Cari dengan kata kunci

Bebek Songkem

Bebek Songkem, Dari Penghormatan Jadi Warisan Budaya

Jejak penyebaran ajaran Islam dibalik kenikmatan Bebek Songkem Madura.

Kuliner

Cita rasa sajian bebek khas Jawa Timur telah lama terkenal di Nusantara. Bebek Madura, misalkan, kuliner pedas yang satu ini menjadi favorit banyak orang berkat kelezatannya. Terlebih jika disantap saat jam makan siang, dengan bumbu melimpah, lalapan dan sambal hijau yang pedas gurih nan segar. Pastinya menggugah selera.

Jika bebek goreng khas Madura terasa begitu berminyak sehingga tinggi kolesterol, sajian bebek songkem bisa menjadi alternatif bagi siapa saja yang ingin menikmati bebek khas Madura dengan cita rasa berbeda. Proses memasak yang tidak melalui penggorengan menjadikan Bebek Songkem nikmat dan jauh lebih sehat.

Namun siapa sangka dibalik kenikmatan Bebek Songkem, tersirat pula jejak penyebaran ajaran Islam di Jawa Timur, khususnya Pulau Madura. Terkenal di Madura sebagai sajian khas Kabupaten Sampang, cita rasa bebek songkem pastinya tak boleh luput bagi siapa saja yang sedang melancong ke Pulau Garam.

Dibalik kenikmatan Bebek Songkem, tersirat pula jejak penyebaran ajaran Islam di Jawa Timur, khususnya Pulau Madura.

Sebelum dikenal sebagai kekayaan kuliner khas Madura, Bebek Songkem adalah makanan yang erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Muslim. Penghormatan dan apresiasi yang hangat dari masyarakat Sampang terhadap kyai mereka tergambar begitu indah dalam tradisi songkeman (sungkeman). 

Ketika mengunjungi rumah kyai untuk melaksanakan sungkem, mereka tak hanya membawa rasa hormat, tetapi juga buah tangan berupa lezatnya masakan bebek. Di seluruh pelosok Madura, setiap desa memiliki sosok kyai yang tanpa pamrih mengajar anak-anak mengaji. 

Bebek Songkem, selain sebagai hidangan lezat, juga menjadi lambang terima kasih yang mendalam dari masyarakat kepada kyai, sebagai penghargaan atas dedikasi luar biasa mereka dalam mendidik anak-anak agar mengaji.

Disebut songkem juga bukan tanpa alasan. Sebab bebek yang diolah dan kemudian disajikan dengan posisi leher dan kepala bebek ditekuk menunduk seperti posisi orang yang sedang sungkem. Melansir laman Kemendikbud dan berbagai sumber, yang membedakan Bebek Songkem terletak pada keahlian memadukan daging bebek yang dikukus dengan sentuhan daun pisang sebagai pembungkusnya. 

Disebut Bebek Songkem karena bebek yang diolah dan kemudian disajikan dengan posisi leher dan kepala bebek ditekuk menunduk seperti posisi orang yang sedang sungkem.

Proses pengukusan yang memakan waktu 3-4 jam tidak hanya memastikan bumbu meresap merata, namun juga menyuguhkan daging bebek yang lembut dan nikmat secara menyeluruh. Pengolahan melalui proses kukus tidak hanya menciptakan cita rasa yang istimewa, tetapi juga menjadikan Bebek Songkem rendah kolesterol. 

Keunikan lainnya, proses pengukusan dilakukan tanpa menggunakan air; sebaliknya, daging bebek ditempatkan di atas batang pisang yang terbuka. Strategi ini tidak hanya memastikan kelezatan, tetapi juga memberikan aroma khas yang begitu memikat, karena uap air yang dihasilkan dari batang pisang meresap ke dalam daging bebeknya. 

Keunikan lainnya, proses pengukusan dilakukan tanpa menggunakan air; sebaliknya, daging bebek ditempatkan di atas batang pisang yang terbuka.

Jika sedang berkunjung di Madura, kuliner bebek songkem tentunya jadi sajian yang patut dicoba. Dinikmati bersama nasi hangat, sajian bebek songkem yang dikukus bisa menjadi alternatif menu bebek yang tinggi protein tapi tetap sehat.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Kemendikbud.go.id (2016, 1 Januari). Bebek Songkem – Warisan Budaya Tak Benda. Diakses pada 25 Januari 2023, dari https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6727

This will close in 10 seconds