Selain terkenal akan pesona alamnya, Papua juga memiliki cerita-cerita daerah yang mewarnai sastra Nusantara. Bahkan, Raja Ampat yang memesona dengan keindahan lautannya pun memiliki legenda di balik terbentuknya. Cerita rakyat lainnya berasal dari Mimika, kabupaten yang terkenal dengan keragaman kuliner sagu sebagai pilihan makanan pokok bertekstur legit dan tinggi serat.
Sejak dulu, salah satu kegiatan penduduk Mimika adalah memangkur sagu dari pohon rumbia. Bisa dikatakan, seluruh penduduk Mimika (baik laki-laki maupun perempuan) memiliki keahlian memangkur sagu dari pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang aliran sungai. Maka, tak heran bila banyak kisah asal Papua yang menggunakan sungai dan sagu sebagai latar ceritanya—tak terkecuali cerita rakyat yang berjudul Biwar Sang Penakluk Naga.
Kisah yang sarat akan pesan moral dan sumber inspirasi bagi generasi muda Papua ini bercerita tentang seorang pemuda berani bernama Biwar, dengan sungai yang menjadi lokasi ceritanya.
Awal Mula Kemunculan Naga
Alkisah, ada sebuah kampung kecil di Mimika. Kehidupan di sana berlangsung aman dan tenteram, dengan warga yang hidup rukun dan sejahtera. Setiap harinya, penduduk mencari pohon sagu di hutan dan mengambil sari patinya untuk dijadikan bahan makanan. Biasanya, para lelaki bertugas untuk mencari pohon sagu, sementara para wanita bertugas untuk mengolah sagu menjadi hidangan lezat.
Biasanya, para lelaki bertugas untuk mencari pohon sagu, sementara para wanita bertugas untuk mengolah sagu menjadi hidangan lezat.
Pada suatu hari, persediaan sagu di kampung itu semakin menipis. Karena itu, para lelaki dan beberapa wanitanya bergegas pergi ke hutan untuk mencari pohon sagu. Agar bisa sampai ke hutan, mereka harus menyeberangi sungai besar menggunakan 10 perahu kecil.
Dalam perjalanan menyeberangi sungai, muncul seekor naga besar yang hendak menghadang perahu mereka. Makhluk ganas itu mengoyak dan memorak-porandakan seluruh kapal. Hampir seluruh warga di perahu tersebut mati karena naga jahat itu, namun ada satu wanita hamil yang berhasil menyelamatkan diri.
Perjuangan Bertahan Hidup Seorang Diri
Setelah berhasil menyelamatkan diri dari serangan naga, wanita itu memutuskan untuk berlari ke hutan dan bersembunyi di dalam gua. Sadar tak bisa kembali ke kampung, ia memilih untuk tinggal dan bertahan hidup dengan mencari ubi atau buah-buahan yang tumbuh di hutan.
Beberapa bulan kemudian, wanita itu melahirkan seorang bayi laki-laki tampan yang kemudian diberi nama Biwar. Biwar diajari cara menanam ubi, memanah, hingga berburu oleh ibunya. Mereka berdua juga membuat rumah honai (rumah adat Papua yang berbentuk seperti jamur) sehingga tak lagi tinggal di dalam gua.
Beberapa bulan kemudian, wanita itu melahirkan seorang bayi laki-laki tampan yang kemudian diberi nama Biwar.
Pada suatu pagi, Biwar meminta izin kepada ibunya untuk pergi berburu. Ibu Biwar mengizinkan, tetapi ia meminta agar Biwar tidak berburu di dekat sungai besar. Biwar pun merasa heran kenapa sang ibu selalu melarangnya mendekati sungai besar itu.
Karena sangat penasaran, ia malah mendekati sungai besar yang dimaksud ibunya. Ia terkesima karena di sungai itu terdapat ikan-ikan yang sangat besar. Tanpa pikir panjang, Biwar lalu menangkap beberapa ikan besar dengan cekatan. Meski ada sedikit rasa khawatir lantaran teringat pesan sang ibu, ia tetap semangat menangkap banyak ikan.
