Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Merasa familier dengan lirik lagu tadi? Ya, ini salah satu lagu berjudul Yogyakarta yang begitu terkenal, dibawakan oleh Kla Project. Yogyakarta memang menyimpan begitu banyak pesona, menanti untuk dijelajahi. Pesona ini mampu menarik perhatian wisatawan dari berbagai latar belakang, lokal maupun internasional.
Sejumlah daya tarik Yogyakarta termasuk sejarah, budaya, seni rupa, dan kulinernya. Tidak hanya pusat kota Yogyakarta, tapi area di sekitarnya juga turut kena efek positif dari daya tarik pariwisata Yogyakarta. Salah satunya adalah Kotagede.
Kotagede terletak sekitar 5 km ke arah tenggara dari pusat kota Yogyakarta. Kota yang sudah berdiri selama ratusan tahun ini memiliki sejarah panjang dan budaya yang beragam. Pada tahun 1582, Kotagede merupakan ibu kota pertama Kerajaan Mataram Islam. Saat itu Kotagede digunakan sebagai pusat ekonomi, sosial budaya, politik, hingga keagamaan.
Pada tahun 1582, Kotagede merupakan ibu kota pertama Kerajaan Mataram Islam.
Sejarah dan Sentra Kerajinan Perak Kotagede
Sejarah Kotagede dapat ditelusuri hingga ke Ki Ageng Pemanahan, yang pernah berjasa membantu Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang di Jawa Tengah untuk mengalahkan musuhnya. Sebagai hadiah, Ki Ageng Pemanahan diberikan tanah di hutan Mentaok, yang kini menjadi Kotagede.
Daerah tersebut sebelumnya merupakan area Kerajaan Mataram Kuno sebelum akhirnya runtuh. Ki Ageng Pemanahan menetap di sana bersama keluarganya. Setelah ia wafat, anaknya, Panembahan Senopati, kemudian mendirikan Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan ini dibangun dengan konsep Catur Gatra Tunggal, yaitu konsep pembentukan inti kota yang memiliki empat area utama. Keraton sebagai tempat tinggal raja, pasar sebagai pusat perekonomian, alun-alun, dan masjid. Keempatnya merupakan identitas kota.
Pertumbuhan pesat Kotagede kemudian membuat perajin perak bermunculan di tahun 1930-an. Logam mulia perak diolah menjadi sejumlah benda fungsional seperti alat makan, dan juga yang bersifat dekoratif seperti perhiasan dan ornamen. Meski ibu kota kerajaan kemudian dipindah oleh Sultan Agung ke Kerto, para perajin perak tetap tinggal di Kotagede.
Masuknya VOC, kantor dagang Belanda ke Indonesia, semakin mempercepat pertumbuhan industri kerajinan perak di Kotagede. Para pedagang VOC kerap memesan peralatan rumah yang terbuat dari berbagai material, termasuk perak. Mereka juga membawa budaya barat yang turut memengaruhi kerajinan perak di sana. Sejak saat ini jugalah sentra kerajinan perak di Kotagede dimulai.
Meski tidak sejaya dahulu, Kotagede hingga kini masih dikenal sebagai pusat kerajinan perak di Yogyakarta. Para wisatawan dapat berkunjung dan melihat langsung proses pengolahan perak di sejumlah bengkel, khususnya di jalan utama, Jalan Kemasan. Selain itu, pengunjung dapat mengunjungi toko untuk membeli hasil jadi kerajinan tersebut dalam bentuk set cangkir minum teh dan perhiasan seperti gelang, kalung, dan bros. Karakter perak yang dihasilkan dapat terlihat pada emboss dan warna hitam yang kontras di atas perak putih.
Para wisatawan dapat berkunjung dan melihat langsung proses pengolahan perak di sejumlah bengkel, khususnya di jalan utama, Jalan Kemasan.
Salah satu perajin perak yang kami kunjungi berlokasi di Jalan Basen KG III/82, Kotagede. Kami menemui Marjuni yang sedang sibuk membuat cincin perak. Marjuni biasa mendapatkan bahan baku perak dengan membelinya di pasar. Tidak hanya membuat cincin perak, Marjuni juga membuat kerajinan perak lain seperti gantungan kunci, replika Borobudur, hingga stik biliar yang terbuat dari gading. Sebagian besar barang-barang kerajinannya dijual berdasarkan pesanan langsung dari pembeli, sebagian lagi dititipkan di toko-toko kerajinan.
Salah satu toko penjual kerajinan perak terbesar di Yogyakarta adalah HS Silver. Toko yang terletak di Jalan Mondorokan, Kotagede ini didirikan oleh Harto Soehardjo. Sementara, maksud dari angka 800-925 yang ada pada merek dagang HS Silver merupakan nilai kandungan perak yang dijual di toko HS Silver.
Destinasi Wisata di Kotagede
Selain berbelanja kerajinan perak, terdapat sejumlah tujuan wisata lain di Kotagede, seperti:
1. Makam Raja-Raja Mataram
Tempat yang merupakan makam para raja Mataram Islam ini juga seringkali menjadi tempat ziarah masyarakat setempat. Raja pertama dan kedua, Panembahan Senopati dan Panembahan Hanyakrawati dimakamkan di sini.
Raja pertama dan kedua, Panembahan Senopati dan Panembahan Hanyakrawati dimakamkan di sini.
Di dalam kompleks juga terdapat Masjid Gedhe Mataram yang kadang dimanfaatkan juga sebagai tempat berkumpul warga.
2. Pasar Legi Kotagede
Pasar yang terletak di Jalan Mondorakan ini merupakan pasar tradisional yang sudah ada sejak masa kerajaan. Pagi hari pengunjung akan disapa oleh penjaja hewan, sementara ketika malam tiba, mereka akan disambut oleh deretan kuliner khas setempat.
3. Between Two Gates
Lokasi ini merupakan kompleks berisikan rumah-rumah joglo yang masih ditinggali hingga sekarang. Namanya, Between Two Gates, diambil dari dua gerbang yang mengapit kompleks ini. Satu hal yang unik, demi menjaga kelestarian pemukiman, serta suasana damai di sana, semua orang dilarang menyalakan mesin motor, termasuk warga yang tinggal di sana.