Bertengger di atas bukit, Wihara Buddhayana atau yang lebih dikenal sebagai Vihara Dewi Kwan Im oleh masyarakat setempat, menonjol dengan arsitektur khas Tionghoa yang didominasi warna merah. Ornamen dan lampion yang menghiasi langit-langit menambah keindahan vihara berusia lebih dari 250 tahun ini. Udara sejuk dan pemandangan sekitar yang menawan membuat siapa pun betah berlama-lama di sini. Wihara ini juga merupakan yang terbesar dan tertua di Pulau Belitung.
Untuk mencapai wihara, pengunjung perlu menaiki sekitar 86 anak tangga. Di dalam wihara, terdapat tiga tempat sembahyang utama. Setelah melewati anak tangga, pengunjung akan menemukan Shimunyo. Naik lebih tinggi lagi, ada Sitiyamuni. Dan di bagian paling atas wihara, terdapat Kon Im, tempat sembahyang yang paling besar.
“Bangunan utama adalah tempat berdoa kepada Dewi Kwan Im, bangunan kedua merupakan tempat berdoa kepada Buddha, dan bangunan terakhir adalah tempat berdoa kepada Toapekong atau Dewa Laut,” tulis Endah Murniwati dalam Wisata Hemat Belitung.
Di tempat tertinggi kawasan Wihara Dewi Kwan Im terdapat patung Dewi Kwan Im setinggi 12 meter. Dikutip laman resmi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, patung itu baru diresmikan pada 2017 lalu oleh Bupati Belitung Timur Yuslih Ihza. Tempat berdirinya patung tersebut menjadi salah satu spot foto favorit para wisatawan saat mengunjungi vihara Dewi Kwan Im.
Keberadaan Wihara Dewi Kwan Im di Belitung memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik.
Keberadaan Wihara Dewi Kwan Im di Belitung memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik. Dikutip dari “Potret Belitung: Negeri Laskar Pelangi” yang diterbitkan oleh Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Belitung, asal-usul wihara ini dapat ditelusuri hingga ke abad ke-13 ketika armada Mongol singgah di Pulau Belitung. Setelah memperbaiki kapal mereka, sejumlah tentara Mongol yang sakit memutuskan untuk menetap di pulau ini. Dari komunitas Tionghoa yang tumbuh dari para pendatang inilah, Wihara Dewi Kwan Im kemudian didirikan.
Wihara ini selalu ramai dikunjungi oleh umat Buddha, baik dari dalam maupun luar negeri, terutama saat perayaan hari besar seperti Imlek dan Waisak. Selain sebagai tempat ibadah, keindahan alam sekitar, terutama panorama Pantai Burung Mandi yang terlihat dari wihara, menjadi daya tarik tersendiri. Tak jarang, pengunjung juga berkesempatan melihat kawanan monyet yang turun dari bukit.
“Pengunjung dapat melakukan ciamsi (ramal nasib atau peruntungan) dengan bantuan juru kunci wihara ini dan memberikan sumbangan seikhlasnya atas jasa ramalan,” tulis Murniwati. Selain itu, untuk mendapatkan kesan mendalam, kita bisa berfoto dengan busana cheongsam yang disewakan pihak vihara. Menarik, bukan?
Wihara Dewi Kwan Im berada di Desa Burong Mandi, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur. Untuk mencapai wihara ini, para wisatawan dapat berkendara sejauh kurang lebih 69 kilometer, atau sekitar dua jam dari pusat Kota Belitung, Tanjung Pandan; dan sekitar 30 menit dari Manggar di Kabupaten Belitung Timur, dengan jarak tempuh 18 kilometer.