Rengkong, Kesenian Tradisional yang Lahir dari Budaya Agraris - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Rengkong_1200.jpg

Rengkong, Kesenian Tradisional yang Lahir dari Budaya Agraris

Kesenian ini hanya dipentaskan setahun sekali dalam tradisi Seren Taun untuk menyambut panen raya tiba.

Kesenian

Helaran dongdang menjadi ritual puncak dalam tradisi Seren Taun di Kampung Budaya Sindang Barang, dalam ritual tersebut berbagai dongdang yang berisi hasil bumi diarak menuju alun-alun. Menariknya, dalam helaran dogdang akan ada berbagai kesenian tradisional Sunda warisan para leluhur, salah satunya adalah kesenian Rengkong.

Rengkong merupakan kesenian asli Sunda yang lahir dari budaya masyarakatnya yang terkenal agraris.

Rengkong merupakan kesenian asli Sunda yang lahir dari budaya masyarakatnya yang terkenal agraris. Sejak dahulu, berbagai varietas padi unggulan banyak dihasilkan dari bumi Parahyangan ini. Tak dapat dipungkiri, Jawa Barat menjadi “lumbung padi” bagi masyarakat nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Kehidupan agraris inilah yang kemudian menghasilkan berbagai kesenian tradisi, seperti kesenian rengkong misalnya.

Nama rengkong diambil dari nama alat yang dahulu digunakan untuk memanggul beras. Rengkong terbuat dari bambu jenis gombong yang saat itu banyak ditemukan di Jawa Barat. Bambu yang panjangnya sekitar 2 meter tersebut kemudian dikaitkan dengan tali injuk yang sudah diikatkan setandan beras. Bambu akan menghasilkan suara yang unik hasil dari pergesekan tali injuk dengan bambu. Suara tersebut akan terdengar menarik dan meriah jika rengkong yang dimainkan lebih dari satu.

Semua bahan pembuat rengkong berasal dari alam.

Secara umum, semua bahan pembuat rengkong berasal dari alam, antara lain bambu yang memiliki diameter besar, umbul-umbul yang terbuat dari daun pisang yang sudah mengering, tali injuk, dan kumpulan padi yang beratnya lebih dari 5 kg. Pemain rengkong biasanya adalah laki-laki dewasa, mereka berjumlah 5-6 orang dengan mengenakan pakaian adat tradisional Kasepuhan Sunda yang dikenal dengan baju kampret. Dilengkapi celana pangsi hitam dan pada bagian kepala dihiasi dengan iket atau totopong, yaitu tutup kepala tradisional Sunda.

Meski dahulu banyak dijumpai dalam berbagai perhelatan tradisi, kini kesenian tradisional rengkong jarang ditemukan. Selain tidak adanya regenerasi, mengingat hanya orang-orang tua saja yang mau memainkannya. Kesenian ini juga hanya dipentaskan setahun sekali dalam tradisi Seren Taun yang diadakan setiap menyambut panen raya tiba.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya