Cari dengan kata kunci

timlo_1200.jpg

Akulturasi Budaya dalam Semangkuk Timlo Solo

Harmonisasi dua budaya berbeda yang terpadu dalam kelezatan rasa.

Kuliner
Tagar:

Kuliner Indonesia sejatinya banyak dipengaruhi masyarakat pendatang. Hal tersebut tidak terlepas dari Tanah Nusantara yang menjadi titik temu banyak saudagar dari negeri seberang, salah satunya dari Negeri Cina. Tak terkecuali Kota Solo, yang jejak sejarah kulinernya sangat beririsan dengan tradisi Tionghoa.

Dari berbagai hidangan khas yang dimilikinya, Solo terlihat sangat terpengaruh oleh berbagai budaya. Kuliner layaknya wedang tahu, bestik, selat, sosis solo, dan tentu saja timlo. Semua hidangan tersebut mencerminkan hasil akulturasi dari berbagai pengaruh budaya masa lalu, dan salah satu kulinernya yang memiliki pengaruh signifikan dari akulturasi budaya tersebut adalah sajian berkuah timlo.

Bukan Sup, Bukan Juga Soto

Melansir beberapa sumber sejarah, timlo dan sup kimlo ternyata masih memiliki hubungan lantaran keduanya merupakan kuliner khas Tionghoa. Namun, meski nama keduanya hampir sama, tetap terdapat perbedaan dalam hal rasa dan bumbu yang digunakan. Perbedaan itu terletak pada penggunaan bunga sedap malam kering sebagai bumbu kimlo.

Timlo dan sup kimlo ternyata masih memiliki hubungan lantaran keduanya merupakan kuliner khas Tionghoa.

Bunga sedap malam kering atau kimcan juga digunakan dalam hidangan Tionghoa lainnya seperti tekwan. Biasanya, bahan ini dapat ditemukan di toko atau penjual bumbu Tionghoa khusus, seperti di Pasar Gede, yang merupakan pusat perdagangan yang menghubungkan kedua budaya kuliner besar di Solo.

Saat pertama kali melihat sajian timlo, mungkin sebagian orang akan bingung. Dirasa kurang tepat bila disebut sup, lantaran terlalu polos dan tidak menggunakan sayur seperti wortel, taoge, dan buncis, seperti sup pada umumnya. Sementara itu, bila disebut soto juga kurang pas lantaran kuahnya terlihat bening pucat. Namun, sensasi gurih, manis, dan segar dari timlo mampu menjadikannya sebagai makanan zona nyaman yang selalu diincar banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke kota yang juga terkenal dengan batiknya ini.

Tak hanya itu, kehadiran sosis solo dalam hidangan timlo juga akan membawa ingatan pada makanan kolonial yang kerap diperkenalkan oleh lingkungan keraton. Pengaruh budaya Tionghoa tercermin pada bahan pelengkap lainnya seperti telur pindang, sohun, dan jamur kuping. Saat menikmati sepiring timlo, akan terasa harmonisasi dari dua budaya berbeda yang terpadu dalam kelezatan rasa. Seiring berjalannya waktu, hidangan timlo lantas diterima dengan baik oleh masyarakat Solo dan menjadi salah satu makanan khas yang terkenal.

Saat menikmati sepiring timlo, akan terasa harmonisasi dari dua budaya berbeda yang terpadu dalam kelezatan rasa.

Komponen Penting dalam Semangkuk Timlo

Bahan-bahan utama dalam pembuatan timlo adalah nasi, sayuran, ayam, daging sapi, jamur, dan bakso. Kuah kaldu yang digunakan terbuat dari tulang sapi dan ayam yang direbus dalam waktu yang lama dengan bumbu-bumbu seperti bawang putih, merica, garam, dan daun bawang. Adapun sayuran yang digunakan antara lain sawi hijau, wortel, dan taoge. Sementara itu, ayam dan daging sapi biasanya dipotong kecil dan direbus bersama jamur. Sedangkan bakso yang disajikan di dalam timlo biasanya terbuat dari daging sapi dan tepung kanji.

Timlo solo memiliki cita rasa yang unik dan khas. Kuah kaldu yang gurih, nasi yang lembut, sayuran yang segar, dan daging yang empuk, semuanya menyatu di dalam mangkuk dan menghasilkan aroma yang menggugah selera. Setiap suapan timlo akan menghasilkan sensasi yang berbeda-beda. Ada orang yang senang dengan nasi dan kuahnya yang hangat, ada pula yang menyukai daging sapi dan ayamnya yang gurih, serta ada yang suka dengan bakso dan jamurnya yang kenyal.

Penyajian Timlo dan Ciri Khas Sosis Solo

Timlo disajikan di dalam mangkuk besar dengan nasi sebagai dasar. Di atas nasi, disusunlah sayuran, ayam, daging sapi, jamur, risol, dan bakso. Isian risol yang digunakan lebih menyerupai sosis solo yang terdiri dari dadar telur tipis berwarna kuning dengan isian daging cincang berbumbu. Sosis solo yang digunakan di sini juga tidak sama dengan yang biasa dijual di lapak jajanan. Potongan sosisnya lebih menyerupai dadar kulit lumpia yang dilipat dan digoreng dengan isian ayam cincang. Di sisi lain, timlo rumahan biasanya hanya menggunakan versi yang lebih sederhana, yaitu kulit sosis tanpa isian.

Timlo disajikan di dalam mangkuk besar dengan nasi sebagai dasar.

Selanjutnya, kuah kaldu panas akan dituangkan ke dalam mangkuk hingga menutupi semua bahan, lengkah dengan taburan bawang goreng di atasnya. Beberapa penjual juga menambahkan kerupuk sebagai pelengkap.

Penasaran ingin mencoba membuat timlo solo enak di rumah? Ikuti langkah-langkah pembuatannya melalui tautan berikut ini, lalu kreasikan juga dengan penambahan sayur dan kentang yang dapat membuat timlo menjadi lebih semarak untuk dinikmati keluarga.

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Indonesia.go.id (2019, 16 November). Timlo, Paduan Cita Rasa Soto dan Bakso Khas Solo. Diakses pada 19 Mei 2023 melalui https://indonesia.go.id/kategori/pariwisata/1364/timlo-paduan-cita-rasa-soto-dan-bakso-khas-solo?lang=1

This will close in 10 seconds