Tari topeng merupakan bagian drama tari tradisional Bali. Selain dipentaskan sebagai pertunjukan hiburan, ada pula jenis tari topeng yang menjadi pelengkap dari upacara keagamaan. Salah satu tari topeng yang memiliki fungsi dalam kedua hal tersebut adalah tari topeng tua, yang disebut juga tari werda lumaku.
Tari topeng tua menampilkan seorang penari dengan busana yang megah dan mengenakan topeng kayu dari kayu ylang-ylang. Dari raut wajahnya, terlihat tokoh yang diperankan adalah pria berusia senja.
Saat pertunjukan, sang penari akan berjalan mengelilingi panggung dan menari dengan gerakan yang lambat. Sesekali, sang penari menghela napas putus-putus dan membuat gerakan menyapu keringat dari topengnya dengan gaya jenaka. Koreografi yang dibawakan penari menggambarkan sang pria tua sedang terkenang akan masa mudanya.
Tari ini kerap dipentaskan dalam ritual sakral piodalan.
Sebagai tari yang memiliki nilai kesakralan, tari topeng tua Bali kerap dipentaskan dalam ritual peringatan piodalan. Piodalan sendiri merupakan upacara keagamaan yang diadakan setiap enam bulan sekali berdasarkan sistem penanggalan Bali. Dalam upacara ini, tari topeng tua ditampilkan bersama jenis tari topeng lainnya yang tergabung dalam satu kesatuan bernama topeng panca.
Topeng panca terdiri dari lima jenis topeng, yaitu topeng tua, topeng dalem, topeng keras, topeng keras bues, dan tokoh penasar (penutur cerita). Kelima jenis topeng ini saling melengkapi, menciptakan narasi yang menyeluruh dalam ritual tersebut.
Tari topeng tua dan beberapa unsur topeng panca lainnya sering dipentaskan dalam format yang lebih singkat.
Selain sebagai bagian dari ritual keagamaan, tari topeng tua beserta beberapa unsur topeng panca lainnya juga sering ditampilkan dalam format yang lebih singkat. Pertunjukan ini biasanya disajikan di luar konteks ritual, menjadikannya sebagai bagian dari seni pertunjukan non-ritual yang tetap memikat penonton.
Tari topeng tua tidak hanya menjadi bagian dari rangkaian tari topeng panca, tetapi juga berfungsi sebagai pertunjukan pembuka untuk tari sakral lainnya, seperti tari topeng pajegan. Tari topeng pajegan memiliki keunikan tersendiri karena hanya dipentaskan dalam konteks upacara keagamaan. Semua karakter dalam tarian ini diperankan oleh seorang penari tunggal yang piawai. Dengan pergantian topeng, penutup kepala, dan gestur yang berbeda-beda, penari mampu menghidupkan beragam karakter dalam satu pertunjukan.