Dalam pewayangan, Batara Kala merupakan benih yang ditumpahkan Batara Guru ketika nafsu melihat kecantikan Dewi Uma di khayangan. Meski merupakan benih dari sang maha dewa, Batara Kala lahir menjelma raksasa dan selalu disimbolkan sebagai sosok jahat. Dalam logika sederhana, lahirnya sosok jahat Batara Kala menjelaskan setiap kekacauan dan kehancuran selalu tercipta dari nafsu.
Sosok Batara Kala kemudian menginspirasi lahirnya tari sandekala di Jawa Barat. Meski tidak secara total mengadopsi kisah tersebut, dalam tari kreasi ini terlihat penggambaran sosok Batara Kala yang disimbolkan sebagai raksasa jahat. Sosok jahat Batara Kala kemudian dibenturkan dengan sosok penyelamat yang disimbolkan oleh tokoh Sang Kala. Jika Sang Kala merupakan simbol pengisi ruang, Batara Kala hadir sebagai perusak ruang.
Terlepas dari pakem kisah pewayangan dalam sastra Jawa, tari kreasi sandekala ingin mengangkat tema universal tentang kebaikan melawan kejahatan, tentang hitam dan putih. Pesan yang ingin disampaikan melalui tari ini adalah perjuangan menyingkirkan perusak ruang kehidupan dengan cara mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Ruang.
Tari kreasi sendakala merupakan tari yang dipentaskan oleh pria maupun wanita. Enam wanita penari muncul di awal lalu datang tiga sosok Batara Kala yang diperankan oleh pria penari. Dalam garapan ini, tokoh Batara Kala disimbolkan dengan menggunakan topeng berwarna merah dan terlihat menyeramkan. Topeng tersebut menjadi satu-satunya properti dan menjadi bagian yang sangat penting dalam pertunjukan tari kreasi ini.
Sebagai sebuah garapan tari kreasi, gerak tari sandekala tidak lepas dari pengaruh gerak tari tradisional Jawa Barat, seperti tari topeng dan tari ronggeng. Bahkan, dalam beberapa bagian, sesekali terlihat gerakan seperti gerak dalam pencak silat. Sementara, dilihat dari garapan musik, tari kreasi ini diiringi oleh suara gamelan yang dipadukan dengan suara alat musik modern, seperti terompet dan perkusi. Penata tari ini berusaha mempertahankan nilai tradisional Sunda, hal tersebut terlihat dari pakaian yang dikenakan wanita penari. Meski sudah mengalami berbagai modifikasi pada beberapa bagian, kesan tradisional masih terlihat dari kain batik bercorak Sunda yang dikenakan penari.
Meski merupakan tari kreasi yang bersifat profan, tari sandekala mengusung tema dan pesan yang mendalam. Perjuangan untuk tetap menjaga keseimbangan hidup dengan terus bekerja melawan segala sesuatu yang berpotensi mengacaukannya. Usaha tersebut tentu dilakukan dengan cara mendekatkan diri kepada kepada Tuhan, sang pencipta keseimbangan.