Wedang Uwuh, Minuman Hangat yang Berkhasiat - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

wedang_uwuh_1200.jpg

Wedang Uwuh, Minuman Hangat yang Berkhasiat

Dipercaya sebagai minuman para raja.

Kuliner

Di ruang-ruang keluarga atau kafe, wedang uwuh menjadi pilihan tepat untuk menghangatkan suasana. Rasanya manis dan pedas. Aromanya harum. Begitu diseruput, tubuh terasa hangat dan segar. Membuat kebersamaan dengan keluarga atau teman menjadi kian akrab dan menyenangkan.

Wedang uwuh adalah minuman rempah khas dari Yogyakarta. Ditilik dari namanya, minuman ini punya kesan jorok. Tapi begitu mencicipi dan merasakan khasiatnya, Anda mungkin akan menjadikan wedang uwuh sebagai minuman sehari-hari.

Dijelaskan Murdijati Gardjito dkk dalam Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa, secara etimologi kata “wedang” dalam bahasa Jawa berarti “minuman”, sedangkan “uwuh” berarti “sampah”. Nama lain minuman ini adalah teh sampah. Istilah ini dipakai untuk menunjukkan banyaknya rempah di dalam wedang uwuh sehingga seolah terlihat seperti sampah.

“Disebut wedang uwuh karena dulu orang memungut dari daun cengkeh yang jatuh, dikumpulkan dengan disapu makanya disebut wedang uwuh,” ungkap Murdijati.

Masyarakat Yogyakarta, khususnya mereka yang tinggal di sekitar kompleks pemakaman Imogiri, percaya bahwa wedang uwuh sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Diceritakan Sri Suryaningsum dan Anis Siti Hartati dalam Wedang Uwuh, suatu waktu Sultan Agung pergi mencari tempat untuk dijadikan kompleks pemakaman keluarga raja. Setelah melihat banyak tempat, sultan akhirnya memilih Imogiri.

Malam harinya, sultan memutuskan bertapa di tempat itu. Dia meminta seorang pengawalnya membuatkan minuman yang dapat menghangatkan tubuh. Maka dibuatlah wedang secang yang diletakkan di bawah pohon, tak jauh dari tempat sultan bertapa. Kian malam angin kian kencang berhembus. Beberapa daun dan ranting pohon jatuh ke dalam wedang milik sultan. Tanpa sadar sultan meminumnya.

Hari berikutnya, sultan minta dibuatkan minuman yang sama. Menurutnya, itu wedang terenak yang pernah diminumnya.

Si pengawal heran karena dia membuat minuman seperti biasa. Berbekal rasa penasaran, dia mengambil wadah minum sultan dan mengamati bahan-bahan di dalamnya. Betapa terkejutnya si pengawal ketika melihat banyak bahan di luar semestinya. Dia mencoba meraciknya dengan bahan-bahan baru tersebut.

“Hingga akhirnya minuman itu menjadi minuman kegemaran sang raja dan masyarakat Yogyakarta,” tulis Suryaningsum dan Hartati.

Ada versi lain mengenai wedang uwuh berdasarkan cerita tutur masyarakat yang dihimpun Siti Munawaroh dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta dalam “Wedang Uwuh sebagai Ikon Kuliner Khas Imogiri Bantul”, dimuat jurnal Jantra, Juni 2014. Dikatakan, sebelum dikenal dengan nama wedang uwuh, mulanya minuman ini disebut sebagai wedang jahe dan cengkeh. Konon, wedang ini merupakan minuman khusus kerabat keraton Mataram Islam pada masa Sultan Agung. Namun, lama-lama masyarakat umum ikut mengkonsumsi dan bahkan mencampurkan beberapa jenis dedaunan lain. Sejak itulah nama wedang uwuh mulai dikenal.

Versi lain lagi menyebut wedang uwuh dibuat para prajurit Mataram untuk menghangatkan tubuh selama keluar-masuk hutan yang dingin untuk berperang. Mereka membuat minuman itu dari bahan-bahan yang dikumpulkan di hutan. Campuran itulah yang kelak dikenal sebagai wedang uwuh.

Versi terakhir menyebut Wajirah, seorang janda yang hidup susah, sebagai peramu wedang uwuh. Dia menjual minuman itu di kompleks makam raja-raja Imogiri. Awalnya orang meragukan kesegaran minuman tanpa nama tersebut. Tapi ketika mencoba mereka ketagihan. Di antara pelanggan warung Wajirah adalah wartawan yang meliput situasi pasca gempa bumi Yogya tahun 2006. “Dari para wartawan tersebutlah nama wedang uwuh didapatkan,” tulis Suryaningsum dan Hartati.

Dari sekian banyak versi, keterkaitan asal-usul wedang uwuh dengan Sultan Agung lebih dipercaya banyak orang. Hal ini menambah rasa penasaran orang untuk mencicipinya. Tak heran pula jika di lokasi makam Imogiri yang sekaligus menjadi objek wisata religi terdapat banyak kios kecil menjajakan wedang uwuh. Wedang uwuh juga punya sebutan lain, yakni wedang Sultan Agung.

Untuk membuat segelas minuman hangat ini cukup mudah. Bahannya terdiri dari rempah-rempah seperti kayu secang, bunga cengkeh, batang cengkeh, daun cengkeh, jahe, pala, daun pala, kayu manis, daun kayu manis, akar sereh, daun sereh, dan kapulaga. Bahan-bahan itu dikeringkan, dimasukkan ke dalam air mendidih, lalu aduk hingga warna berubah merah. Sebagai pelengkap bisa ditambah gula batu atau gula pasir. Tapi ada juga yang membuat wedang ini dengan merebus bahan-bahan di dalam air mendidih.

“Wedang uwuh memiliki cita rasa pedas dan segar. Rasa pedas berasal dari jahe, sedangkan efek menyegarkan dikeluarkan dari beragam jenis daun-daunan yang diseduh dengan air panas. Minuman ini berwarna merah, yang berasal dari penggunaan kayu secang. Wedang uwuh nikmat disajikan panas-panas,” tulis Suryaningsum dan Hartati.

Setelah menyeruput, tubuh akan terasa hangat. Perpaduan berbagai bahan dalam minuman ini membuat tubuh terasa segar.

Tidak hanya enak dinikmati, minuman ini pun memiliki berbagai khasiat. Ditulis Lily Arsanti Lestari dkk dalam Kandungan Zat Gizi Makanan Khas Yogyakarta, wedang uwuh terbukti mempunyai beberapa manfaat bagi kesehatan seperti membantu tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol, dan mengandung antioksidan.

Selain itu, wedang uwuh dapat membantu menghilangkan rasa lelah, flu, pegal-pegal, batuk, masuk angin, serta melegakan tenggorokan.

Untuk menikmati wedang uwuh memang lebih mantap kalau datang ke kompleks pemakaman Imogiri. Namun saat ini wedang uwuh juga bisa ditemukan di tempat lain di Bantul bahkan kota-kota lainnya di Indonesia. Ia tersedia di sejumlah warung, kafe, hingga supermarket. Dijual dalam bentuk utuh, instan maupun celup.*

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Lily Arsanti Lestari., Kandungan Zat Gizi Makanan Khas Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Press, 2018.
    Murdijati Gardjito dkk. Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017.
    Siti Munawaroh. “Wedang Uwuh sebagai Ikon Kuliner Khas Imogiri Bantul”, jurnal Jantra Vol. 9, No. 1, Juni 2014.
    Sri Suryaningsum dan Anis Siti Hartati. Wedang Uwuh. Klaten: Nugra Media, 2018