Sumatra Selatan telah lama dikenal sebagai Bumi Sriwijaya. Sejak abad ke-7, wilayah ini menjadi pusat kejayaan Kerajaan Sriwijaya, salah satu kerajaan maritim terbesar di dunia yang dihormati dan disegani. Pengaruhnya bahkan mencapai Madagaskar dan Afrika Selatan. Namun, memasuki abad ke-13, kejayaan Sriwijaya mulai memudar, menyebabkan Sumatra Selatan menjadi wilayah tak bertuan. Perairannya pun berubah menjadi sarang bajak laut hingga akhirnya, pada abad ke-15, Kesultanan Palembang muncul sebagai kekuatan baru sebelum kedatangan kolonialisme Barat.
Perjalanan panjang sejarah tersebut meninggalkan jejak yang tak ternilai bagi Sumatra Selatan sebagai bagian dari Nusantara. Keberadaan wilayah ini yang sarat akan peristiwa bersejarah menjadikannya kaya akan peninggalan masa lalu. Berbagai artefak dan benda bersejarah masih dapat ditemukan, banyak di antaranya kini tersimpan di museum-museum yang tersebar di Palembang. Salah satu museum yang merepresentasikan warisan sejarah tersebut adalah Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan tempat penyimpanan berbagai benda bersejarah yang mencerminkan perjalanan panjang Palembang.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan tempat penyimpanan berbagai benda bersejarah yang mencerminkan perjalanan panjang Palembang, mulai dari era Kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang. Terletak di seberang Sungai Musi, tepatnya di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin No. 2, museum ini tidak hanya menampilkan koleksi artefak, tetapi juga menyajikan informasi mengenai kebudayaan serta adat istiadat yang pernah berkembang di kota ini.
Menurut Kepala Museum, Ali Hanifiah, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II memiliki sekitar 500 benda peninggalan bersejarah, termasuk replika berbagai prasasti yang ditemukan di Palembang. Salah satu yang paling penting adalah replika Prasasti Kedukan Bukit, yang menjadi dasar penetapan hari jadi Kota Palembang. Menariknya, replika ini dibuat dengan perbandingan ukuran satu banding satu, sehingga tampilannya menyerupai bentuk aslinya.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II memiliki sekitar 500 benda peninggalan bersejarah, termasuk replika berbagai prasasti yang ditemukan di Palembang.
Selain prasasti, museum ini juga menyimpan berbagai peninggalan bersejarah lainnya, seperti senjata tradisional, kain khas Kesultanan Palembang, keramik, serta mata uang yang pernah digunakan di Palembang sejak era Kerajaan Sriwijaya hingga masa kini. Di bagian lain museum, terdapat lukisan dan diorama yang menggambarkan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Palembang, memberikan gambaran visual yang memperkaya pemahaman pengunjung.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dibuka setiap Senin hingga Jumat mulai pukul 07.30 hingga 16.00 WIB, sementara pada akhir pekan, museum beroperasi dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Dengan harga tiket yang terjangkau—Rp1.000 untuk pelajar, Rp2.000 untuk mahasiswa, Rp5.000 untuk masyarakat umum, dan Rp20.000 untuk wisatawan asing—pengunjung dapat menelusuri perjalanan sejarah Palembang, dari kejayaan Sriwijaya hingga masa kolonialisme.
Pengunjung dapat menelusuri perjalanan sejarah Palembang, dari kejayaan Sriwijaya hingga masa kolonialisme.
“Pengunjung museum lumayan banyak, dari anak PAUD sampai mahasiswa, kemudian tamu-tamu umum juga banyak. Biasanya meraka selain mencari informasi mengenai sejarah Sriwijaya, mereka juga sedang melakukan penelitian,” ungkap Ali Hanafiah. Sebagai kepala museum, Ali Hanafiah berharap pada masa mendatang semakin banyak masyarakat yang tertarik mengunjungi museum. Menurutnya, museum bukan sekadar tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga cerminan kebudayaan suatu masyarakat. Ia meyakini bahwa kemajuan suatu peradaban dapat dilihat dari bagaimana masyarakatnya merawat dan menghargai museum sebagai sumber pengetahuan dan identitas budaya.