Berbicara tentang kuliner, Garut memiliki penganan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Dengan warna cokelat dan tekstur yang kenyal saat digigit, dodol menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Garut.
Penganan yang terbuat dari tepung ketan ini mulai marak bermunculan sekitar tahun 1920-an. Awalnya, dodol hanya diproduksi kecil-kecilan dan dipasarkan untuk masyarakat Garut. Tapi, karena memiliki rasa yang lezat, dodol pun menjelajah ke luar Garut. Produksinya pun dilakukan dalam skala yang lebih besar. Lagipula, tepung ketan sebagai bahan utama mudah didapatkan di wilayah ini.
Meski tidak menggunakan bahan pengawet, dodol dapat bertahan hingga 3 bulan.
Selain tepung ketan, bahan lain yang digunakan di dalam pembuatan dodol adalah gula merah serta kelapa parut. Bahan alami yang terkandung pada dodol lantas menjadikannya sebagai camilan yang sehat untuk dinikmati. Meski tidak menggunakan bahan pengawet, dodol dapat bertahan hingga 3 bulan.
Proses pembuatan dodol memerlukan waktu yang cukup lama. Proses pencampuran tiga bahan dasarnya saja memerlukan waktu sekitar 4 jam. Setelah itu, adonan didinginkan selama kurang lebih 4-6 jam. Hal ini dilakukan demi menghasilkan dodol dengan rasa yang lezat dan legit.
Ketika awal marak dibuat, dodol hanya memiliki satu jenis rasa. Namun seiring perkembangan waktu, berbagai rasa pun ditambahkan dalam pembuatan dodol. Mulai dari buah sirsak, stroberi, nanas, dan berbagai pilihan rasa lainnya.
Di Garut, dodol yang paling terkenal adalah Dodol Picnic. Dodol ini sudah mulai berproduksi sejak 1947 dengan nama Dodol Halimah dan Fatimah.
Berpusat di Jalan Pasundan No. 102, pabrik Dodol Picnic dibuka untuk para pengunjung yang ingin melihat dan mengetahui proses pembuatan dodol dari dekat.
Mengusung konsep wisata pabrik, pihak pengelola akan selalu dengan ramah dan setia menemani pengunjung untuk berjalan-jalan memutari pabrik. Pabrik Dodol Picnic juga merupakan pabrik dodol terbesar di wilayah Garut, bahkan di Indonesia.