Koja, Tas dari Kulit Pohon Khas Suku Baduy - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

koja_1200.jpg

Koja, Tas dari Kulit Pohon Khas Suku Baduy

Tas ini selalu terlihat mendampingi Suku Baduy ketika beraktivitas, dari berladang, bercocok tanam, hingga menangkap ikan di sungai.

Tradisi

Tas adalah salah satu benda esensial yang dipakai oleh masyarakat Indonesia untuk beraktivitas sehari-hari. Benda ini juga telah digunakan oleh nenek moyang kita sejak ratusan tahun lalu, tak terkecuali oleh suku-suku tradisional yang mendiami bumi Nusantara. Salah satunya adalah suku Baduy, yang mendiami Pegunungan Kendeng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Suku ini memiliki tas khas yang terbuat dari bahan alami koja atau jarog, yang disebut “koja.”

Dibuat dari kulit kayu pohon teureup atau terap yang tahan terhadap rayap, tas koja diproduksi dengan cara tradisional. Prosesnya dimulai dengan mencari jenis pohon tersebut di pedalaman hutan, lalu mengambil kulitnya untuk dijadikan bahan dasar pembuatan tas koja. Kulit pohon ini akan dijemur sampai kering untuk dijadikan serabut, sehingga dapat memudahkan pembuatan benang.

Tas koja terbuat dari kulit kayu pohon tereup yang memiliki ketahanan terhadap rayap.

Benang yang telah dirajut kemudian disambung menjadi wadah dengan bentuk sesuai kebutuhan. Proses pembuatannya tidak singkat—dapat memakan waktu beberapa hari hingga seminggu, tergantung pada ketersediaan bahan dan tingkat kerumitan pola yang ingin dibentuk.

Dalam keseharian masyarakat Baduy, anyaman dari kulit kayu ini selalu menemani berbagai aktivitas, mulai dari berladang, menanam padi, hingga menangkap ikan di sungai. Bentuknya yang sederhana namun fungsional membuatnya mudah dijinjing atau disampirkan di bahu, menyesuaikan kebutuhan pemiliknya.

Warna alami cokelat kehitaman yang menyerupai kulit kayu memberi kesan selaras dengan alam sekitar. Lebih dari sekadar benda pakai, hasil kerajinan ini juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Baduy—mengambil secukupnya dari alam dan mengembalikannya tanpa meninggalkan jejak, sebab serat alaminya akan terurai dengan sendirinya ketika tak lagi digunakan.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya