Tari Wutukala, Ekspresi Syukur Nelayan Papua yang Sarat Makna - Indonesia Kaya

Cari dengan kata kunci

wutukala1290.jpg

Tari Wutukala, Ekspresi Syukur Nelayan Papua yang Sarat Makna

Di pesisir Sorong, nelayan suku Moy menari untuk mengenang cara lama berburu ikan—sebuah inovasi sederhana yang menjelma menjadi simbol syukur dan warisan budaya.

Kesenian

Seorang pria berdiri di salah satu sudut pantai dengan pasir putih itu. Ia meneriakkan sebuah ajakan bagi beberapa teman untuk bergabung dengannya dalam satu tarian. Mereka semua membawa sebuah senjata sejenis tombak di tangan mereka dan seolah bersiap akan melakukan perburuan. Para pria ini bermahkotakan hiasan kepala dari bulu cenderawasih dan tubuh mereka pun penuh dengan lukisan etnik berwarna putih serta hitam. Untaian penutup bagian bawah tubuh mereka yang terbuat dari daun sagu pun terkibas gagah oleh karena angin laut. Sekitar 6 orang dari mereka mulai menyatu dan membentuk formasi mengawali sebuah tarian tradisional yang bernama tari wutukala.

Tari wutukala adalah sebuah tarian yang berasal dari Papua Barat, tepatnya Sorong. Tarian ini dimiliki oleh suku Moy dan biasanya dilakukan dalam berbagai acara seremonial adat mereka. Tari wutukala biasanya dilakukan dalam kelompok secara berpasangan antara kaum pria dan wanita karena tari ini menceritakan sebuah aktifitas tradisional yang memang dilakukan oleh pria dan wanita secara bersama-sama.

Tari wutukala adalah sebuah tarian yang berasal dari Papua Barat, tepatnya Sorong.

Pada awal tarian, para pria masuk terlebih dulu dalam sebuah formasi yang menggambarkan bahwa mereka sedang berburu ikan. Tidak lama setelah para pria membentuk sebuah formasi berburu, kaum wanita pun masuk dengan membawa sebuah tas khas Papua yang disebut noken. Tas ini akan dipakai sebagai tempat untuk ikan-ikan hasil berburu mereka nantinya. Para wanita ini menggunakan pakaian yang serasi dengan para pria seperti rok dari daun sagu dan hiasan kepala yang terbuat dari burung cenderawasih. Mereka pun mulai melakukan gerakan-gerakan yang menggambarkan mata pencaharian mereka dalam mencari ikan. Penting untuk diketahui bahwa sejak dulu kala suku Moy sendiri adalah suku di wilayah pesisir Sorong yang memang mempunyai mata pencaharian utama sebagai nelayan.

Kisah dalam tarian ini berlanjut ketika para pasangan yang digambarkan tengah berburu ikan mulai mengalami kesulitan. Senjata tombak yang mereka gunakan tak lagi efektif—ikan menjadi sulit ditangkap, dan mereka pun terancam tak memperoleh bahan makanan. Pada titik inilah babak baru dimulai, menghadirkan keunikan sekaligus inti makna dari tarian ini.

Tarian ini merupakan sebuah perayaan atas inovasi yang mereka temukan dalam mata pencaharian umum suku Moy.

Para pria dari suku Moy kemudian mengubah cara berburu mereka. Mereka turun ke air dan menaburkan akar tuba yang telah ditumbuk halus. Tumbuhan ini mengandung zat alami yang bersifat racun ringan, membuat ikan-ikan pusing dan naik ke permukaan. Saat itulah para wanita mulai menangkap ikan-ikan tersebut. Panen pun terjadi, dan hasil tangkapan dibagikan kepada seluruh anggota komunitas. Tarian ini menjadi simbol dari inovasi dan kerja sama dalam menghadapi tantangan hidup.

Secara garis besar, tari wutukala menceritakan sebuah tradisi penting yang menjadi bagian kehidupan dari suku Moy. Tarian ini merupakan sebuah perayaan atas inovasi yang mereka temukan dalam mata pencaharian umum suku Moy. Makna tari wukutukala adalah sebuah ucapan syukur atas berkat yang diberi Tuhan kepada suku Moy. Uniknya, limpahan berkat ini hadir dalam inovasi perburuan ikan yang mereka lakukan. Hal ini menunjukkan sebuah sikap terbuka yang dimiliki suku Moy terhadap berbagai perubahan kehidupan yang terjadi. Biasanya, tarian ini dilakukan oleh seorang tetua adat dan diikuti oleh beberapa pemuda yang menggambarkan semangat suku Moy dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Informasi Selengkapnya
  • Elsa Dwi Lestari

  • Indonesia Kaya