Menelusuri Kemegahan Sriwijaya di Bukit Siguntang, Palembang - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Bukit_Siguntang_1200.jpg

Menelusuri Kemegahan Sriwijaya di Bukit Siguntang, Palembang

Situs bersejarah ini dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir para raja Sriwijaya dan pusat perkembangan agama Buddha pada masa lalu.

Pariwisata

Dalam kitab sejarah raja-raja Melayu yang ditulis di Perlis, Malaysia, disebutkan bahwa di Muara Sungai Tatang terdapat sebuah daerah yang kemudian dikenal sebagai Palembang. Di bagian hulu sungai ini, terdapat Sungai Melayu yang airnya mengalir ke Sungai Tatang. Di dekat Sungai Melayu inilah menjulang sebuah bukit yang dikenal dengan nama Bukit Siguntang.

Sejak abad ke-14 hingga ke-17, Bukit Siguntang telah dianggap sebagai tempat suci dan penuh karisma. Di bukit ini terdapat makam tokoh-tokoh keturunan Kerajaan Sriwijaya, menjadikannya salah satu destinasi wisata sejarah yang berkaitan erat dengan kejayaan kerajaan tersebut, termasuk peranannya sebagai pusat kegiatan agama Buddha di Nusantara.

Sejak abad ke-14 hingga ke-17, Bukit Siguntang telah dianggap sebagai tempat suci dan penuh karisma.

Bukit Siguntang berada pada ketinggian sekitar 27 meter di atas permukaan laut dengan luas sekitar 12,8 hektare. Lokasinya terletak di Jalan Srijaya Negara, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Pada masa kolonial Belanda, bukit ini dianggap sebagai salah satu tempat terindah di Palembang. Beberapa makam yang terdapat di kawasan ini antara lain makam Segentar Alam, Puteri Kembang Dadar, Puteri Kembang Selako, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Panglima Tuan Junjungan, Pangeran Raja Batu Api, dan Panglima Jago Lawang.

Segentar Alam dikenal sebagai sosok perkasa yang diyakini merupakan keturunan Iskandar Zulkarnain. Ia dianggap sebagai pembawa petuah yang membawa kemakmuran dan kejayaan bagi wilayahnya. Tidak jauh dari makamnya, terdapat makam Putri Kembang Dadar. Secara etimologi, namanya terdiri dari tiga kata: puteri, sebagai panggilan kehormatan bagi perempuan; kembang, yang melambangkan karunia alam yang dikagumi banyak orang; dan dadar, yang bermakna ujian. Secara harfiah, Putri Kembang Dadar dapat diartikan sebagai seorang puteri yang dimuliakan dan dikagumi karena mampu menghadapi berbagai cobaan.

Selain menjadi tempat pemakaman keturunan Kerajaan Sriwijaya, Bukit Siguntang juga memiliki jejak sebagai pusat ibadah agama Buddha sejak abad ke-7.

Selain menjadi tempat pemakaman keturunan Kerajaan Sriwijaya, Bukit Siguntang juga memiliki jejak sebagai pusat ibadah agama Buddha sejak abad ke-7. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya arca Buddha setinggi 2,77 meter yang terbuat dari batu granit di kawasan tersebut.

Temuan arkeologis lainnya di Bukit Siguntang mencakup pecahan tembikar dan keramik peninggalan Dinasti Tang. Artefak ini menunjukkan bahwa selain menjadi pusat kegiatan agama Buddha bagi para bhikkhu dan sanggha, kawasan ini juga pernah menjadi pemukiman. Untuk pelestarian, benda-benda bersejarah tersebut kini disimpan di Museum Balaputera Dewa dan Museum Sriwijaya di Kompleks Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.

Selain menjadi pusat kegiatan agama Buddha bagi para bhikkhu dan sanggha, kawasan ini juga pernah menjadi pemukiman.

Di bagian dalam kawasan Bukit Siguntang, terdapat menara pandang yang berdiri tepat di tengah bukit. Dari menara ini, pengunjung dapat melihat pemandangan sekitar dengan jelas. Selain itu, terdapat relief-relief yang menggambarkan berbagai peristiwa bersejarah, seperti seorang pendeta yang sedang belajar agama Buddha, prasasti pendirian Kerajaan Sriwijaya, suasana kemakmuran pada masa kejayaan Sriwijaya, kapal Sriwijaya yang melambangkan dominasinya di lautan, hingga kisah Laksamana Cheng Ho dan pasukannya yang menumpas bajak laut di perairan Sungai Musi.

Bukit Siguntang tidak hanya memiliki nilai sejarah sebagai tempat pemakaman para tokoh Sriwijaya, tetapi juga sebagai lokasi penting dalam perjalanan politik di Palembang. Konon, Sultan Mahmud Badaruddin II pernah mengajak para pemimpin dari pedalaman Palembang untuk bersumpah setia kepada kesultanan di bukit ini, yang pada masa lalu dikenal sebagai kawasan sejuk dan dikelilingi pepohonan.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya