Cari dengan kata kunci

Badai Pasti Berlalu, Buku Karya Marga T.

Badai Pasti Berlalu, Buku karya Marga T.

Apa alasan kisah roman klasik bisa begitu populer hingga judulnya menjadi ekspresi sehari-hari?

Kesenian

Dalam ranah pepatah Nusantara rasanya ekspresi “badai pasti berlalu” jadi salah satu yang terpopuler. Meski tak pernah membaca buku ataupun filmnya, pasti kita merasa familier saat mendengar pepatah tersebut. Mungkin sewaktu kecil kita pernah melihat sampul salah satu novel Indonesia klasik di rak buku orangtua, atau karena soundtrack garapan Chrisye yang tetap tenar menggema hingga saat ini.

Novel Badai Pasti Berlalu merupakan cerita roman karya Marga Tjoa dengan nama pena Marga T. Ia adalah penulis Indonesia yang tergolong sangat produktif dengan 38 novel (serta 80 cerpen dan 50 cerita anak) sepanjang kariernya sebagai penulis, bahkan tetap berkarya di usia 60-an. Novel terbitan tahun 1974 itu merupakan karya keduanya setelah Karmila. Seperti Karmila, Badai Pasti Berlalu awalnya diterbitkan sebagai serial bersambung di harian Kompas dua tahun sebelumnya. Berkat tingginya minat pembaca, akhirnya rangkaian cerita tersebut dipadu menjadi sebuah novel dan salah satu karya literasi klasik Indonesia yang Anda kenal kini.

Kenapa Badai Pasti Berlalu begitu diminati? Mungkin karena lika-liku romansa serta unsur escapism yang ditawarkan oleh sang penulis. Tak dimungkiri, demografi novel Indonesia ini kebanyakan adalah perempuan —target pembaca utama novel-novel Marga. Penulis yang juga berprofesi sebagai dokter ini gemar menulis tokoh perempuan yang kompleks; tak selalu tangguh tapi lembut, pintar, serta peka secara emosional. Karakter Siska dalam Badai Pasti Berlalu sendiri memenuhi segala persyaratan heroine kisah Marga. 

Pilihan Siska

Badai Pasti Berlalu berkisah tentang Siska, seorang guru SD yang patah hati karena sang tunangan membatalkan perkawinan mereka lantaran terpincut wanita lain yang tak lain adalah sahabatnya. Siska pun mengasingkan diri di vila orang tuanya di Puncak, dimana ia didekati oleh kawan kakaknya yang bernama Leo, seorang playboy yang memiliki agenda tersembunyi untuk memenangkan taruhan jika dapat memacari Siska. 

Badai Pasti Berlalu berkisah tentang Siska, seorang guru SD yang patah hati karena sang tunangan membatalkan perkawinan mereka lantaran terpincut wanita lain yang tak lain adalah sahabatnya.

Leo pun berhasil menerobos benteng hati Siska. Namun, yang tak Leo sangka adalah ia jadi sungguh-sungguh jatuh cinta kepada Siska. Siska pada akhirnya mengetahui soal taruhan Leo, —ditambah kecurigaan terhadap riwayat penyakit Leo—dan memutuskan hubungan mereka. Masuklah Helmi, seorang pianis di sebuah klub malam, yang memaksa Siska untuk menikahinya. Helmi mengancam untuk membocorkan fakta bahwa ayah Siska berselingkuh dengan adik Helmi kepada ibu Siska yang mengidap penyakit jantung. 

Siska pun dihadapkan pada dilema: haruskah ia menolak pinangan Helmi dan menghadapi risiko sang ibu sakit-sakitan, atau menerimanya? 

Roman Anak Kota

Bila cerita Badai Pasti Berlalu terkesan seperti opera sabun, ya memang ada benarnya. Namun Marga T. memaparkan cerita dalam lanskap kehidupan sehari-hari yang begitu nyata. Mungkin ini menjadi alasan mengapa novel Indonesia ini begitu populer di kalangan pembaca hingga kini. Masih panjang lapisan cerita roman Marga T. ini, tapi sebaiknya kita mengalaminya langsung agar mendapat unsur kejutan saat membacanya. 

