Batu Lumuik Sungai Dareh, 'Giok' Sumatra Barat yang Mendunia - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Batu_Lumuik_1200.jpg

Batu Lumuik Sungai Dareh, ‘Giok’ Sumatra Barat yang Mendunia

Sekilas, batu hijau yang dijuluki ‘giok’ ini tampak biasa, tapi nilainya bisa menembus miliaran rupiah.

Kesenian

Sebagai negara yang kaya akan keindahan alam dan budaya, Indonesia menyimpan berbagai keajaiban yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat. Salah satunya adalah batu lumuik Sungai Dareh, yang memikat hati para penggemar batu permata dengan keunikan dan keindahannya.

Batu lumut atau yang lebih dikenal dengan sebutan batu lumuik, merupakan salah satu jenis batu akik terkenal di Indonesia. Sesuai namanya, batu ini berasal dari daerah Sungai Dareh, Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat. Bahkan, pesonanya telah menarik perhatian para pencinta batu permata dan kolektor dari berbagai belahan dunia. Lantas, apa yang membuat batu ini begitu istimewa?

Keistimewaan Batu Lumuik Sungai Dareh

Salah satu keunikan batu ini terletak pada kekerasannya yang tinggi. Menurut skala Mohs, batu ini mencapai kekerasan di angka 7 (dari skala 1-10). Hal ini berarti batu ini sangat tahan terhadap goresan dan tidak mudah aus, menjadikannya cocok untuk diolah sebagai perhiasan. Beberapa contoh batu permata dengan tingkat kekerasan Mohs yang sama dengan batu Lumuik Sungai Dareh termasuk batu giok, zamrud, safir, dan topaz. Keunikan inilah yang membuatnya semakin istimewa.

Salah satu keunikan batu lumuik Sungai Dareh terletak pada kekerasannya yang tinggi.

Menurut gemologist (pakar batu permata) Indonesia, Sujatmiko seperti yang dilansir media harian Haluan pada edisi 17 Januari 2015, konsentrat dulang Lumuik Sungai Dareh, mengandung 48 persen mineral magnetit dan 30 persen mineral hematit dan ilmenit, yang mengandung unsur tembaga, timah hitam, seng, perak, dan emas. Kandungan inilah yang menurutnya membuat batu lumuik Sungai Dareh menjadi cenderung lebih berharga dibanding batu semi permata lainnya.

Dari sisi warna, batu alam dari Sungai Dareh ini mayoritas berwarna hijau, dengan palet warna utama warna hijau tua dan hijau muda. Batu yang berwarna hijau muda dikenal dengan nama Pucuk Pisang (Natural Idocrase), sementara batu yang berwarna hijau tua dikenal dengan nama Kumbang Jati (Hydrogrossular Garnet). Varian warna batu dapat berupa perpaduan dua warna tadi dengan warna lain seperti putih dan kuning. Paduan inilah yang membuatnya kerap dijuluki sebagai batu giok Sumatra.

Perpaduan warna pada batu lumuik Sungai Dareh juga membentuk sejumlah motif unik. Beberapa yang sering ditemui adalah motif totol, antara lain motif totol semangka, totol seledri, dan totol gerimis.

Perhiasan dari Batu Lumuik Sungai Dareh

Proses pengolahan batu alam ini menjadi perhiasan indah memerlukan keterampilan tinggi dari para perajin batu akik. Setelah ditemukan, batu dipotong sesuai bentuk yang diinginkan, lalu dipoles dengan teknik khusus hingga memunculkan kilau memukau. Beberapa perajin juga menambahkan sentuhan ukiran bermotif bunga, daun, atau corak seni tradisional khas daerah.

Nilainya bervariasi tergantung pada kualitas, ukuran, dan keunikan motif. Batu yang langka dan bercorak indah biasanya memiliki harga lebih tinggi. Di pasaran, nilainya bisa mencapai jutaan hingga puluhan juta rupiah. Bahkan, pada 2015 sempat tercatat satu batu bermotif badai salju terjual hingga 1,5 miliar rupiah—menyerupai batu giok dengan dominasi warna putih dan totol hijau seperti corak harimau.

Salah satu penjualan yang cukup mencengangkan adalah batu Lumuik Sungai Dareh terjual di harga 1,5 miliar rupiah pada 2015.

Sebelum membeli, penting untuk memastikan keaslian batu tersebut. Pertama, belilah dari penjual terpercaya atau tempat yang sudah dikenal sebagai produsen batu akik berkualitas. Kedua, perhatikan ciri fisiknya seperti warna, kejernihan, dan motif khas yang menjadi tanda keaslian. Terakhir, pastikan memiliki sertifikat resmi dari lembaga tepercaya sebagai jaminan keaslian.

Batu asal Sungai Dareh ini merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang patut dilestarikan, tidak hanya oleh masyarakat Dharmasraya atau Sumatra Barat, tetapi juga oleh seluruh bangsa. Menjaganya berarti turut melestarikan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Dirjen Kekayaan Intelektual Kemenhukam
    Liputan 6
    Haluan