Menelusuri Asal Usul Penduduk Jayapura di Kampung Enggros Dan Pulau Debi - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

kampung_enggros_dan_debi_1290.jpg

Menelusuri Asal Usul Penduduk Jayapura di Kampung Enggros Dan Pulau Debi

Konon, penduduk asli Jayapura tidak berasal dari kota Jayapura yang kita ketahui sekarang. Ini berarti ada wilayah lain di luar Jayapura yang menjadi tempat asal leluhur penduduk Jayapura masa kini. Cerita ini bukanlah isapan jempol semata, tempat itu ada dan berada tidak jauh dari pusat kota Jayapura.

Pariwisata
Tagar:

Konon, penduduk asli Jayapura tidak berasal dari kota Jayapura yang kita ketahui sekarang. Ini berarti ada wilayah lain di luar Jayapura yang menjadi tempat asal leluhur penduduk Jayapura masa kini. Cerita ini bukanlah isapan jempol semata, tempat itu ada dan berada tidak jauh dari pusat kota Jayapura. Dengan waktu tempuh sekitar 20 menit menggunakan kendaraan bermotor menuju arah kota Abepura, terdapat sebuah teluk dengan pulau di tengahnya menjadi saksi asal usul nenek moyang penduduk asli Jayapura. Teluk ini adalah Teluk Youtefa dan pulau itu bernama Pulau Debi.

Bila kita ingin menuju pulau Debi yang berarti pulau cantik ini, kita harus menggunakan perahu motor yang berangkat dari pelabuhan kecil di pasar Youtefa. Perjalanan menelusuri asal usul penduduk Jayapura pun dimulai dengan membayar sewa perahu motor sebesar Rp10.000. Perjalanan ini memakan waktu yang tidak lama, hanya sekitar 10 menit saja dan kita akan sampai di pelabuhan kecil pulau Debi.

baca tari tradisional jayapura papua tari yospan

Sesuai namanya, pulau kecil ini terlihat sangat cantik dan mempesona. Rumpun pepohonan kelapa menegaskan suasana lautan yang begitu tenang dan asri. Semilir angin pun tak terhindarkan menyejukkan hati. Kemudian, kita akan disambut oleh sebuah tugu peringatan pekabaran injil di tanah Tabi Papua. Tugu megah ini dibangun karena memang pulau Debi adalah saksi awal bagaimana para misionaris Kristen menyebarkan ajaran kasih Yesus di wilayah Jayapura dan sekitarnya. Para misionaris ini adalah misionaris yang sebelumnya sudah mengajarkan kekristenan di wilayah pulau Mansinam, Manokwari. Mereka menjejakkan kaki di pulau Debi untuk pertama kalinya dan memulai misi kasih-Nya.

Tidak jauh dari tugu, terdapat sebuah lapangan pasir kecil yang biasa digunakan anak-anak dari warga setempat untuk bermain bola. Uniknya, pada saat air pasang, lapangan ini akan hilang terendam air laut. Lapangan ini akan kembali terlihat pada saat air surut. Kondisi alam menarik ini adalah salah satu daya tarik wisata yang dimiliki Pulau Debi.

Selain kekayaan alam dan kisah pekabaran injil, pulau Debi juga masih menyimpan cerita-cerita sejarah yang menarik. Sesuai tujuan awal kita untuk menelusuri jejak nenek moyang masyarakat Jayapura, kita juga harus tahu bahwa pulau Debi merupakan pusat kegiatan dua kampung tertua di wilayah Tanah Tabi Jayapura. Kampung ini bernama Tobati dan Enggros. Tobati terletak agak jauh dan menempel pada wilayah pantai Hamadi, Jayapura. Sedangkan, kampung kedua yaitu Kampung Enggros berada di tengah laut teluk Youtefa dan terhubung langsung dengan si cantik Pulau Debi melalui sebuah jembatan kayu.

