Tinombo merupakan sebuah desa nan permai yang berada di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Dari desa tersebut, lahir sebuah mitologi yang hingga kini masih dikenal oleh masyarakatnya. Mitologi tersebut berkisah tentang seorang putri dari pasangan Saemandulang dan permaisuri Yele Lumut yang merupakan raja pertama Tinombo. Putri Kerajaan Tinombo bernama Yele Fulang. Sejak remaja, dia berpisah dengan kedua orangtuanya dan mendirikan kerajaan kecil di sekitar Sungai Palasa. Yele Fulang terkenal cantik, pemberani, dan raja yang dicintai oleh rakyatnya.
Kisah mitologi tersebut kemudian menginspirasi lahirnya sebuah tari kreasi yang bernama tari yele fulang. Tari ini menggabungkan gerakan dasar beberapa tari tradisional Sulawesi Tengah, seperti tari sarun, tari rego, tari moende, tari meaju, dan tari kontao yang gerakannya mengandung gerakan dalam pencak silat. Selain itu, tari yele fulang juga tidak lepas dari pengaruh tari balia dan tari kancara.
Tari yele fulang merupakan tari muda-mudi yang menggambarkan keceriaan seorang gadis. Gerak tari yele fulang cenderung dinamis dan didominasi oleh gerakan melompat. Karenanya, selain dibutuhkan keluwesan, untuk mempertunjukan tari ini juga dibutuhkan kekuatan ekstra. Dari segi kostum, tari yele fulang mengenakan pakaian adat tomini yang telah dimodifikasi dan dipadukan dengan warna-warna khas yang melambangkan Kerajaan Moutong, seperti warna kuning dan merah.
Musik yang mengiringi pertunjukan tari ini berasal dari musik tradisional yang sudah dipadukan dengan beberapa alat musik modern, seperti gitar dan bas. Tari yele fulang merupakan tari kreasi yang bersumber dari budaya asli masyarakat Sulawesi Tengah. Tari ini merepresentasikan gadis remaja Desa Tinombo yang ceria, pemberani, tapi tetap anggun.