Cari dengan kata kunci

Pada Sebuah Kapal

Pada Sebuah Kapal, Buku Karya N.H. Dini

Salah satu karya sastra feminis pertama Indonesia yang menjadi kontroversi pada masanya.

Kesenian

Berbicara soal penulis wanita ternama dalam sejarah literatur Indonesia, nama N.H. Dini bakal mencuat di puncak. Terutama berkat karya sastra perdananya, Pada Sebuah Kapal, novel Indonesia pertama yang tanpa disadari menyajikan tema—dan sosok—feminis meski pada era tersebut istilah “feminis” masih dalam tahap tumbuh-kembang. 

Novel Pada Sebuah Kapal diterbitkan di tahun 1972 oleh Dunia Pustaka Jaya. Saat pertama terbit, novel Indonesia bergenre roman ini dicetak 5.000 eksemplar dan terbukti begitu sukses sampai Pustaka Jaya mencetak ulang sebanyak tiga kali di sepanjang tahun 70-an, tepatnya di tahun 1973, 1976, dan 1979. Setelahnya, Gramedia mengambil alih hak terbit Pada Sebuah Kapal, hingga tahun 1990 telah mencetaknya tiga kali. Kemudian kembali mencetak ulang dengan sampul terbaru di tahun 2018, empat bulan sebelum N.H. Dini meninggal.

Lantas, apa yang membuat novel pertama N.H. Dini ini begitu digandrungi oleh penggemar literatur hingga saat ini? Banyak pengamat sastra sepakat kalau alasan utamanya adalah karena tema realis tanpa unsur sensasi yang menjadi ciri gaya penulisan sang pengarang. Ia memaparkan alur cerita dengan gaya lembut yang mungkin terkesan seadanya—tapi di situlah kekuatan N.H. Dini sebagai penulis.

Tak jarang, novel ini juga menjadi inspirasi sastrawan lain. Salah satunya adalah Sapardi Djoko Damono yang berkomentar tentangnya dalam Indonesia Abad XXI di Tengah Kepungan Perubahan Global, “Dini telah menggoyang-goyang perahu yang berlayar tenang, yang selama ini kita naiki. Ia telah mengajak kita untuk memahami, bahkan menghayati, hakikat keperempuanan yang dalam novel-novel kita sebelumnya banyak ditampilkan sebagai konsep. Dalam Pada Sebuah Kapal dan beberapa cerita pendeknya, Dini telah menciptakan perempuan yang sama sekali tidak mau menoleh ke belakang, tidak hendak diikat oleh aturan yang mengekang kebebasan individu, yang menyadari kualitasnya sendiri dan dengan itu memandang ke depan.”

Dini telah menciptakan perempuan yang sama sekali tidak mau menoleh ke belakang, tidak hendak diikat oleh aturan yang mengekang kebebasan individu, yang menyadari kualitasnya sendiri dan dengan itu memandang ke depan.

Sebelum menulis Pada Sebuah Kapal, wanita bernama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin ini terlebih dahulu menulis puisi. Puisi N.H. Dini acap kali dimuat dalam majalah-majalah sastra ternama pada saat itu, seperti majalah Budaya Djaja dan Gadjah Mada. Dari puisi/sajak ia beralih ke cerita pendek. Beberapa karya cerpennya juga diterbitkan dalam majalah Kisah dan Mimbar Indonesia. Sebelumnya, N.H. Dini telah menerbitkan buku pertamanya pada 1956, tetapi buku tersebut merupakan kumpulan cerpen yang ia beri judul Dua Dunia

Perempuan kelahiran 29 Februari 1986 ini kerap menyematkan penggalan kisah hidupnya sendiri ke dalam alur cerita novel yang ia tulis. Seperti pengalamannya saat menjadi penyiar radio, pramugari, dan penari yang kemudian menjadi profesi serta hobi yang digeluti oleh Sri, protagonis utama Pada Sebuah Kapal. Bisa dibilang, dalam novel ini Sri merupakan alter ego dari N.H. Dini. 

Bisa dibilang, dalam novel ini Sri merupakan alter ego dari N.H. Dini. 

Tak heran, kisah Sri dalam Pada Sebuah Kapal mengena di hati pembaca dan jadi salah satu novel Indonesia paling populer, bahkan dianggap sebuah adikarya dari penulis kelahiran Semarang yang sepanjang hidupnya–82 tahun–setidaknya melahirkan 19 novel tersebut.

Berawal dari novel ini, N.H. Dini kemudian meraih pengakuan sebagai sastrawan yang lantang membicarakan nasib perempuan di Tanah Air. Sepanjang kariernya, N.H. Dini mendapat beberapa penghargaan di antaranya Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang Sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), Achmad Bakrie Award (2011), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2017.

Mengarung Cinta di Atas Kapal

Novel Indonesia Pada Sebuah Kapal berkisah tentang lika-liku romansa Sri yang zaman sekarang mungkin bakal terkesan cukup pelik. Sri adalah seorang perempuan muda asal Semarang yang ramah dan supel. Ia merantau ke Ibu kota dengan harapan untuk menjadi pramugari, tetapi diagnosa penyakit paru-paru menggagalkan ambisinya.

 Novel Indonesia Pada Sebuah Kapal berkisah tentang lika-liku romansa Sri yang zaman sekarang mungkin bakal terkesan cukup pelik.

Meski sempat mempertimbangkan tawaran menjadi wartawan majalah, akhirnya Sri memutuskan untuk menjadi penyiar Radio Republik Indonesia (RRI). Di sela-sela kesibukan karier, Sri tetap menggeluti hobi sebagai penari. Berkat kepiawaiannya, ia pun kerap menerima undangan untuk mengisi berbagai acara. 

Dalam perjalanannya meniti karir, silih berganti Sri memadu cinta dengan beberapa pria. Kehadiran seorang pilot bernama Saputro menjadi sosok yang paling membekas dalam hati Sri. Mereka sempat bertunangan setelah menjalin hubungan cukup lama. Malangnya, perjalanan menuju pelaminan kandas setelah Saputro berada dalam kecelakaan pesawat yang merenggut nyawanya.

Tak lama, Sri jatuh cinta dengan Charles Vincent, seorang diplomat asal Prancis. Watak lembut dan perhatian Charles meyakinkan Sri untuk menikahinya meski baru menjalin hubungan dalam waktu singkat dan ditentang oleh keluarga Sri. Tak disangka, setelah menikah Charles mulai menunjukkan perangai aslinya yang kasar dan egois. Karenanya, mereka pun jadi sering bertengkar. Walaupun kehidupan rumah tangganya tak bahagia, Sri tetap percaya bahwa kelak sifat Charles akan berubah, terutama setelah anak pertama mereka lahir. 

Namun, keinginan itu tak kunjung terwujud. 

Lantas, bertemulah Sri dengan Michel Dubanton pada sebuah kapal. Pertemuan ini terjadi ketika Sri dan Charles tengah melakukan perjalanan ke Prancis, hanya saja dengan jenis transportasi berbeda. Charles dan anak perempuan mereka berangkat dengan pesawat, sementara Sri pergi dengan kapal. 

Lantas, bertemulah Sri dengan Michel Dubanton pada sebuah kapal.

Michel adalah seorang perwira kapal. Sama seperti Sri, ia pun berada dalam rumah tangga yang tengah terombang-ambing. Sri merasa akhirnya dipertemukan dengan pria dengan watak yang ia idamkan—baik, perhatian, romantis—dan memahami dirinya. Begitu juga Michel, yang telah lama terkekang dalam jeratan cemburu sang istri. 

Lalu Sri dan Michel, sang Penari dan Pelaut, terlibat dalam hubungan perselingkuhan di atas kapal. Hubungan yang di satu sisi membuat mereka bersalah, tapi di sisi lain terasa membebaskan.

Pesan Feminis Terselubung

Saat ini sudah banyak karya penulis perempuan Indonesia yang terang-terangan membahas seksualitas perempuan. Meski belum terlalu terbuka soal pengumbaran seksualitas perempuan di luar penguraian sudut pandang pria, tapi setidaknya topik tersebut dibiarkan subur dan merekah dalam ranah literatur. 

Yang mengesankan juga dari Pada Sebuah Kapal adalah format cerita yang terbagi menjadi dua sudut pandang. Bisa dikatakan, kisah roman N.H. Dini ini merupakan salah satu novel Indonesia pertama yang menerapkan metode pemisahan sudut pandang dari dua tokoh utama menggunakan sudut pandang orang pertama.

Bagian pertama dari Pada Sebuah Kapal yang bertajuk Penari mengikuti kehidupan Sri mulai dari masa kecil hingga perselingkuhannya di atas kapal dengan Michel. Sementara bagian kedua, Pelaut, menyajikan penggalan hidup Michel. Meskipun terkesan ada ketimpangan perspektif,—penggambaran Sri cenderung lebih konservatif dibandingkan Michel yang sebelum bertemu Sri secara stereotipikal menganut gaya hidup “Barat” yang bebas—tapi gaya penulisan dua perspektif ini efektif menjadi paparan pergulatan batin kedua tokoh utama hingga akhirnya memilih jalur perselingkuhan. 

Sri adalah karakter wanita yang kompleks dengan motivasi yang tanpa disadari bertumpu pada dinamika gender. Ia kerap mempertanyakan—dan menyuarakan—ketimpangan perannya sebagai perempuan. Satu kutipan pada cerita menjelaskan ketidakpuasan Sri akan perannya sebagai istri: “Selama 24 tahun aku dijejali pemikiran bahwa seorang istri adalah bayangan suaminya. Bahwa suami adalah ratu dan wakil Tuhan yang harus dianut dan diikuti segala perintahnya. Aku telah mengharapkan menjadi seorang istri yang seperti itu.”

Ideologi feminis yang terangkat dalam karya ini adalah dalam hal cinta dan komitmen di sebuah pernikahan. Terjerumusnya Sri dalam perselingkuhan mungkin bukanlah solusi atau justifikasi yang ideal. Namun di era di mana seorang wanita dituntut untuk hanya berdiri menjadi bayangan sang suami, Sri jadi suara ketidakpuasan wanita yang terjebak dalam pernikahan yang menyakitkan. Sri, yang dari luar terkesan memiliki kehidupan bahagia, mengetahui bahtera rumah tangganya lambat laun akan karam, dan ia tidak ingin ikut tenggelam. 

Sri jadi suara ketidakpuasan wanita yang terjebak dalam pernikahan yang menyakitkan.

Pada Sebuah Kapal karya N.H. Dini adalah novel Indonesia dengan semangat feminis yang dibalut dalam cerita roman yang kompleks dan, selaras dengan gaya sang penulis, sewajarnya. Menjadikan karya ini terkesan berani dan relevan pada masanya.

Informasi Selengkapnya
  • Indonesia Kaya

  • Indonesia Kaya

  • http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Pada_Sebuah_Kapal
    http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Nh_Dini
    https://www.goodreads.com/book/show/1337885.Pada_Sebuah_Kapal
    https://idwriters.com/writers/nh-dini/

This will close in 10 seconds