Menurut cerita beberapa tetua adat setempat, sebelum ada kota Jayapura, pusat peradaban di wilayah tanah Tabi Papua hanya terpusat di sekitar pulau Debi, serta Kampung Tobati dan Enggros saja. Setelah masuknya ajaran Kristen dan peradaban berkembang, masyarakat pun memperluas wilayah tinggalnya hingga ke wilayah daratan dan dimulailah peradaban di kota Jayapura. Walaupun masyarakat asli Enggros sudah tersebar luas, namun hingga kini mereka dikenal memiliki karakter dan tradisi yang agak berbeda dengan masyarakat Papua daratan.

Kampung Enggros, adalah kampung unik yang terletak di tengah lautan. Kampung ini seolah terapung di atas wilayah perairan teluk Youtefa. Walaupun letaknya berada di laut, semua fasilitas di kampung ini cukup memadai. Mulai dari pos polisi, klinik, kantor kepala desa, gereja, hingga sarana air bersih dan listrik pun lengkap dimiliki kampung ini. Pemerintah pusat provinsi Papua tampaknya cukup memperhatikan kampung ini, hal ini terjadi karena kampung ini dianggap sebagai awal mula terbentuknya kota Jayapura, ibukota Papua. Bahkan, sekarang pemerintah sedang membina kampung Enggros untuk menjadi kampung wisata yang tentu saja dapat menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Di kampung tradisional yang begitu tenang ini, kita dapat menikmati panorama sebuah kampung terapung. Jalan yang berupa dermaga kayu menyebar luas menghubungkan bangunan satu dengan lainnya. Rumah-rumah kayu khas penduduk pesisir Papua pun menjadi sajian utama pariwisata kampung ini. Jangan kuatir pula dengan terik matahari yang menyengat, karena beberapa bagian jalan di kampung Enggros sudah dilengkapi dengan atap, sehingga hujan atau panas matahari tidak akan menjadi kendala.

Bila kita semakin masuk menjelajah ke tengah kampung, kita akan menemukan banyak sekali tambak ikan yang menjadi salah satu tradisi warga Enggros. Mereka umumnya mengembangbiakkan ikan bandeng dan bobara yang cukup populer di Papua. Aktifitas warga lainnya adalah bercocok tanam. Kondisi kampung yang berada di tengah lautan tanpa tanah pun tidak menyurutkan semangat warga Enggros untuk membudidayakan tanaman-tanaman hias di kampung mereka. Warga menanam tanaman tersebut di dalam pot-pot kecil yang diletakkan di depan halaman rumah masing-masing. Budidaya tambak dan tanaman hias ini adalah beberapa upaya pemerintah yang dilakukan sehubungan dengan pembinaan Enggros sebagai kampung wisata di masa mendatang.

Warga Kampung Enggros terkenal ramah dan bijak dalam kehidupan. Berbeda dengan masyarakat wilayah lain yang dikenal pemabuk dan berwatak keras, warga Enggros sangat mengedepankan nilai-nilai kesopanan dan saling menghormati antar warga. Bahkan, ada sebuah hukum tidak tertulis yang menyebutkan bahwa berbicara keras dan memainkan radio atau televisi dengan suara keras sangat dilarang di kampung ini. Begitu juga dengan sikap kasar yang umumnya dilakukan kaum pria terhadap wanita pun sangat ditentang. Bila pelanggaran terjadi, hukuman yang diberlakukan adalah hukuman sosial berupa pengucilan atau dipermalukan di muka umum. Hal ini sangat positif, mengingat kampung ini akan diarahkan menjadi kampung wisata.

Kampung Enggros dan Pulau Debi sangatlah mempesona. Keramahan penduduknya, keindahan alam, serta nilai-nilai yang terkandung di dalam kehidupan kampung ini telah memberikan pelajaran berharga bagi kita yang mungkin sudah teracuni oleh negatifnya kehidupan modern. Ternyata, penelusuran asal usul nenek moyang masyarakat Jayapura pun berbuah manis dan menobatkan Kampung Enggros dan Pulau Debi sebagai tempat wisata yang sangat layak dikunjungi saat berada di Jayapura, provinsi Papua, Indonesia.

Baca juga: Kampung Adat Dukuh Dalam, Perkampungan Antara Tiga Gunung

[@phosphone/IndonesiaKaya]

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya