Bentuknya bulat lonjong dan terbuat dari sebilah bambu. Pada bagian tengah potongan bambu, terdapat seutas tali yang dipasang kencang dan terikat pada sepotong lidi penggetar. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu lidi bagian pangkal ditarik, potongan penggetar akan bergetar dan akhirnya akan mengeluarkan suara. Benda itu adalah alat musik pikon, alat musik tradisional asli Papua.
Pikon sebenarnya berasal dari kata pikonane, dan dalam bahasa Baliem berarti alat musik bunyi. Pikon merupakan alat musik tradisional khas Suku Dani yang biasa dimainkan oleh kaum pria. Biasanya mereka memainkan alat ini sambil beristirahat setelah lelah bekerja seharian atau ketika bersantai di honai. Suara yang dihasilkan oleh pikon sebenarnya tidaklah merdu, malahan cenderung sumbang. Hal ini wajar karena pada awalnya, pikon dibuat hanya sebagai penghilang penat sehingga suara yang dihasilkan pun lebih mirip suara kicau burung yang tak bernada. Namun demikian, seiring berkembangnya zaman, kini suara yang dihasilkan oleh pikon mulai dapat terdengar sebagai nada do, mi, dan sol.
Tidak sembarang orang dapat memainkan alat ini karena cara memainkannya yang cukup rumit.
Pikon adalah alat musik yang cukup spesifik. Tidak sembarang orang dapat memainkan alat ini karena cara memainkannya yang cukup rumit. Namun, kerumitannya inilah yang membuat pikon menjadi otentik dan istimewa. Bahkan, tidak semua orang Indonesia tahu jika ada alat musik khas Papua yang bernama pikon. [@phosphone/IndonesiaKaya]