Rumah berbentuk panggung di Jalan Syech Burhanuddin dan Jalan Imam Bonjol, Kota Pariaman, Sumatra Barat, terlihat menonjol dibanding bangunan lainnya. Saat tanggal 1-10 Muharam tiba, rumah ini digunakan untuk membuat tabuik, yaitu perwujudan dari seekor burak yang membawa jasad Husein bin Ali terbang ke angkasa dan menghilang.
Terbagi dalam dua bagian, tabuik terbuat dari bambu dan rotan yang dihias kain beludru bewarna hitam dan merah. Sebelum diarak menuju Pantai Gondariah, tabuik terlebih dahulu dibuat dan dirangkai di dalam bangunan yang dinamakan rumah tabuik pasa dan rumah tabuik subarang.
Rumah yang diresmikan pada 9 April 2011 oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata ini terbuat dari kayu berbentuk rumah panggung, meniru gaya rumah tradisional masyarakat pesisir Pariaman.
Masing-masing rumah tabuik memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai pembuatan tabuik dan museum tabuik.
Setiap tahunnya, bagian atas tabuik yang berbentuk menara dengan hiasan warna-warni dibuat pada salah satu rumah tabuik. Sedangkan bagian bawahnya, yang berbentuk kuda bersayap dan berkepala manusia yang melambangkan burak, dibangun di rumah tabuik lainnya.
Kedua tabuik akan diarak keliling kota dan berakhir di Pantai Gondariah untuk dibuang ke laut. Ini menggambarkan kematian Husein yang terbunuh pasukan Ubaidillah bin Zaid pada 10 Muharam 61 Hijriah dan jasadnya dibawa burak terbang ke langit.
Sebagai museum, rumah tabuik mendokumentasikan foto-foto perayaan tabuik dari masa ke masa. Mulai dari tahun 1920 hingga tahun-tahun berikutnya, potret masa lalu tabuik dapat dilihat di sini. Selain itu, terdapat juga maket yang menggambarkan proses acara tabuik lengkap dengan detail penggambaran prosesnya.