Jauh ke arah utara dari pusat Kota Makassar, kita akan menjumpai kota penghasil sutera, Sengkang. Memasuki kota ini, kita akan disambut pemandangan hijaunya ladang arbei. Arbei adalah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk membudidayakan ulat sutera. Kepompong ulat sutera tersebut yang kemudian diolah menjadi benang sutera.
Produksi kain sutera di Sengkang dilakukan secara serius dan profesional. Pemerintah daerah terlibat dalam pengelolaan lahan arbei di kota ini. Sementara, di sekitar perkebunan arbei terdapat bangunan yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan kepompong yang kemudian diolah menjadi benang.
Tidak sulit menemukan pengrajin sutera di kota ini. Salah satunya yang terdapat di Jalan Andi Baso no. 4, tidak jauh dari pintu gerbang kota. Tempat yang berukuran sekitar 10×10 meter ini dipenuhi beberapa alat tenun (masyarakat setempat biasa menyebutnya bola-bola). Menurut keterangan masyarakat setempat, bola-bola bisa berarti sesuatu yang berbentuk rumah. Karenanya, alat tenun yang bentuknya menyerupai rumah dinamakan bola-bola.
Di bola-bola, kain sutera yang sudah melewati tahap pengolahan dan pewarnaan tersebut kemudian ditenun menjadi sehelai kain sutera yang indah dengan beraneka corak. Menurut salah satu pekerja, kepompong yang menjadi bahan baku pembuatan kain sutera didapatkan dari Sengkang. Tapi jika persediaan sedang tidak ada, mereka membelinya dari daerah lain yang juga membudidayakan ulat sutera.
Pembuatan sehelai kain sutera yang memerlukan waktu pembuatan sekitar satu hari dijual dengan harga mulai dari Rp60.000 hingga jutaan rupiah. Selain melayani pembelian di tempat, toko kain sutera yang bernama Losari Silk juga menyalurkan hasil produksinya ke Kota Makassar dan sekitarnya. Bahkan, kini kain sutera Sengkang sudah tersebar di pasar domestik maupun mancanegara.