Bali memiliki banyak museum dengan berbagai koleksi yang spesifik. Salah satu di antaranya adalah Museum Arkeologi Gedong Arca yang berada di tepi jalan antara Bedulu dengan Tampak Siring, tepatnya di Desa Pejeng, Kabupaten Gianyar.
Museum ini menyimpan koleksi berbagai benda purbakala peninggalan peradaban manusia dari masa prasejarah. Museum ini menjadi tujuan yang tepat bagi mereka yang memiliki ketertarikan terhadap wisata budaya dan antropologi, khususnya Bali di masa lampau.
Museum ini didirikan antara tahun 1958-1959 atas prakarsa sejumlah arkeolog Indonesia, di antaranya R.P. Soejono. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan dan melestarikan berbagai benda peninggalan zaman prasejarah yang ditemukan di berbagai sudut Pulau Bali. Benda-benda purbakala ini terancam hilang karena dibawa ke luar negeri sebagai cendera mata dan barang koleksi oleh para pelancong yang singgah di Bali. Hingga kini, jumlah koleksi yang berhasil dikumpulkan oleh Museum Gedong Arca mencapai 3.000 buah. Koleksi tersebut merupakan hasil temuan, pembelian dari kolektor, dan milik pribadi yang diserahkan ke museum.
Koleksi-koleksi yang disimpan di museum seluas 57.150 meter persegi ini dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan periodisasi waktunya. Secara garis besar, periodisasi koleksi-koleksi ini terbagi menjadi Zaman Prasejarah (sebelum abad ke-8 Masehi) dan Zaman Sejarah (dimulai sejak abad ke-8 Masehi). Jika dijabarkan lebih lanjut, Zaman Prasejarah terbagi menjadi masa berburu awal, masa berburu akhir, masa bercocok tanam, dan zaman logam.
Baca juga: Pura Ulun Danu
Museum Gedong Arca terdiri dari beberapa bangunan. Di sisi paling timur setelah gerbang masuk, terdapat empat gedung pameran tertutup, yaitu Gedung A, B, J, dan K. Gedung-gedung tersebut menyimpan koleksi dari periode yang berbeda. Gedung A menyimpan koleksi prasejarah dari masa berburu dan meramu, Gedung B menyimpan koleksi zaman batu dan perundagian, Gedung J menyimpan koleksi benda-benda keramik, sedangkan Gedung K berisi koleksi dari zaman logam.
Tepat di tengah keempat gedung, terdapat sebuah bangunan terbuka yang menyimpan sejumlah arca dan relief, antara lain replika pratima dari Pura Pucak Penulisan Kintamani dan replika relief Candra Sangkala Pura Penataran Tampaksiring. Di sisi sebelah barat kawasan ini, terdapat beberapa bangunan terbuka yang berisi jajaran sakorfagus atau peti kubur batu dengan aneka bentuk. Sakorfagus-sakorfagus ini mengisi bangunan-bangunan berkode C hingga I.