Cerita Pilu di Sungai Besar
Setibanya di rumah, Biwar memamerkan hasil tangkapannya kepada ibu. Ikan-ikannya begitu besar, berbeda dari tangkapan Biwar biasanya. Bukannya senang, sang ibu justru merasa curiga. Biwar akhirnya mengaku bahwa ia pergi ke sungai besar yang dilarang. Walau sempat ada perdebatan, sang ibu akhirnya menceritakan tragedi yang ia alami di sungai itu.
Mendengar cerita pilu ibunya, Biwar murka. Amarahnya semakin memuncak saat ia tahu bahwa naga itu telah membunuh ayahnya dan membuat ibunya terlantar di hutan. Ia memeluk sang ibu sambil menangis.
Tekad Besar Biwar untuk Membinasakan Naga
Biwar tak tinggal diam. Ia membujuk ibunya untuk mengizinkannya pergi berburu naga. Awalnya, sang ibu melarangnya, karena tak ingin makhluk penunggu sungai itu melukai anaknya. Namun, Biwar tak mudah menyerah. Setiap hari, ia membujuk ibunya agar diberi izin.
Seiring berjalannya waktu, ibu sudah tak bisa lagi mencegah keinginan Biwar. Meski berat, sang ibu akhirnya mengizinkan anaknya pergi ke sungai untuk melawan naga. Keesokan harinya, Biwar berpamitan pada ibunya dengan membawa panah dan tombak untuk menyerang makhluk yang telah membunuh keluarganya. Sang ibu meneteskan air mata sambil berdoa agar anaknya selamat.
Keesokan harinya, Biwar berpamitan pada ibunya dengan membawa panah dan tombak untuk menyerang makhluk yang telah membunuh keluarganya.
Pertarungan Sengit antara Biwar dan Naga
Dengan gagah berani, Biwar melaju ke kediaman sang naga. Ia meneriaki naga tersebut agar keluar dari persembunyiannya. Berbekal tombak dan panah, Biwar siap mengadu nasib dengan sang raja sungai. Tak lama setelah itu, muncul seekor naga raksasa dari danau tempat sungai itu bermuara.
Dengan penuh amarah, Biwar meluncurkan serangannya. Tombak dan anak panahnya menghujani tubuh naga. Namun, tak ada satu pun dari serangan Biwar yang dapat melukai tubuh lawannya. Naga kemudian melawan dengan menyemburkan apinya ke arah Biwar. Dengan cepat, Biwar menghindar dari semburan api itu.
Sadar senjatanya tak mempan untuk melawan sang naga, Biwar akhirnya mencari cara lain untuk membunuh naga tersebut. Sambil menghindari semburan api, Biwar berlari menuju sebuah tebing di tepi sungai.
Sadar senjatanya tak mempan untuk melawan sang naga, Biwar akhirnya mencari cara lain untuk membunuh naga tersebut.
Ketika naga itu bersiap-siap menyemburkan api paling besar, Biwar mendorong batu besar ke arah kepala naga. Seketika, makhluk besar itu mati dan tubuhnya hanyut terbawa arus sungai. Biwar berhasil membunuh makhluk jahat itu.
Biwar Sang Penakluk Naga
Usai berhasil membunuh naga jahat, Biwar pulang untuk menemui ibunya. Sang ibu yang sedari tadi menunggu sambil berdoa pun menangis bahagia. Karena sungai sudah aman dari gangguan naga, mereka berdua pun memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.
Para warga menyambut mereka dengan sukacita. Sang ibu menceritakan seluruh kejadian yang menimpanya. Ia juga tak lupa menceritakan bahwa anaknya berhasil membunuh naga. Sejak saat itu, para warga menyebut Biwar sebagai sang penakluk naga.
Moral Cerita Biwar Sang Penakluk Naga
Pesan moral yang dapat diambil dari cerita rakyat Papua: Biwar Sang Penakluk Naga ini melibatkan nilai-nilai seperti keberanian, keadilan, dan ketekunan. Biwar adalah contoh nyata dari sikap seseorang yang berani dan tekun dalam mengatasi rintangan. Dia tidak takut untuk menghadapi naga jahat, yang tampak mustahil untuk ditaklukkan. Dengan keberanian dan ketekunan seperti yang dimiliki Biwar, kita tentu dapat mengatasi segala rintangan yang ada di hidup kita.
Biwar adalah contoh nyata dari sikap seseorang yang berani dan tekun dalam mengatasi rintangan.