Rumah Ulu, Rumah Tradisional Sumatra Selatan Sarat Filosofi - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Rumah_Ulu_1290.jpg

Rumah Ulu, Rumah Tradisional Sumatra Selatan Sarat Filosofi

Salah satu rumah tradisional di wilayah Sumatra Selatan ini mengandung makna filosofis mulai dari atap hingga pembagian ruang di dalamnya.

Tradisi

Rumah tradisional bukan semata warisan budaya dalam bentuk material yang tersusun dari elemen-elemen bangunan saja. Lebih dari wujud fisiknya, rumah tradisional mempunyai peran penting dalam membentuk ruang-ruang sosial dan simbolis, sekaligus sebagai representasi budaya bagi penghuninya. Rumah ini biasanya dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar, seperti kayu, bambu, daun, dan tanah liat. Desain dan struktur rumah pun mencerminkan nilai-nilai dan kehidupan masyarakat setempat, serta beradaptasi dengan iklim dan lingkungan tempat tinggal.

Meskipun perkembangan zaman turut membawa napas modernitas pada rumah tinggal, tetapi rumah tradisional masih menjadi salah satu faktor esensial dalam melestarikan warisan budaya dan identitas suatu daerah atau suku. Indonesia sebagai negara kesatuan yang kaya akan kebudayaan mempunyai begitu banyak warisan rumah tradisional, salah satunya adalah Rumah Ulu di Sumatra Selatan.

Pembangunan Rumah Ulu

Rumah Ulu merupakan salah satu dari tiga tipologi arsitektur rumah tradisional di wilayah Sumatra Selatan. Dua yang lainnya adalah Rumah Limas dan Rumah Gudang. Rumah Ulu milik masyarakat yang bermukim di kawasan hulu Sungai Musi, Sumatra Selatan. Namanya berasal dari kata ‘uluan’ yang bermakna pedesaan. Uluan juga merupakan sebutan bagi masyarakat yang tinggal di bagian hulu Sungai Musi.

Uluan juga merupakan sebutan bagi masyarakat yang tinggal di bagian hulu Sungai Musi.

Rumah Ulu memiliki bentuk rumah panggung dengan dinding kotak dan atap curam. Semua bagian Rumah Ulu terbuat dari kayu, dengan bagian bawah ditopang oleh batang pohon unglen. Pemilihan batang pohon unglen bukan tanpa sebab, batang pohon ini diyakini bisa bertahan hingga ratusan tahun.

Pembangunan Rumah Ulu harus mengikuti beberapa peraturan yang sudah disepakati, antara lain seperti pembangunannya harus menghadap ke depan garis aliran air. Hal ini dimaksudkan agar rumah yang dibangun bisa terbebas dari banjir bandang yang sewaktu-waktu bisa datang. Selain itu, pembangunan rumah juga harus mengikuti sistem ulu-ulak (ilir), yaitu jika lahan yang akan dibangun rumah masih luas dan berencana ingin membangun Rumah Ulu berikutnya, maka pembangunan rumah harus dilakukan dari bagian yang paling hulu.

Pembangunan rumah juga harus mengikuti sistem ulu-ulak (ilir), yaitu jika lahan yang akan dibangun rumah masih luas dan berencana ingin membangun Rumah Ulu berikutnya, maka pembangunan rumah harus dilakukan dari bagian yang paling hulu.

Sistem ulu-ulak (ilir) juga merupakan pengaturan ruang secara sosial. Rumah di bagian hulu diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai usia lebih tua dalam garis keluarga, begitu seterusnya hingga ke rumah paling hilir yang ditempati oleh keturunan yang paling muda. Sistem ini juga berlaku dalam pembagian ruang di dalam rumah.

Fungsi Rumah Ulu

Secara umum, Rumah Ulu dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Ruang Depan

Ruang depan merupakan bagian utama Rumah Ulu yang dikenal dengan Rumah Ibu, tempat keluarga makan, bersantai, dan menjamu tamu. Panjang bagian ini ditentukan oleh rentang lengan ibu. Jendela di sepanjang dinding berukuran panjang, dan pintu masuknya digapai melalui tangga. Ruang depan atau garang ini adalah ruang transisi antara tanah di bawah rumah dengan Rumah Ulu sendiri.

2. Ruang Tengah

Ruang tengah dimanfaatkan sebagai area untuk tidur dan beristirahat. Area ini dinamakan haluan dan kakudan. Haluan digunakan untuk beristirahat bagi para perempuan, sementara kakudan digunakan oleh para lelaki.

Haluan digunakan untuk beristirahat bagi para perempuan, sementara kakudan digunakan oleh para lelaki.

Selain haluan dan kakudan, terdapat juga ruangan yang dinamakan gedongan atau ambin. Ruangan ini ditandai dengan level lantainya yang lebih tinggi dari bagian rumah yang lain. Tempat ini difungsikan oleh orang yang dianggap paling tua di dalam rumah untuk memberikan wejangan kepada para anak dan cucu, nasihat tersebut juga bisa dalam bentuk dongeng sebelum tidur.

3. Ruang Belakang

Ruang belakang berfungsi sebagai dapur atau pawon. Ruangan ini biasanya merupakan massa bangunan terpisah dan terhubung dengan rumah utama lewat lorong. Kejeniusan lokal kita tercermin lewat perancangan ruangan ini. Jika dapur terbakar, maka bahan jerami dapat dipotong dan dibuang menjauh dari rumah atau ke dalam sungai jika letaknya dekat.

Filosofi Rumah Ulu

Layaknya budaya tradisional Indonesia pada umumnya, Rumah Ulu pun sarat akan makna filosofis. Berikut beberapa di antaranya, disadur dari tulisan berjudul Rumah Ulu Komering yang ditayangkan di Academia:

1. Atap Rumah Ulu

Pada bagian atap, lisplang dibuat saling menyilang, melambangkan tanduk kerbau. Hal ini mencerminkan dunia atas, yang menunjukkan bahwa masyarakat Komering adalah masyarakat yang religius.

2. Ambin, haluan, kakudan, garang, dan pawon

Melambangkan dunia tengah yang menunjukkan masyarakat Komering sangat menjunjung kekeluargaan dan kelompok. Haluan bukan merupakan pusat tapi perantara, antara garang dengan pawon, serta antara ambin dengan kakudan.

Haluan dilambangkan dengan balai pari atau lumbung, dan kakudan dilambangkan dengan kandang ternak. Karena laki-laki dan perempuan adalah satu, sehingga antara haluan dan kakudan diberikan penghubung. Sangai atau tiang yang tegak lurus melambangkan laki-laki, sedangkan saisai atau dinding, rawang atau pintu, dan jandila atau jendela yang tidak terlalu banyak dihias, mencerminkan perempuan Komering yang jujur, terbuka, dan setia.

3. Balai pari dan kandang

Mencerminkan dunia bawah sekaligus merepresentasikan masyarakat Komering adalah masyarakat yang produktif.

Perbedaan Golongan Penghuni Rumah Ulu

Perbedaan golongan penghuni Rumah Ulu dapat terlihat dari struktur bangunannya. Rumah yang dimiliki oleh kalangan bangsawan berbeda bentuk dan susunan lantai dengan rumah yang dimiliki oleh masyarakat umum. Rumah Ulu yang ditempati oleh masyarakat pada umumnya, biasanya hanya terdiri dari lantai dengan satu level ketinggian.

Rumah yang dimiliki oleh kalangan bangsawan berbeda bentuk dan susunan lantai dengan rumah yang dimiliki oleh masyarakat umum.

Di sisi lain, lantai Rumah Ulu milik kalangan bangsawan memiliki tiga tingkatan yang berbeda. Tingkat satu berada di paling atas dan digunakan oleh keluarga bangsawan pada saat ada acara seperti pernikahan. Tingkat dua diperuntukkan untuk masyarakat yang memiliki marga, sedangkan tingkat tiga ditempati oleh masyarakat umum.

Meski tidak banyak, Rumah Ulu pada umumnya memiliki ornamen hias dan ukiran. Ornamen ini dapat ditemui pada bagian tiang, balok, pintu, dan juga lisplang. Ragam hias non-geometris berupa motif tumbuhan dan bunga yang juga menyiratkan sejumlah makna. Mayoritas ukiran dan ornamen yang terdapat pada Rumah Ulu didominasi yang merepresentasikan kehidupan manusia yang berkesinambungan.

Seiring perkembangan zaman, Rumah Ulu makin jarang ditemukan. Meski demikian, salah satu bentuk rumah tradisional ini masih bisa ditemukan di halaman belakang Museum Balaputera Dewa, dan menjadi salah satu koleksi terbesar museum. Menurut catatan museum, Rumah Ulu tersebut berusia 200 tahun dan diambil dari Desa Asam Kelat, Kecamatan Pengandonan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Menurut catatan museum, Rumah Ulu tersebut berusia 200 tahun dan diambil dari Desa Asam Kelat, Kecamatan Pengandonan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Rumah Ulu tersebut dulunya merupakan tempat tinggal dan rumah tumpangan bagi kusir pedati. Setelah ditempati oleh tiga generasi, Rumah Ulu tersebut kemudian dihibahkan kepada museum pada tahun 1992. Selain sebagai objek wisata, keberadaan rumah tradisional ini turut memudahkan pengunjung dan akademisi untuk mempelajari dan meneliti Rumah Ulu.

Menjaga dan melestarikan Rumah Ulu bukan berarti setiap masyarakat saat ini harus membangun Rumah Ulu sebagai tempat tinggal, melainkan lebih kepada melestarikan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam rumah tradisional tersebut. Mengingat dalam Rumah Ulu terdapat nilai-nilai adiluhung seperti menghormati orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda, dan membangun keluarga yang harmonis.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Kemdikbud
    Balitbang Pemprov Sumatra Selatan
    Academia
    Repository Universitas Muhammadiyah Palembang
    Ensiklopedia Dunia