Ada yang menyebutnya piza khas suku Mandar, ada pula yang menyebutnya sebagai roti pipih. Meski bentuknya sederhana, jepa, makanan khas tradisional masyarakat suku Mandar di Sulawesi Barat, memiliki aroma khas yang mampu membangkitkan selera.
Suku Mandar, salah satu suku di Nusantara, memiliki beragam hidangan menarik. Salah satu hidangan yang paling digemari dan bertahan hingga kini adalah jepa (biasa dieja yepa). Meski terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti singkong dan kelapa, jepa tetap menjadi primadona di tengah gempuran arus modernisasi.
Simpang Siur Sejarah Jepa
Ada beberapa teori yang beredar tentang asal-usul makanan ini. Teori pertama bermula dari situasi bencana. Dahulu kala, ketika kekeringan dan kelaparan melanda beberapa wilayah di tanah Mandar, warga setempat kesulitan mendapatkan bahan pangan seperti beras. Pada masa itu, beras hanya dapat diakses oleh keluarga kerajaan, sehingga masyarakat mulai beralih ke bahan makanan lain.
Ada beberapa teori yang beredar tentang asal-usul makanan ini.
Suku Mandar, yang mayoritas mendiami wilayah pesisir, menemukan singkong, sebuah sumber karbohidrat yang mampu tumbuh subur bahkan di tanah yang kurang subur. Maka, warga pun mulai mengolah singkong dan memadukannya dengan kelapa yang pohonnya juga melimpah di wilayah pesisir Mandar. Hasil olahan tersebut melahirkan jepa, yang akhirnya menjadi makanan pokok masyarakat suku Mandar.
Ada pula cerita yang menyebutkan bahwa jepa dilahirkan oleh tangan-tangan kreatif nelayan suku Mandar. Mengingat mayoritas masyarakat suku Mandar berprofesi sebagai pelaut dan nelayan yang pelayarannya memakan waktu berhari-hari, maka mereka membutuhkan bekal makanan yang mampu bertahan lama. Para nelayan kemudian mengolah singkong dan kelapa menjadi jepa yang praktis.
Jepa Sebagai Siasat Melawan Kelaparan
Sebelum dijadikan bekal, jepa yang akan dibawa melaut dijemur terlebih dahulu hingga kering. Setelah itu, jepa dihancurkan sebelum dicampur dengan menu makanan lain. Dengan bentuk seperti ini, jepa bisa bertahan selama berhari-hari sehingga para pelaut tidak perlu khawatir akan kelaparan selama pelayaran.
Sebelum dijadikan bekal, jepa yang akan dibawa melaut dijemur terlebih dahulu hingga kering.
Sementara itu, banyak yang meyakini bahwa jepa adalah makanan pokok masyarakat Mandar jauh sebelum nasi dikenal di wilayah ini. Jepa diperkirakan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak ratusan tahun lalu. Seperti yang ditulis Fadilah, Kesuma, dan Nurlela dalam jurnal ilmiah Jepa: Upaya Pelestarian Makanan Tradisional Etnis Mandar di Kabupaten Polewali Mandar, jepa merupakan warisan budaya dari nenek moyang.
Dilihat dari bentuknya, jepa sekilas mirip dengan piza yang pipih dan bulat. Namun, keduanya memiliki perbedaan mendasar pada bahan baku. Jepa terbuat dari singkong dan kelapa parut yang diolah dengan cara khusus. Singkong yang telah diparut harus melalui proses pembuangan air karena air perasan singkong mengandung zat yang berbahaya.
Cara Pembuatan dan Variasi Pasangan Makanan
Muhammad Ridwan Alimuddin, seorang jurnalis dan penulis dengan fokus kebudayaan bahari Mandar, dalam buku Polewali Mandar: Alam, Budaya, Manusia, menekankan pentingnya proses pembuatan jepa yang tradisional. Menurutnya, singkong yang akan dijadikan jepa harus diparut dengan tangan menggunakan parutan kasar, bukan mesin. Parutan singkong kemudian dibungkus kain dan diperas menggunakan pangepeq, alat peras tradisional yang terbuat dari kayu. Proses pemerasan ini sangat penting untuk menghilangkan kandungan racun yang terdapat pada singkong.
Proses pemerasan ini sangat penting untuk menghilangkan kandungan racun yang terdapat pada singkong.
Setelah dipisahkan airnya, ampas singkong diurai lalu dicampur rata dengan kelapa parut. Adonan ini kemudian dipanggang di atas panjepangang, yaitu piring tanah liat berbentuk bundar. Agar menghasilkan satu jepa, takaran ampas singkong yang dibutuhkan kira-kira sebatok kelapa. Hanya dengan panjepangang, jepa bisa dihasilkan dalam bentuk pipih bulat dengan kualitas terbaik.
Jepa memiliki rasa gurih yang khas. Setelah matang, jepa yang dimasak di atas piring tanah liat bisa langsung dinikmati selagi hangat. Untuk menambah cita rasa, jepa sering disantap bersama bau peapi, makanan laut khas Mandar yang terbuat dari olahan ikan. Selain itu, banyak juga yang menyukai perpaduan manis gurih antara jepa dan gula merah. Karena itulah, jepa umum dikonsumsi sebagai sarapan atau sebagai teman menikmati secangkir kopi.
Untuk menambah cita rasa, jepa sering disantap bersama bau peapi, makanan laut khas Mandar yang terbuat dari olahan ikan.
Jepa merupakan inovasi pangan masyarakat Mandar yang diwariskan secara turun-temurun. Selain menjadi makanan sehari-hari, jepa juga menjadi hidangan istimewa dalam upacara adat dan ritual tradisional Mandar. Di Sulawesi Barat, khususnya di Kabupaten Polewali Mandar dan Majene, jepa mudah ditemukan di pasar tradisional maupun pusat kuliner. Uniknya, para penjual dan pembuat jepa di daerah ini umumnya adalah perempuan.
Jepa kini semakin populer dan dinikmati oleh semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua. Pemerintah Sulawesi Barat juga turut mempromosikan jepa dalam berbagai acara, seperti festival kuliner. Bahkan, menurut Ridwan dalam bukunya Mandar Nol Kilometer: Membaca Mandar Lampau dan Hari Ini, ada warga yang berhasil menunaikan ibadah haji berkat penghasilan dari penjualan jepa.