Cari dengan kata kunci

Bubur manado

Tinutuan, Bubur Manado Lambang Persaudaraan

Sensari gurih dan menyehatkan dalam semangkuk bubur beras bercampur aneka sayuran dan bumbu dapur.

Kuliner

“Anda termasuk tim bubur diaduk atau tim bubur tidak diaduk?”

Pertanyaan seperti di atas mungkin sering muncul saat ingin menikmati semangkuk bubur panas dengan berbagai macam topping. Namun, pertanyaan ini tidak berlaku saat menikmati bubur manado atau bubur tinutuan. Karena, bubur yang dibuat dari beras, bayam, kangkung, labu kuning, singkong, daun melinjo, ubi jalar, kemangi, serta gedi (sayuran khas Manado yang banyak terdapat di halaman) sudah dicampur dan diaduk dalam proses memasaknya. Selain nikmat karena sensasi gurih, hangat, dan menyehatkan, bubur manado juga dibuat dengan bumbu dapur yang terbilang sederhana. Antara lain batang serai yang dimemarkan, garam, jahe, daun salam, bawang putih, dan bumbu dapur lainnya.

Dalam pembuatannya, beras dimasak di dalam air mendidih dan bumbu-bumbu dimasukkan bersamaan. Saat bubur setengah matang, potongan singkong dimasukkan terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan jagung, ubi jalar, serta labu kuning. Setelah agak lunak, bermacam sayuran dimasukkan satu per satu dan bubur terus dimasak hingga mengental dan matang merata.

Tak hanya di Manado, kelezatan bubur tinutuan juga sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia dan acapkali ditemukan di rumah makan khas Manado. Tinutuan sendiri diperkirakan berasal dari Bahasa Minahasa tu’tu yang berarti “nasi” atau lu’tu yang berarti “masak.” Tinutu artinya “dimasak,” sedangkan tinutuan berarti “yang sudah dimasak.” Menukil dari laman celebes.co, masyarakat di daerah Tondano menyebut bubur ini dengan istilah sinede’an. Sedangkan warga Minahasa Selatan, menyebutnya sebagai peda’al yang artinya “makanan kebun yang merupakan jenis dari pengolahan sayur” untuk menyebut bubur tinutuan yang bahan-bahannya memang terdiri dari sayur-sayuran seperti yang dikutip dari Pramusaji di Kawasan Wisata Kuliner Wakeke kota Manado karya Christine C. Liwan pada Jurnal Holistik Tahun VIII No.15, Januari – Juni 2015.

Tinutu artinya “dimasak,” sedangkan tinutuan berarti “yang sudah dimasak.”

Seperti yang dilansir dari situs resmi encyclopedia.jakarta-tourism, bubur tinutuan sendiri tercipta dari kreativitas masyarakat Manado pada zaman penjajahan Belanda. Saat itu, mayoritas masyarakat mengalami kesulitan ekonomi dan takut keluar rumah untuk membeli bahan pangan. Sehingga mereka memetik sayur-mayur (bayam, kangkung, labu kuning, singkong, ubi jalar, dan gedi) yang ada di halaman rumah dan memasaknya dengan sedikit beras hingga menjadi bubur untuk kemudian dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.

Kreasi bubur tinutuan semakin berkembang saat terjadi Perang Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) pada 1959-1960, yaitu suatu gerakan militer yang dipimpin oleh pemimpin militer Negara Indonesia Timur, Kolonel Ventje Sumual, seorang perwira militer yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia. Pada awalnya, gerakan ini terjadi di Makassar pada 2 Maret 1957, lalu kemudian berpindah ke Manado, Sulawesi Utara. Situasi perang saat itu membuat stok bahan pangan, terutama beras menjadi sedikit. Sehingga masyarakat pada saat itu harus mencampur beras yang sedikit tersebut dengan berbagai sayur-mayur serta jagung, agar cukup untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga.

Untuk menambah kelezatannya, bubur tinutuan biasanya disajikan dengan ikan roa, ikan asin, dan ikan cakalang, lengkap dengan sambal dabu-dabu yang menambah cita rasa. Dalam perkembangannya, bubur manado atau bubur tinutuan kini mengalami modifikasi mengikuti selera zaman. Salah satunya disebut miedal, yaitu bubur tinutuan yang dicampur dengan mi telor yang terkenal di daerah Minahasa. Istilah miedal sendiri berasal dari kata “mi” dan “peda’al” (penyebutan untuk bubur tinutuan di Minahasa). Selain lezat, bubur yang hampir selalu hadir di setiap acara berbagai lapisan masyarakat di Manado ini juga sering dijuluki sebagai “bubur persaudaraan,” yang diyakini mampu merekatkan persaudaraan antar masyarakat.

Salah satu modifikasi bubur tinutuan dikenal dengan sebutan miedal, yaitu bubur tinutuan yang dicampur dengan mi telor yang terkenal di daerah Minahasa.

Ingin menghadirkan kelezatan “bubur persaudaraan” juga di rumah? Ini dia resep autentik bubur manado alias bubur tinutuan.

Bubur Manado

Bahan:

  • 150 gr beras, cuci bersih
  • 2 sdt garam
  • 2 batang serai, memarkan
  • 2 cm jahe, memarkan
  • 2 lt air
  • 300 gr jagung manis, sisir
  • 200 gr labu kuning, serut
  • ½ lembar daun kunyit
  • 4 lembar daun gedi (bila ada)
  • 75 gr daun melinjo, siangi
  • 200 gr ubi jalar merah/kuning, kupas, iris dadu kecil
  • 75 gr bayam, siangi
  • 100 gr kangkung, siangi
  • 50 gr daun kemangi, petiki daunnya

Pelengkap:

  • 100 gr ikan asin jambal/pari goreng
  • Sambal roa

Cara membuat:

  1. Masukkan beras ke dalam panci, tambahkan garam, serai, dan jahe. Tuangi air, didihkan. Masak hingga beras setengah matang, masukkan jagung, labu king, daun kunyit, dan daun gedi.
  2. Masukkan ubi dan daun melinjo ke dalam panci bubur. Masak hingga ubi setengah matang.
  3. Masukkan bayam, kangkung, dan daun kemangi, aduk.
  4. Teruskan memasak selama 10 menit hingga sayuran matang, tetapi butiran-butiran beras tetap utuh, angkat.
  5. Pindahkan bubur ke dalam piring/mangkuk saji, hidangkan selagi hangat bersama ikan asin dan sambal roa.

Sebagai menu sarapan, bubur manado ini memiliki kandungan kalori sekitar 250 kalori sampai 300 kalori, sehingga cocok untuk memenuhi kebutuhan asupan energi saat pagi hari. Karena terbuat dari berbagai jenis sayuran, bubur ini juga mengandung serat tinggi yang baik untuk pencernaan serta kaya akan antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Semua kebaikan tersebut kini bisa dinikmati di rumah bersama keluarga, kapan saja. Selamat mencoba resepnya.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • Liwan, Christine. C. 2015. ”Pramusaji di Kawasan Wisata Kuiiner Wakeke Kota Manado”. Jurnal Holistik Tahun VIII no.15/ Januari – Juni 2015. Diakses pada 26 Juli 2022, Pkl. 12.57 WIB

    Muththalib. Abd. Tinutuan, Bubur Khas Manado. “https://www.celebes.co/tinutuan-bubur-manado”. Diakses pada 26 Juli 2022, Pkl. 12.59 WIB