Kecapi khas Kalimantan Tengah memiliki bentuk unik menyerupai burung enggang, hewan yang dianggap sakral oleh masyarakat Dayak. Bentuk ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbol penting yang merefleksikan hubungan spiritual antara manusia dan alam dalam kepercayaan Dayak. Alat musik petik berdawai dua ini dikenal sebagai jenis lut, dan biasa dimainkan dalam momen-momen istimewa, seperti menyambut tamu kehormatan atau mengiringi tarian adat.
Kecapi ini umumnya dibuat dari kayu ringan pohon hanjalutung, yang dikenal kuat namun mudah dibentuk. Dawainya terbuat dari kawat halus atau benang nilon, tetapi pada masa lalu senar kecapi dibuat dari rotan atau kulit kayu. Bahan alami tersebut dipilih bukan hanya karena ketahanannya, tetapi juga karena menghasilkan bunyi yang khas dan selaras dengan nuansa sakral yang diusung alat musik ini.
Kecapi ini umumnya dibuat dari kayu ringan pohon hanjalutung, yang dikenal kuat namun mudah dibentuk.
Selain untuk menyambut tamu kehormatan, kecapi juga biasa dimainkan dalam berbagai pertunjukan seni, seperti tari perang dan nyanyian tradisional khas Kalimantan Tengah. Alunan petikannya yang khas tidak hanya memperkuat nuansa sakral dalam ritual, tetapi juga menghidupkan suasana dalam perayaan budaya masyarakat Dayak. Dalam konteks ini, kecapi bukan sekadar alat musik, melainkan bagian penting dari ekspresi identitas budaya.
Tak hanya di ruang seremonial, kecapi juga hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kalimantan Tengah. Di waktu senggang, alat musik yang sekilas mirip gitar ini dimainkan untuk mengisi waktu luang atau sekadar menemani suasana santai. Permainannya seringkali bersifat spontan, menunjukkan keterikatan emosional masyarakat terhadap alat musik tradisional ini.
Alunan petikannya yang khas tidak hanya memperkuat nuansa sakral dalam ritual, tetapi juga menghidupkan suasana dalam perayaan budaya masyarakat Dayak.
Kini, kecapi juga semakin berkembang dalam bentuk kolaborasi. Ia sering dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti rabab, suling, kangkanang, katambung, dan gandang. Perpaduan suara dari berbagai instrumen ini membentuk harmoni khas Kalimantan yang memikat. Kolaborasi tersebut kerap dipentaskan dalam acara-acara resmi Pemerintah Daerah, menjadi sarana pelestarian sekaligus inovasi seni musik lokal.