Cari dengan kata kunci

Museum_Situs_Kepurbakalaan_Banten_Lama_1200.jpg

Bernostalgia dengan Sejarah Banten di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

Kesultanan Banten pernah berjaya pada abad 16 hingga abad 17. Perdagangan yang terjadi melalui pelabuhan Karangantu menjadikan wilayah ini makmur dan sejahtera. Kini, cerita Kesultanan Banten hanya tinggal sejarah namun kejayaan dan peninggalannya masih dapat dilihat di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.

Pariwisata
Tagar:

Kesultanan Banten pernah berjaya pada abad 16 hingga abad 17. Perdagangan yang terjadi melalui pelabuhan Karangantu menjadikan wilayah ini makmur dan sejahtera. Kini, cerita Kesultanan Banten hanya tinggal sejarah namun kejayaan dan peninggalannya masih dapat dilihat di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.

Terletak di kawasan Banten Lama, tepatnya di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Museum Situs Kepurbakalaan berjarak 12 Km arah utara dari pusat Kota Serang.

Masuk ke area museum, pada bagian depan terdapat meriam Ki Amuk yang memiliki ukuran 2,5 m dan terbuat dari tembaga. Meriam ini merupakan hasil rampasan dari tentara Portugis saat ingin menguasai Kota Banten.

Ada pula hiasan pintu gerbang Keraton Surowsoawan yang terbuat dari batu berjejer di halaman depan museum. Sementara itu, reruntuhan gerbang keraton yang terbuat dari batu karang dipagari guna menjaga dari hal yang dapat merusak benda bersejarah ini.

Masuk ke dalam bangunan museum, pengunjung akan disambut dengan 2 gerabah berukuran besar. Walaupun terlihat retak dan tambalan dibagian sisinya, gerabah ini masih terlihat kuat dan memperlihatkan sisa-sisa kejayaan zaman Kerajaan Banten Lama.

Berjalan ke sisi kiri bangunan, terdapat gambar yang menjelaskan kejayaan Kesultanan Banten lewat Pelabuhan Karangantu. Terlihat dalam gambar, Banten telah menjadi kota pelabuhan yang maju, dimana para pedagang saling berinteraksi juga berkomunikasi. Pedagang yang datang ke Banten saat itu kebanyakan adalah pedagang Cina, Persia, dan Portugis.

Salah satu gambar yang menarik adalah gambar yang menceritakan dua utusan Banten yang dikirim ke Inggris pada tahun 1682, yakni Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana. Mereka berdua diutus Sultan untuk membeli peralatan perang. Saat bertemu dengan raja Inggris Charles II, utusan dari Banten ini menerima gelar sebagai Sir Abdul dan Sir Ahmad.

Pada bagian belakang, museum ini memiliki peninggalan perabotan rumah tangga. Barang berupa keramik, gelas, dan mangkuk ini didominasi dengan warna putih. Terdapat juga kunci dan gembok pada masa Banten Lama. Selain itu, di museum ini juga terdapat koleksi senjata seperti keris dan tombak yang menghiasi salah satu sudut ruangan.

Menuju pintu keluar museum, terdapat arca nandi yang merupakan peninggalan kebudayaan Hindu-Budha. Arca ini merupakan wahana atau kendaraan Dewa Siwa.

Arca ini semula ditempatkan di Pancaniti, Kabupaten Serang. Kemudian hilang dan ditemukan kembali di timur Pelabuhan Karangantu setelah sebelumnya menjadi koleksi dari Museum Situs Kepurbakalaan Banten lama.

Baca juga: Museum Joang 45, Saksi Bisu Perjuangan Founding Father Indonesia

[Riky/IndonesiaKaya]

Tagar:
Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya

This will close in 10 seconds