Pandangilah hamparan alam yang luas dan rasakan kesejukan angin laut yang menyapa. Biarkan pikiran menyatu dengan alam, membiarkan lelah berganti menjadi rasa nyaman. Pantai Seger di Kabupaten Lombok Tengah menghadirkan segalanya untuk melepas penat.
Berjarak sekitar 57 kilometer dari Kota Mataram dengan waktu tempuh kurang lebih 50 menit, Pantai Seger siap memanjakan mata dengan pesona alamnya yang menawan.
Meski belum terjangkau rute angkutan umum, akses menuju Pantai Seger tergolong mudah. Disarankan menggunakan kendaraan sewaan, cukup arahkan perjalanan menuju Pantai Kuta lalu lanjutkan ke arah timur. Sekitar 2 kilometer dari Pantai Kuta, terbentang Pantai Seger dengan pasir putih menyerupai butiran merica yang khas.
Itulah keunikan Pantai Seger—pasir putihnya berbentuk besar dan bulat menyerupai biji merica.
Ya, merica. Itulah keunikan Pantai Seger—pasir putihnya berbentuk besar dan bulat menyerupai biji merica. Dipadukan dengan air laut yang biru jernih, siapa pun akan tergoda untuk menceburkan diri ke laut yang terbentang di hadapan pantai ini.
Pantai Seger cocok bagi siapa saja yang mencari ketenangan. Suasananya yang sepi pas untuk bermalas-malasan menikmati liburan—berjemur atau sekadar duduk sambil memandangi keelokan pantai. Airnya yang jernih membuat karang di dasar laut mudah terlihat, menciptakan pemandangan yang memukau. Saat air surut, karang-karang yang muncul bisa ditapaki hingga ke arah tengah laut, dan jika beruntung, ikan-ikan kecil yang bersembunyi malu di balik karang pun dapat dijumpai.
Di balik keindahannya, Pantai Seger mempunyai mitos yang melegenda dan masih dipercaya oleh masyarakat sekitar pantai.
Di balik keindahannya, Pantai Seger mempunyai mitos yang melegenda dan masih dipercaya oleh masyarakat sekitar pantai. Kisah bermula saat Putri Mandalika yang cantik jelita keturunan Raja Tonjang Beri menyanggupi permintaan setiap pangeran yang ingin mempersuntingnya. Heran dengan keputusan putri, para pangeran yang tak rela cinta dan kasih sayang putri terbagi bersepakat untuk memulai peperangan. Siapa saja yang memenangi peperangan akan berhak menjadi suami Putri Mandalika.
Sebelum peperangan terjadi, beritanya telah terdengar oleh Putri Mandalika. Tidak ingin ada korban jiwa, putri yang berperangai baik ini mulai melakukan semedi. Pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak (suku di Lombok), putri memanggil semua pangeran yang pernah melamarnya.
Mulai saat itu, tradisi bau (menangkap) nyale mulai diadakan tiap tahun di Pantai Seger.
Bertempat di Pantai Seger, Putri Mandalika menjelaskan tidak ada satu orang pun yang berhak memiliki hatinya. Putri merasa dia telah ditakdirkan untuk menjadi nyale (cacing laut) hingga dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Pada saat itulah, putri terjun ke laut dan menghilang. Dia pun hilang tanpa jejak. Tak lama setelah itu, muncul nyale di permukaan laut dalam jumlah yang cukup banyak.
Mulai saat itu, tradisi bau (menangkap) nyale mulai diadakan tiap tahun di Pantai Seger. Ritual ini untuk memperingati kebaikan Putri Mandalika yang rela mengorbankan dirinya untuk mencegah peperangan yang dapat menimbulkan korban jiwa. Nyale tak hanya ditangkap, tapi bisa diolah dan dipercaya memiliki protein yang tinggi.