Cari dengan kata kunci

pakaian_adat_maluku_1290.jpg

Mencermati Keindahan Pakaian Adat Maluku

Meski mendapat banyak pengaruh dari Eropa, baju cele tetap memiliki nilai budaya tinggi dan mencerminkan budaya Maluku secara keseluruhan.

Tradisi

Bicara mengenai keragaman budaya Indonesia memang tidak akan ada habisnya—dari acara adat, makanan, tradisi, hingga pakaian adat. Satu suku saja sudah memiliki budaya yang begitu kaya dan cukup rumit untuk dipelajari. Bisa bayangkan bila seluruh suku dan etnis dikumpulkan? Jumlahnya tentu akan mencapai ribuan.

Salah satu kebudayaan yang secara jelas dapat dilihat langsung dan menjadi ciri khusus dari satu suku adalah pakaian adat. Pakaian adat Maluku adalah salah satu warisan budaya yang menarik untuk ditelaah lebih jauh.

Maluku sendiri memiliki beberapa jenis pakaian adat dengan ciri-ciri tertentu sesuai wilayahnya. Namun, kali ini kita akan membahas pakaian adat Maluku yang secara umum telah dikenal luas di seluruh bagian wilayah Maluku, yaitu baju cele atau kain salele. Pakaian adat ini sebenarnya terlihat cukup sederhana dan tidak serumit pakaian adat Bali ataupun Jawa. Namun, penampilannya tetap terlihat berkelas dengan corak-corak yang menarik untuk dieksplorasi.

Pakaian adat ini dikenal dengan nama baju cele atau kain salele.

Ciri utama baju cele adalah motif garis-garis yang membentuk kotak-kotak kecil. Kain ini cukup tebal, namun tetap nyaman untuk digunakan sehari-hari. Bagi wanita, baju cele biasa dikombinasikan dengan kain sarung yang berwarna senada atau kebaya yang menjadi ciri khas pakaian wanita Indonesia. Sementara bagi laki-laki, baju cele biasanya dibentuk menyerupai jas dan dipadukan dengan kemeja santai sebagai dalaman, serta celana panjang formal berwarna hitam atau berwarna senada dengan baju cele. Umumnya, warna baju cele adalah merah terang dengan motif emas atau perak. Sedangkan sepatu pantofel hitam, kerap menjadi pilihan utama para pria dan wanita ketika mengenakan baju cele ini.

Ciri utama baju cele adalah motif garis-garis yang membentuk kotak-kotak kecil.

Bagi kaum wanita, ada beberapa aksesori lain yang menjadi pelengkap pakaian adat ini. Yang pertama adalah konde, yang penampakannya serupa dengan konde di daerah Jawa pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aksesori pendukungnya, yaitu tusuk konde yang terbuat dari atau menyerupai emas dan perak yang disebut haspel. Aksesori ini juga dipadukan dengan kak kuping sejumlah 4 buah yang berbentuk seperti kembang. Tak lupa, sisir konde diletakkan pada bagian tengah konde, serta bunga ron yang terbuat dari gabus dilingkarkan pada konde.

Hal menarik berikutnya yang terdapat pada pakaian adat wanita Maluku adalah kain lenso. Kain ini merupakan saputangan yang diletakkan pada pundak sebagai aksesori pakaian. Biasanya, kain lenso direkatkan menggunakan peniti. Keberadaan kain lenso ini sebenarnya merupakan tradisi yang mendapat pengaruh dari budaya Belanda. Bila kita perhatikan wanita Belanda atau Eropa pada masa lalu, mereka selalu membawa saputangan pada salah satu tangannya sebagai aksesori yang melengkapi pakaian utama.

Pakaian adat ini merupakan perwakilan dari budaya Maluku secara keseluruhan.

Sekilas, pakaian adat Maluku terlihat banyak mendapat pengaruh dari pakaian Eropa. Namun, pakaian ini tetap bernilai budaya tinggi dan merupakan perwakilan dari budaya Maluku secara keseluruhan. Pakaian adat ini biasa dipakai pada upacara-upacara adat, seperti cuci negeri, panas pela, atau pelantikan raja di suatu kampung. Dan, tak jarang pula masyarakat menggunakannya untuk menghadiri acara-acara keluarga, seperti perkawinan atau ketika beribadah ke gereja.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds