Cari dengan kata kunci

Wahyu Affandi Suradinata

Wahyu-Affandi-Suradinata-cover.jpg

Wahyu Affandi Suradinata

Wahyu bercerita, kujang umumnya berbentuk Sulangkar, yaitu berupa garis-garis meliuk atau biasa disebut Rambut Sadana. Satu lagi berbentuk Tutul, yaitu berupa bintik-bintik atau bulatan-bulatan kecil yang bertebaran

Tokoh

Wahyu Affandi Suradinata namanya, Sehari-hari biasa dipanggil dengan nama Wahyu Kujang. Ya, nama terakhirnya seolah menjadi identitas dirinya sebagai pembuat kujang satu-satunya di Kota Bogor. Tidak sekedar membuat kujang, Wahyu juga sangat mengerti sejarah tentang Kujang bahkan hingga sejarah Kerajaan Sunda. Wahyu Affandi mulai membuat senjata tradisional Jawa Barat ini di tahun 1995. Niatnya untuk membuat kujang tidaklah main-main. Dia rela mendatangi para pemilik dan kolektor kujang kuno di kawasan Bogor, Banten, dan Sukabumi.

Desember 1993, saya melihat kujang tertancap gagah di atas batu tepi sungai pesisir Sukawayana. Sejak saat itu, saya mulai menyukai karya seni yang satu ini.

Tidak hanya berkunjung ke para kolektor, dia juga berburu hingga ke museum-museum seperti Museum Siliwangi, Sri Baduga, bahkan hingga ke Keraton Kasepuhan. Selain berburu kujang, lelaki yang menjadi pengajar bahasa Sunda di salah satu SMK di Bogor ini juga mencari informasi dari Anis Jatisunda yang menguasai informasi mengenai sejarah Sunda Pajajaran. Dari sinilah, Wahyu Affandi mulai mempelajari segala macam bentuk dan jenis kujang yang tertulis dalam naskah yang disimpan Anis.

Menurut pria kelahiran Bandung, 3 Agustus 1953, ini ada dua macam proses dalam pembuatan Kujang. Pertama, jenis kujang yang terbuat dari bahan besi atau sejenis dengan pamor yang dilukis secara teknik proses kimia. Kedua, Kujang yang terbuat dari campuran bahan besi dan baja campur. Jenis dan bentuk kujang yang dibuat Wahyu memiliki beberapa modifikasi sesuai kemampuan teknik yang dimilikinya. Setiap mata kujang diisi logam kuningan, logam emas dan juga batu mulia.

Wahyu bercerita, kujang umumnya berbentuk Sulangkar, yaitu berupa garis-garis meliuk atau biasa disebut Rambut Sadana. Satu lagi berbentuk Tutul, yaitu berupa bintik-bintik atau bulatan-bulatan kecil yang bertebaran. Menurut Wahyu yang saat ini sudah berusia 60 tahun, fungsi kujang di masa sekarang ini lebih dijadkan sebagai koleksi pribadi maupun menjadi hiasan ruangan rumah atau kantor.

Selain itu, kujang juga dapat dijadikan cenderamata khas tanah Sunda, meskipun tidak jarang masih banyak yang menjadikan kujang sebagai benda pusaka. Ketika ditanya mengenai asal muasal Wahyu tertarik dengan kujang, pria yang juga mengajar seni rupa ini ternyata mulai menyukai senjata Kujang sejak menemukannya tertancap di atas batu tepi sungai pesisir Sukawayana, Cisolok, Pelabuhan Ratu, pada Desember 1993 silam. [Tauhid/IndonesiaKaya]

This will close in 10 seconds