Wihara Dewi Kwan Im: Destinasi Religi di Negeri Laskar Pelangi - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

Vihara_dewi_kwan_im_1200.jpg

Wihara Dewi Kwan Im: Destinasi Religi di Negeri Laskar Pelangi

Selain pantai-pantai eksotis, Belitung Timur menyimpan pesona Wihara Dewi Kwan Im, sebuah bangunan bersejarah yang telah berdiri sejak abad ke-18.

Pariwisata

Bertengger di atas bukit, Wihara Buddhayana atau yang lebih dikenal sebagai Vihara Dewi Kwan Im oleh masyarakat setempat, menonjol dengan arsitektur khas Tionghoa yang didominasi warna merah. Ornamen dan lampion yang menghiasi langit-langit menambah keindahan vihara berusia lebih dari 250 tahun ini. Udara sejuk dan pemandangan sekitar yang menawan membuat siapa pun betah berlama-lama di sini. Wihara ini juga merupakan yang terbesar dan tertua di Pulau Belitung.

Untuk mencapai wihara, pengunjung perlu menaiki sekitar 86 anak tangga. Di dalam wihara, terdapat tiga tempat sembahyang utama. Setelah melewati anak tangga, pengunjung akan menemukan Shimunyo. Naik lebih tinggi lagi, ada Sitiyamuni. Dan di bagian paling atas wihara, terdapat Kon Im, tempat sembahyang yang paling besar.

Wihara Buddhayana, atau Vihara Dewi Kwan Im, menonjol dengan arsitektur khas Tionghoa berwarna merah.

“Bangunan utama adalah tempat berdoa kepada Dewi Kwan Im, bangunan kedua merupakan tempat berdoa kepada Buddha, dan bangunan terakhir adalah tempat berdoa kepada Toapekong atau Dewa Laut,” tulis Endah Murniwati dalam Wisata Hemat Belitung.

Di tempat tertinggi kawasan Wihara Dewi Kwan Im terdapat patung Dewi Kwan Im setinggi 12 meter. Dikutip laman resmi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, patung itu baru diresmikan pada 2017 lalu oleh Bupati Belitung Timur Yuslih Ihza. Tempat berdirinya patung tersebut menjadi salah satu spot foto favorit para wisatawan saat mengunjungi vihara Dewi Kwan Im.

Keberadaan Wihara Dewi Kwan Im di Belitung memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik.

Keberadaan Wihara Dewi Kwan Im di Belitung memiliki akar sejarah yang panjang dan menarik. Dikutip dari “Potret Belitung: Negeri Laskar Pelangi” yang diterbitkan oleh Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Belitung, asal-usul wihara ini dapat ditelusuri hingga ke abad ke-13 ketika armada Mongol singgah di Pulau Belitung. Setelah memperbaiki kapal mereka, sejumlah tentara Mongol yang sakit memutuskan untuk menetap di pulau ini. Dari komunitas Tionghoa yang tumbuh dari para pendatang inilah, Wihara Dewi Kwan Im kemudian didirikan.

Jumlah orang Tionghoa di Belitung meningkat seiring dimulainya penambangan timah pada tahun 1851, ketika imigran Tiongkok didatangkan sebagai pekerja tambang. Banyak dari mereka kemudian beralih profesi menjadi pedagang dan berbaur dengan masyarakat setempat, membentuk wajah keberagaman Belitung. Sebagian besar orang Tionghoa menganut Buddha, yang kini menjadi agama terbesar kedua di Belitung.

Konon, Dewi Kwan Im pernah bersembahyang di atas batu di Kon Im, tempat sembahyang terbesar di wihara ini.

Wihara Dewi Kwan Im dibangun pada tahun 1747 dan konon Dewi Kwan Im pernah bersembahyang di atas batu di Kon Im, salah satu tempat sembahyang terbesar di wihara ini. Berdasarkan cerita tutur masyarakat, pembangunan wihara ini berawal ketika seorang nelayan pulang dari melaut dan menemukan patung tersangkut di jaringnya. Patung itu kemudian diletakkan di pantai, namun pada malam harinya, sang nelayan bermimpi agar patung tersebut disimpan di sebuah bukit. Seiring perkembangan agama Buddha di Belitung, masyarakat pun membangun sebuah wihara di bukit tersebut sebagai tempat beribadah.

Wihara ini selalu ramai dikunjungi oleh umat Buddha, baik dari dalam maupun luar negeri, terutama saat perayaan hari besar seperti Imlek dan Waisak. Selain sebagai tempat ibadah, keindahan alam sekitar, terutama panorama Pantai Burung Mandi yang terlihat dari wihara, menjadi daya tarik tersendiri. Tak jarang, pengunjung juga berkesempatan melihat kawanan monyet yang turun dari bukit.

Wihara ini ramai dikunjungi umat Buddha, terutama saat perayaan Imlek dan Waisak.

Di wihara ini terdapat Kolam Tujuh Bidadari yang konon dihuni oleh tujuh bidadari, di mana pengunjung bisa melempar koin sambil mengucapkan permohonan, dengan harapan permohonan tersebut akan dikabulkan. Selain itu, tersedia pula ruang khusus untuk meramal, di mana pengunjung cukup mengocok batang-batang bambu dalam gelas bertuliskan angka hingga satu batang bambu keluar. Setelah itu, pengunjung mengambil ciamsi, kertas berisi ramalan, sesuai angka pada batang bambu tersebut.

“Pengunjung dapat melakukan ciamsi (ramal nasib atau peruntungan) dengan bantuan juru kunci wihara ini dan memberikan sumbangan seikhlasnya atas jasa ramalan,” tulis Murniwati. Selain itu, untuk mendapatkan kesan mendalam, kita bisa berfoto dengan busana cheongsam yang disewakan pihak vihara. Menarik, bukan?

Wihara Dewi Kwan Im berada di Desa Burong Mandi, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur. Untuk mencapai wihara ini, para wisatawan dapat berkendara sejauh kurang lebih 69 kilometer, atau sekitar dua jam dari pusat Kota Belitung, Tanjung Pandan; dan sekitar 30 menit dari Manggar di Kabupaten Belitung Timur, dengan jarak tempuh 18 kilometer.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Endah Murniwati. Wisata Hemat Belitung. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013.
    Laman Resmi Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, https://www.belitungtimurkab.go.id/
    Potret Belitung: Negeri Laskar Pelangi. Belitung: Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Belitung, 2013.