Cari dengan kata kunci

Main_Jaran_1200.jpg

Sandalwood Pony, Sang Pelari Cepat dari Pulau Sumbawa

Hewan istimewa ini telah menjadi legenda di tanah Sumbawa, terkenal dengan kecepatan dan pesonanya yang luar biasa.

Tradisi

Bagi masyarakat Nusantara, kuda bukan sekadar hewan biasa, bahkan sebagian masyarakat menganggap kuda sebagai hewan yang suci. Hewan yang terkenal dengan kekuatan dan tenaganya ini mampu menopang berbagai kegiatan manusia, mulai dari alat transportasi hingga membajak sawah. Kuda juga memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sebagai hiburan, menghadirkan kemeriahan yang menarik wisatawan untuk datang.

Tradisi adu kuda sebagai sarana hiburan profan berkembang di berbagai daerah di Nusantara, seperti Jawa, Madura, dan Sumbawa. Kuda-kuda tersebut diadu kecepatan dan dijadikan tontonan yang seru dan meriah. Di Sumbawa, pacuan kuda dikenal dengan nama ‘main jaran’, yang sejalan dengan istilah ‘jaran’ di Jawa yang juga berarti kuda.

Konon, sandalwood pony merupakan persilangan antara kuda ras Arab dengan kuda poni lokal.

Sebagai tontonan, main jaran yang dilakukan masyarakat Sumbawa memerlukan sirkuit yang mereka sebut ‘kerato’, dilengkapi dengan bangku penonton. Kuda yang digunakan dalam tradisi main jaran adalah kuda jenis sandalwood pony atau yang biasa disebut kuda poni.

Kuda jenis ini konon merupakan persilangan antara kuda ras Arab dengan kuda poni lokal. Sandalwood merupakan nama lain dari cendana, salah satu komoditi ekspor terbesar dari Nusa Tenggara Barat.

Kuda sandalwood pony memiliki ciri fisik yang berbeda jika dibandingkan dengan kuda jenis Eropa dan Amerika. Kuda ini memiliki tubuh yang lebih pendek, sekitar 130-245 cm. Walau pendek, kuda poni asal Sumbawa ini memiliki leher yang besar, kencang berlari, dan memiliki kekuatan yang cocok dijadikan sebagai kuda pacuan.

Walau pendek, kuda poni asal Sumbawa ini memiliki kekuatan yang cocok dijadikan sebagai kuda pacuan.

Tradisi main jaran dilakukan sebulan sekali. Berbeda dengan tradisi pacu kuda di daerah lain, kuda-kuda pacuan di sini dikendalikan oleh anak-anak berusia sekitar 10-12 tahun. Satu pertandingan main jaran menampilkan empat orang anak yang siap beradu kencang dengan kudanya, kemudian pemenang diadu lagi dengan pemenang yang lain hingga menyisakan satu orang pemenang.

Seiring perkembangannya, tradisi main jaran kini tidak hanya menjadi aktivitas hiburan semata, namun telah menjadi salah satu cabang olahraga yang diperlombakan pada Pekan Olahraga Nasional. Main jaran merupakan representasi masyarakat Nusantara dalam memperlakukan kuda sebagai hewan yang erat kaitannya dengan aktivitas keseharian manusia.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya