Rujak Soto, Santapan Nyentrik Khas Banyuwangi - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

rujak_soto_1290.jpg

Rujak Soto, Santapan Nyentrik Khas Banyuwangi

Sesuai namanya, rujak soto adalah perpaduan rujak dengan soto. Unik, bukan?

Kuliner

Dari sekian banyak kuliner gabungan yang ada di Indonesia, rujak soto mungkin termasuk yang paling nyentrik. Sesuai namanya, rujak soto adalah perpaduan dua macam kuliner, yakni rujak dan soto. Tenang, rujak yang digunakan pada santapan ini adalah rujak sayur, kok. Kombinasi antara rujak petis dengan isian sayur dan soto babat berkuah kuning, dapat menimbulkan kesan berbeda, sehingga selalu dirindukan oleh masyarakat Banyuwangi serta para wisatawan.

Menikmati rujak soto yang gurih, segar, dan meninggalkan jejak manis di ujung lidah, tentu akan menjadi momen yang tak terlupakan saat menjelajahi Jawa Timur yang berhawa sejuk.

Dari Lirik Jadi Kuliner Unik

Tak ada sumber pasti mengenai sejarah kemunculan kuliner ini. Namun, salah satu sumber yang dipercaya menyebutkan bahwa rujak soto muncul berkat salah satu lagu tradisional Banyuwangi, yakni Rujak Singgul.

Meski tidak secara spesifik menyebut nama “rujak soto,” lirik lagu tersebut menyebutkan beberapa jenis rujak, seperti rujak uni, rujak locok, rujak lethok, rujak kecut, dan rujak cemplung. Semua nama-nama ini mengacu pada bahan atau pengolahan rujak itu sendiri. Sebagai contoh, rujak wuni adalah rujak dari buah wuni yang memiliki rasa asam. Pada bagian akhir lagu, ada penggalan lirik yang berbunyi durung weruh rasane mageh arane, nganeh anehi, yang berarti “belum tahu rasanya, masih namanya saja sudah aneh.”

Setelah 1970-an, berkat keisengan penikmat rujak Banyuwangi yang terinspirasi oleh lirik lagu tersebut, muncullah kreasi rujak soto. Meski terkesan aneh pada awalnya, ternyata rujak soto langsung menjadi favorit warga Negeri Blambangan tersebut.

Setelah 1970-an, berkat keisengan penikmat rujak Banyuwangi yang terinspirasi oleh lirik lagu tersebut, muncullah kreasi rujak soto.

Rujak Petis yang Menggugah Selera

Salah satu karakteristik rujak Jawa Timur adalah penggunaan bahan yang tak lazim di dalam bumbunya, seperti petis dan pisang klutuk atau pisang batu. Petis sendiri terbuat dari rebusan kepala udang yang dicampur dengan gula jawa dan bumbu dapur sederhana seperti garam dan lada. Biasanya, petis digunakan untuk sajian tahu tek, rujak cingur, atau tahu telur.

Berbeda dengan terasi yang banyak ditemui di Asia, petis hanya bisa ditemukan di daerah pesisir Indonesia. Tak seperti terasi yang berbentuk padat, petis memiliki tekstur seperti saus yang sangat kental, berwarna cokelat dan cenderung hitam. Ada berbagai macam rasa petis yang beredar di masyarakat Jawa Timur, yakni asin, gurih, dan manis.

Pada masakan khas Jawa Timur, petis berperan sebagai penyedap rasa yang penting.  Dalam buku Seri Budaya Kuliner: Madura dan Petis, diungkapkan bahwa orang Madura lekat dengan petis ikan. Sedangkan orang Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Banyuwangi, menggemari petis udang. Bisa dibilang, tak ada orang yang lebih menggemari petis seperti orang Madura dan Banyuwangi. Selain itu, tidak sulit pula untuk menemukan petis di Banyuwangi, karena daerah ini kaya akan hasil laut.

Pada masakan khas Jawa Timur, petis berperan sebagai penyedap rasa yang penting.

Perkawinan Bumbu Petis dan Soto

Ciri lain dari rujak Jawa Timur adalah penggunaan pisang klutuk atau pisang batu pada bumbunya. Pisang batu memiliki daging buah yang penuh dengan biji dan kerap digunakan sebagai bumbu penyedap dalam beberapa masakan, khususnya rujak uleg. Rasanya yang sepat dapat memberi cita rasa khas, dan bagi masyarakat Banyuwangi, rujak tanpa pisang batu terasa kurang enak.

Ciri lain dari rujak Jawa Timur adalah penggunaan pisang klutuk atau pisang batu pada bumbunya.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat rujak soto sangat sederhana dan mudah didapatkan di pasar tradisional. Pemrosesan rujak ini juga tak membutuhkan waktu lama. Namun, proses pembuatan soto dapat memakan waktu sekitar 2 jam, demi membuat tekstur daging sapi menjadi lebih empuk.

Pembuatan rujak soto dimulai dengan menyiapkan semua bahan yang diperlukan. Bumbu-bumbu yang digunakan antara lain kacang tanah yang sudah digoreng, garam, gula merah, terasi, petis, pisang batu, dan cabe rawit. Sementara itu, isian rujaknya terdiri atas tempe dan tahu goreng, taoge dan kangkung rebus, telur ayam rebus, mentimun, serta lontong.

Menyajikan Rujak Soto di Rumah

Membuat kuliner gabungan seperti rujak soto, bisa menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang. Untuk soto, diperlukan racikan bumbu-bumbu dapur seperti bawang putih, kunyit, jahe, kemiri, merica, serai yang sudah dicincang, daun jeruk, dan daun bawang. Kunyit dan jahe yang digunakan bertujuan untuk memberi kesan aromatik dan terlihat semarak saat rujak soto hendak disantap. Untuk dagingnya, memakai daging sapi bagian babat dan jeroan.

Tak perlu bingung menyediakan rujak soto untuk keluarga, cek tautan berikut untuk melihat resep rujak soto khas Banyuwangi. Selamat mencoba!

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Litbang Kompas. (2020). Seri Budaya Kuliner: Madura dan Petis. Kompas Penerbit Buku.

    Kebudayaan.kemendikbud.go.id (2017, 21 Juni). Kuliner Tradisional Rujak Soto Banyuwangi: Nikmatnya Soto Berpadu Rujak, Diabadikan dalam Film Dokumenter. Diakses pada 21 Juni 2023, dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/kuliner-tradisional-rujak-soto-banyuwangi-nikmatnya-soto-berpadu-rujak-diabadikan-dalam-film-dokumenter/

    Warisan.kemendikbud.go.id (2016, 1 Januari). Petis Udang Paser. Diakses pada 21 Juni 2023, dari https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=402#:~:text=Awal%20mulanya%20petis%20ini%20berasal,sunatan%2C%20syukuran%20dan%20lain%20sebagainya.