Entah disadari atau tidak oleh sang penulis, terdapat elemen kisah The Taming of the Shrew dalam cerita Badai Pasti Berlalu. Sama halnya seperti plot cerita Shakespeare tersebut, karakter utamanya merupakan seorang wanita bersifat dingin, dan Leo menjadi pria yang mencoba meluluhkan hatinya. Plot tersebut memang telah menjadi standar dalam berbagai cerita cinta, dimana seorang pria mencoba meluluhkan hati dingin wanita impiannya. Namun, setidaknya Marga T. cukup sukses menyajikan angle cerita yang segar. Dapat diakui, bagian unggul dari Badai Pasti Berlalu adalah interaksi antara Siska dan Leo. Siska lah yang pada akhirnya menumbuhkan rasa cinta dan komitmen pada Leo. Semuanya mengalir secara realistis sehingga pembaca pun terseret alur cerita saat hubungan mereka kandas di tengah jalan. 

Bagian unggul dari Badai Pasti Berlalu adalah interaksi antara Siska dan Leo.

Novel Badai Pasti Berlalu juga menjadi jendela terhadap kehidupan anak-anak muda ibu kota pada saat itu—yang manis maupun yang pahit—dengan segala obrolan soal cinta, karier persahabatan, bahkan seks. Semuanya disuguhkan dalam narasi dan dialog nan natural, tak terasa ada “orang” yang berbicara di balik rangkaian kata. 

Secara keseluruhan, Marga T. menuturkan kisah Badai Pasti Berlalu dengan gaya yang renyah, ringan, dan mengalir; karya pop literature romantis sekaligus tragis, apalagi dengan tokoh utama yang tampaknya senantiasa tercengkram dalam sekuens situasi buruk seperti tokoh wanita dalam novel klasik Indonesia lainnya, Azab dan Sengsara. 

Di balik segala jalinan dan intrik cinta, keunikan dari Badai Pasti Berlalu adalah isu penyakit diabetes yang menjadi pertimbangan utama dalam mencari jodoh. Dalam novel diceritakan kalau Siska dan ayahnya mengidap penyakit diabetes sehingga ia memutuskan hubungan dengan Leo yang mengidap penyakit serupa. Simak saja kutipan dari dr. Hazniel Zainal (dosen Marga T. di Universitas Trisakti) di bagian awal bukunya, “Bila Anda seorang diabetik yang jatuh cinta, tanyalah pertama-tama: apakah engkau juga diabetik? Bila kekasih Anda menjawab: ya, larilah dan tinggalkan dia.”

Bacaan Liburan

Saking populernya, Badai Pasti Berlalu sudah diadaptasi ke bentuk film sebanyak dua kali dan sinetron. Yang pertama—dan paling prestisius—adalah film dengan titel serupa garapan Teguh Karya di tahun 1977 yang dibintangi oleh Christine Hakim, Roy Marten, Slamet Rahardjo, dan Mieke Widjaja; film ini meraup rekor terlaris di tahun perilisannya dan memborong berbagai nominasi dalam Festival Film Indonesia pada 1978, meskipun hanya menang dalam kategori teknis seperti editing, sinematografi, editing suara, dan musik. 30 tahun, kemudian film tersebut di-remake oleh Teddy Soeriaatmadja dengan pemeran Vino Bastian dan Raihaanun. Terakhir, pada 2021, dibuat versi sinetron oleh SinemArt yang dibintangi Stefan William dan Michelle Ziudith dalam setting cerita Labuan Bajo.

Saking populernya, Badai Pasti Berlalu sudah diadaptasi ke bentuk film sebanyak dua kali dan sinetron.

Dan seperti pernah disebutkan sebelumnya, kelanggengan Badai Pasti Berlalu juga dibantu oleh album lagu tema yang diaransemen oleh Eros Djarot dan dinyanyikan Chrisye. Pada 2007, album soundtrack Badai Pasti Berlalu menempati peringkat teratas dalam 150 Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia. Lagu ini juga didaur ulang oleh Ariel dan band-nya Noah pada 2021 agar kembali relevan di kalangan anak muda masa kini.

Novel Badai Pasti Berlalu bisa diibaratkan sebagai summer reading: bacaan ringan yang kita bawa di kala liburan entah ke pantai atau ke pegunungan dan novel tersebut akan menyerap perhatian kita dari awal hingga akhir karena lika-liku cerita yang senantiasa membuat penasaran. Entah itu karena hubungan antara Siska dan Leo yang diawali dengan intensi buruk tetapi diakhiri dengan ekspresi cinta yang tulus, atau karena keinginan untuk melihat orang jahat menerima balasan yang setimpal, atau karena pergulatan batin Siska yang terkadang dituntut untuk memilih antara kebahagiaan dirinya atau kebahagiaan orang lain. 

Dan seperti yang dijanjikan dari awal, badai pasti berlalu.

Informasi Selengkapnya

This will close in 10 seconds