Ingin merasakan sensasi lidah bergoyang karena menikmati kelezatan makanan? Cobalah mie kocok, salah satu kuliner khas Nusantara yang cocok disantap dalam berbagai suasana. Mie kocok merupakan kuliner lintas generasi karena bisa dinikmati oleh siapapun, baik anak-anak hingga orang tua. Meski penjualnya ditemukan di berbagai daerah, ternyata mie kocok berasal dari Bandung, Jawa Barat.
Tidak diketahui bagaimana mie kocok ini ditemukan. Tapi yang pasti, mie berasal dari Tiongkok sekira 4.000 tahun lalu. Menurut Suryatini N. Ganie dalam Dapur Naga di Indonesia, hal itu dibuktikan dari penemuan sekelompok arkeolog di wilayah Lajia di bagian utara Tiongkok berupa sebuah guci yang di dalamnya terdapat mie halus berwarna kekuningan dengan panjang sekira 50 cm. Analisis lebih lanjut menunjukkan mie tersebut terbuat dari biji-bijian rumput, bukan dari tepung gandum sebagaimana lazimnnya dewasa ini.
Dari Tiongkok, mie menyebar ke penjuru dunia, termasuk Indonesia. “Mie dibawa ke kepulauan Nusantara oleh para pedagang Tiongkok yang datang untuk mencari rempah-rempah, tetapi kemudian malah menetap, terutama di pesisir utara pulau Jawa,” tulis Suryatini.
Mie kemudian diolah menjadi beragam sajian makanan yang disukai hampir semua kalangan. Salah satunya mie kocok.
Nama mie kocok berasal dari cara pembuatannya, yaitu dengan mencelup-celupkan dan mengocok mie dan tauge ke dalam air panas.
Menurut Badri Hidayat dkk dalam 100 Tempat Jajan dan Makanan Legendaris di Bandung, nama mie kocok berasal dari cara pembuatannya, yaitu dengan mencelup-celupkan dan mengocok mie dan tauge ke dalam air panas hingga sedikit layu. Di Jawa Tengah, terutama Wonosobo, ditemukan mie kopyok yang teknik pembuatannya sama persis. Meski begitu, tidak semua warung makan yang menyediakan mie kocok menggunakan cara pengolahan demikian.
Mie kocok menggunakan bahan baku mie telor. Mie jenis ini mudah dijumpai di pasar tradisional maupun supermarket. Meski demikian, pengusaha warung mie kocok lebih suka membuat mie sendiri ketimbang membeli yang sudah jadi. Selain dirasa lebih murah, hal ini tentu untuk mempertahankan cita rasa khas yang dimiliki pengusaha yang membuka warung mie kocok tersebut.
Selain mie telor sebagai bahan utamanya, kuliner ini menggunakan bahan-bahan lain seperti sayuran sawi dan tauge, daging, bakso, daun bawang, dan bawang goreng.
Membuat mie kocok ternyata tidak serumit yang dibayangkan.
Membuat mie kocok ternyata tidak serumit yang dibayangkan. Mulanya, masak air hingga mendidih. Kemudian masukkan mie telor beserta sayuran sawi dan tauge. Setelah itu, dilanjutkan dengan memasukkan potongan daging dan bakso. Setelah mie dan sayuran sudah tampak layu, barulah dimasukkan bumbu. Bumbu yang digunakan untuk membuat kuah kaldunya terdiri dari kemiri, bawang putih, merica, dan garam. Selain bahan utama mie telor, bumbu inilah yang juga menentukan cita rasa dari mie kocok Bandung.
Tapi jika lebih ingin praktis, datangi saja penjual mie kocok. Rasanya tentu tak kalah nikmat dan menggoyang lidah. Umumnya penjual memiliki cara pembuatan dan penyajian masing-masing yang menjadi ciri khasnya.
Beberapa penjual mie kocok menggunakan bara api dari arang agar kaldu dan aroma lebih terasa. Kaldu biasanya didapat dari daging, kikil, dan tulang yang berisi sum-sum yang direbus selama berjam-jam. Dengan cara ini aroma kaldu terjaga, sementara daging dan kikilnya lembut saat dinikmati di lidah. Untuk bumbu, ada yang menambahkan daun salam, sereh, dan jahe untuk menghilangkan bau anyir tulang. Ada juga yang menambahkan kunyit, ketumbar, tenggiri, serta bawang putih untuk menambah rasa serta aroma kuah.
Kaldunya didapat dari daging, kikil, dan tulang yang berisi sum-sum yang direbus selama berjam-jam.
Penjual mie kocok bisa ditemui di banyak tempat di Indonesia, terutama di Bandung. Ada yang menjual dengan gerobak keliling, di warung kaki lima, kafe dan restoran, hingga hotel. Usaha mie kocok ditekuni sejumlah orang sejak dulu.
Koran Algemeen Indisch dagblad yang terbit pada 14 Februari 1947 memajang sebuah iklan restoran di Bandung bernama Hoa Sang. Selain memiliki menu ala Eropa, restoran ini punya menu andalan, yakni mie kocok dan mie pangsit. Pengelolanya adalah Lim Tjie –anaknya, Lim Wasim, di kemudian hari menjadi salah satu pelukis istana kesayangan Presiden Sukarno.
Menurut Haryoto Kunto dalam Semerbak Bunga di Bandung Raya, keberadaan mie kocok paling tenar ada di kawasan Bojongloa, Pasirkaliki, dan Kebun Binatang. Sementara R.O. Simatupang dalam Pedoman Tamasja Djawa Barat yang terbit tahun 1960-an menyebut mie kocok yang terkenal berada di Kebon Tangkil (Gardu Jati), di seberang dari penyewa perabotan Lim Tjhia. “Tetap selainnya itu ada banyak juga yang menjual keliling,” ujar Simatupang.
Penjual mie kocok legendaris tersebar di beberapa kawasan di Kota Bandung.
Kini, penjual mie kocok legendaris tersebar di beberapa kawasan di Kota Bandung. Beberapa di antaranya berdiri pada 1960-an dan 1970-an. Sebut saja Mie Kocok Haji Endan, Mie Kocok Persib, Mie Kocok Subur, Mie Kocok Saad, Mih Kocok Bandung Mang Dadeng, Mie Kocok SKM, dan Mie Kocok Cepay.
Harga satu porsi mie kocok lengkap dengan campuran daging dan bakso relatif terjangkau sehingga masyarakat umum bisa menikmati kuliner khas Nusantara yang satu ini. Apalagi banyak penjual mie kocok ditemukan di berbagai tempat dengan beraneka label dan brand.