Berkunjung ke Tenggarong tanpa singgah di Museum Mulawarman bagai pergi ke Roma tanpa melihat Colosseum. Bangunan megah yang dulunya menjadi istana Kesultanan Kutai Kartanegara ini kini menyimpan harta karun berupa benda-benda bersejarah yang menceritakan kisah kejayaan kerajaan yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Kalimantan Timur selama hampir tujuh abad. Di sini, pengunjung dapat menjelajahi koleksi lengkap artefak, mulai dari perhiasan, senjata, hingga tekstil, yang merefleksikan kekayaan budaya dan sejarah Kutai yang begitu mendalam.
Dibangun tahun 1936 pada masa pemerintahan Adji Muhammad Parikesit, istana ini berdiri kokoh di atas lahan seluas 2.270 meter persegi dengan wajah menghadap ke timur. Dibangun oleh tangan dingin Hollandsche Beton Maatschappij (HBM) dengan rancangan arsitek Charles Marie François Henri Estourgie, bangunan megah ini memadukan sentuhan elegan gaya Eropa dengan fungsi ruangan yang terstruktur. Keberadaan ruang bawah tanah dan aula besar di bagian tengah bangunan semakin menambah pesona arsitektur istana ini.
Bangunan megah ini menyimpan benda bersejarah yang mencerminkan kejayaan kerajaan di Kalimantan Timur selama hampir tujuh abad.
Berbeda dengan istana-istana sebelumnya yang terbuat dari kayu dan mudah rusak akibat cuaca serta kebakaran, istana ini menjadi tonggak sejarah baru Kesultanan Kutai Kartanegara sebagai bangunan pertama yang seluruhnya terbuat dari beton. Konstruksi kokoh dari beton ini menjamin keawetan istana sehingga keindahan dan kemegahannya dapat dinikmati hingga saat ini.
Setelah Indonesia merdeka dan sistem kesultanan berakhir, istana ini kemudian diserahkan kepada pemerintah daerah Kalimantan Timur pada 25 November 1971. Selanjutnya, pengelolaannya dialihkan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan museum negara.
Koleksi Benda Pusaka yang Mengagumkan
Sebagai sebuah museum, bangunan ini menjadi rumah bagi beragam artefak bersejarah, terutama peninggalan Kesultanan Kutai. Koleksi unggulannya meliputi singgasana megah sultan dan permaisuri yang dirancang oleh arsitek Belanda, Ir. van der Lube, pada tahun 1935. Selain itu, terdapat sepasang patung lembuswana berlapis emas yang dibuat pada tahun 1850, sebuah benda pusaka yang sangat dihormati sebagai simbol kekuasaan kesultanan.
Peninggalan kesultanan lainnya adalah pakaian-pakaian kebesaran para Sultan Kutai, senjata tradisional, perangkat upacara adat kesultanan, serta perangkat gamelan hadiah dari Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat.
Melalui koleksi-koleksinya yang kaya, museum ini mengajak pengunjung untuk memahami sejarah dan budaya Kalimantan Timur secara lebih mendalam. Selain peninggalan Kesultanan Kutai, kita juga dapat menemukan perangkat meja tamu dari Kesultanan Bulungan, koleksi keramik kuno, mata uang kuno, replika prasasti Yupa, dan berbagai busana tradisional seperti tenun ulap doyo. Museum ini menjadi tempat yang tepat untuk belajar tentang peradaban masa lalu dan keberagaman budaya di Kalimantan Timur.