Cari dengan kata kunci

benteng-kalamata.jpg

Nilai Artistik Dan Sejarah Menarik Benteng Kalamata

Sebuah bangunan megah tampak berdiri kokoh di pinggir pesisir Ternate. Dari tempat bangunan ini berpijak, kita dapat melihat langsung keindahan Pulau Tidore dan Pulau Maitara di kejauhan.

Pariwisata

Sebuah bangunan megah tampak berdiri kokoh di pinggir pesisir Ternate. Dari tempat bangunan ini berpijak, kita dapat melihat langsung keindahan Pulau Tidore dan Pulau Maitara di kejauhan. Bangunan dengan material batuan padat ini adalah sebuah benteng kuno yang bernilai sejarah tinggi dengan berbagai sejarah di dalamnya. Bangunan ini bernama Benteng Kalamata.

Benteng Kalamata atau Kalumata dikenal juga dengan Benteng Santa Lusia atau Benteng Kayu Merah karena letaknya yang berada di Kelurahan Kayu Merah, Ternate Selatan. Kita hanya butuh waktu sekitar 15 menit saja dari pusat kota Ternate untuk mencapai Benteng ini dengan kendaraan bermotor. Benteng cantik ini merupakan bangunan asli Portugis dan dibangun pada tahun 1540. Ciri portugis tampak kental sekali melekat pada arsitektur cantik benteng ini. Beberapa ciri tersebut antara lain bentuk benteng yang memiliki banyak sisi lancip dan juga ketebalan dinding benteng yang tergolong tidak tebal seperti benteng buatan Belanda. Tebal dinding benteng ini kurang lebih hanya sekitar 60 centimeter dengan tinggi kurang lebih 3 meter saja. Selain itu, Benteng ini juga dilengkapi dengan empat bastion dengan beberapa lubang bidik senjata di tiap bastionnya. Sisa pondasi bangunan pun masih dapat dilihat di lapangan tengah benteng, termasuk sumur kuno yang menjadi sumber air para serdadu di masa lampau.

Tidak hanya bentuk artistik benteng ini saja yang menarik, kisah di balik tembok Benteng Kalamata juga menjadi sejarah yang unik untuk ditelusuri. Pada awalnya Benteng Kalamata memang dibangun oleh Portugis sebagai benteng pertahanan dalam rangka perluasan daerah kekuasaan di Ternate dan menahan serangan Spanyol yang kala itu menguasai wilayah Tidore. Namun setelah Portugis meninggalkan Ternate di tahun 1575, Spanyol menduduki benteng ini dan menjadikannya pos perdagangan rempah-rempah. Sekitar tahun 1609 Belanda mengambil alih kepemilikan Benteng ini dari tangan Spanyol dan menggunakannya kembali sebagai basis pertahanan serdadu VOC. Tetapi, pada tahun 1625 Benteng ini ditinggalkan begitu saja oleh Belanda dan gayung bersambut pasukan Spanyol pun kembali menduduki Benteng Kalamata hingga tahun 1663. Kekosongan benteng kembali dimanfaatkan Belanda untuk mendudukinya, namun pada tahun 1798, pasukan kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Nuku merebut benteng ini dengan bantuan dari armada pasukan Inggris. Tahun 1810, Belanda kembali berhasil mengambil alih benteng ini dan sekitar tahun 1843 pemerintah kolonial Belanda resmi mengumumkan bahwa Benteng Kalamata resmi dikosongkan.

Setelah 1843, Benteng ini menjadi tidak terawat dan sangat kumuh. Bahkan, Benteng ini sempat tergenang air laut karena abrasi air laut. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1989 sebelum akhirnya pemerintah Republik Indonesia memutuskan memperbaiki bangunan bersejarah ini. Pada tahun 1994, pemugaran besar-besaran pun dilakukan terhadap Benteng Kalamata sehingga bangunan benteng ini kembali utuh tanpa kehilangan bentuk aslinya.

Benteng Kalamata yang namanya diambil dari salah satu Sultan kebanggaan rakyat Ternate ini merupakan salah satu Benteng di Ternate yang bentuknya masih cantik. Keindahan arsitektur begitu menginspirasi siapapun yang mengunjungi tempat ini. Tidak ada bayaran sepeser pun bagi wisatawan yang berkunjung, namun pihak pengelola juga tidak akan menolak bila ada wisatawan yang ingin berpartisipasi dalam perawatan Benteng Kalamata dengan memberikan sumbangan sukarela.

[Phosphone/IndonesiaKaya]

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds