Cari dengan kata kunci

festival_lampion_1290.jpg

Kemeriahan Festival Lampion Menjadi Magnet Kota Singkawang

Singkawang, merupakan kota yang terkenal dengan sebutan kota seribu kelenteng. Kota yang juga terkenal dengan keindahan alam ini juga memiliki keragaman budaya yang khas.

Tradisi

Singkawang, merupakan kota yang terkenal dengan sebutan kota seribu kelenteng. Kota yang juga terkenal dengan keindahan alam ini juga memiliki keragaman budaya yang khas. Untuk memperingati hari besar Imlek, di Singkawang diselenggarakan berbagai macam festival yang membuat kota ini terlihat semarak dan ramai dikunjungi turis-turis asing, salah satunya festival lampion imlek yang berlangsung malam hari, yang mengubah jalanan menjadi sebuah tempat pertunjukan. Antusias ribuan orang untuk menyaksikan festival ini begitu besar dan mereka datang dari berbagai penjuru Indonesia maupun mancanegara. Hiburan rakyat ini menjadi seru dan bermakna karena budaya dan tradisi yang disajikan berasimilasi dengan budaya lokal setempat.

Festival lampion ini mengambil rute di jalan-jalan utama Kota Singkawang. Melakukan start di kantor Walikota Singkawang, di kawasan jalan Firdaus menuju jalan Diponegoro, mengarah ke Jalan Niaga melewati Jembatan Rusen, menuju Jalan Budi Utomo dan finish di Jalan Tani atau di sekitar Singkawang Mall. Tidak ada tempat yang kosong disisi kanan dan kiri jalan, seluruh jalan dipenuhi warga yang ingin menyaksikan kemeriahan festival lampion yang digelar malam hari tersebut. Rombongan pertama diisi oleh barisan laki-laki yang membawa lampion, jumlah mereka sekitar 50 orang, masing-masing lampion dibawa dengan menggunakan tongkat. Ribuan masyarakat Kota Singkawang tidak mau ketinggalan untuk menyaksikan langsung festival akbar ini dengan memadati bahu-bahu jalan.

Selain lampion, festival ini juga dimeriahkan dengan dua buah naga yang berukuran besar. Naga yang memiliki dua buah warna ini mempunyai ukuran yang berbeda. Untuk naga yang berwarna merah memiliki panjang sekitar 76 meter, sedangkan naga kuning memiliki panjang sekitar 50 meter. Untuk naga kuning di bawa oleh 23 orang, sedangkan naga merah melibatkan 14 orang. Kedua naga ini diarak dengan cara menggerakan tongkat yang menyokong bagian tubuh naga. Kedua mata naga ini seperti memancarkan cahaya, seolah-olah sang Naga seperti ingin menerkam bola kristal.

Salah seorang pemuda yang memegang tongkat yang terkait kepala naga berusaha mengikuti gerakan-gerakan bola kristal yang digerakan oleh pemuda lain. Mata naga tersebut menyala dengan bantuan lilitan kabel yang memanjang guna mengalirkan pasokan listrik dari genset yang terpasang di belakang ekor naga. Masyarakat Singkawang sepertinya cukup kreatif dalam menggelar pawai lampion yang tahun ini diselenggarakan pada 3 Maret 2015 lalu.

Selain pawai lampion, kegiatan ini juga diramaikan dengan pawai mobil hias, drum band, pakai adat dayak, dan pakaian adat Tionghoa. Beberapa mobil pick up melintasi jalan-jalan dengan membawa rumah dan patung yang biasa disembah di vihara. Pertunjukan barongsai juga ikut ambil bagian memeriahkan pawai lampion ini. Rombongan pawai lampion ini berputar-putar mengikuti rute yang ditentukan dan berakhir di Jalan Tani, Singkawang. Semua etnis yang ada di Singkawang seperti etnis Melayu, Dayak, dan Tionghoa ikut serta meramaikan festival rakyat Singkawang ini. [AhmadSirojuddin/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds